Senin, 26 Agustus 2013

Dahlan Iskan : MH91 : Sorgum, Sapi, dan Burung di Belu


Pesawat militer CN 295 TNI AU mendarat mulus di landasan yang hanya 1.200 meter yang masih berdebu di Atambua, Belu. Kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste. Itulah pertama kali saya naik pesawat yang sudah lama saya sebut-sebut namanya tapi belum pernah saya rasakan terbangnya.
Cuaca pagi Atambua sangat cerah. Meski sudah mulai menggersang tapi udaranya enak, tidak panas menyengat: 28 derajat. Ini berbeda dengan kedatangan saya ke Atambua lima bulan lalu. Saya harus jalan darat dari Dili, Timor Leste. Itu karena mendung tebal terus menggelayut di langit Atambua sepanjang hari. Itulah hari pencanangan gerakan sorgum dengan langkah awal uji coba penanaman pertama. Hujan terus mengguyur upacara. Wah ini pertanda akan tersendat atau justru sebaliknya akan berkah.
Hujan itu ternyata berkah. Sabtu lalu, ketika saya ke Atambua lagi, sorgumnya sudah panen. Bagus lagi. Murid-murid SMK Atambua dan SMK Kupang juga sudah bisa memamerkan semua peralatan buatan mereka: pemerah batang sorgum untuk jadi gula, perontok biji sorgum, penyosoh, destilasi bioethanol, pencacah ampas, mixer pupuk, dan seterusnya.
Ini hasil dari pendidikan dua bulan di Jakarta. Anak-anak SMK itu memang dikirim ke Jakarta untuk melakukan reverse engineering. Dengan demikian Atambua tidak tergantung pada alat-alat impor atau buatan pabrik. Mereka bisa bikin sendiri. Dan kalau rusak bisa memperbaiki sendiri. Tidak akan terulang cerita lama: bantuan peralatan untuk pedesaan banyak tidak berfungsi karena begitu rusak tidak tahu cara memperbaikinya.
Bupati Belu, Joachim Lopez, tidak hanya gembira karena sorgumnya sudah panen, tapi lebih gembira lagi karena telah terjadi perubahan cara berpikir petani. Itu yang dia ucapkan di panggung. Bupati Belu memang lagi ingin mengubah pola pikir masyarakatnya.
Lopez berhasil mengubah adat lama yang sangat menghambat upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Misalnya adat kematian. Bupati mengeluarkan peraturan baru: orang meninggal harus segera dikubur. Paling lama dua hari. Tidak boleh lagi mayat ditahan sampai seminggu. Apa hubungannya dengan ekonomi?
“Kalau mayat ditahan selama tujuh hari berarti ada tujuh sapi yang dipotong,” katanya. Itu berarti upaya mengembangkan ternak sapi hanya habis dibuat pesta. Apalagi banyak juga yang sampai berutang untuk membeli sapi itu.
Apa sanksi bagi yang menahan mayat lebih dari dua hari? Jelas: tidak akan ada pendeta yang datang untuk memberkati pemakamannya. Untuk itu Bupati Lopez minta dukungan keuskupan Atambua. Uskup setuju. Kini di setiap ada kematian maksimum hanya dua sapi yang dipotong.
Demikian juga saat banyak sapi memangsa tanaman muda sorgum. Bupati bikin kesepakan dengan masyarakat adat. Ketua adat pun membuat keputusan: kalau ada sapi yang masuk ke ladang sorgum, sapinya boleh dipotong. Sejak itu tidak ada lagi tanaman sorgum yang rusak. Pernah terjadi satu sapi lolos ke ladang sorgum. Ketua adat benar-benar memutuskan memotong sapi itu. Aman.
Setelah sorgumnya berbuah, muncul ancaman baru. Kali ini masyarakat adat tidak mungkin lagi bisa mengatasi: serbuan burung! Ribuan burung datang bertengger di pucuk sorgum! Sambil mematuk-matuk.
Saya terpikir kinilah saatnya minta bantuan mahasiswa. Terutama fakultas pertanian dan elektro. Merekalah yang kini harus menemukan cara mengatasi burung. Yang bisa menemukan ide yang realistis-aplikatif akan saya berikan hadiah.
Dirut PT Batantekno Dr Yudiutomo Imardjoko yang ahli nuklir terkemuka di dunia itu (termasuk ahli nuklir untuk tanaman dan makanan) akan mengumumkan di website PT Batantekno (www.batantek.com) mengenai detil sayembara ini.
Batantekno sendiri akan mencoba berbagai ilmu dan teknologi yang mereka kuasai, namun siapa tahu ada mahasiwa atau dosen yang memiliki ide yang lebih baik.
Batantekno memang ditugasi untuk urus sorgum di NTT sebagai bentuk pengabdian untuk daerah miskin. Dananya dari PT Pertamina, PT Askes, dan beberapa BUMN lain. Tapi teknologi dan manajemennya diserahkan ke Batantekno.
Saya salut dengan kegigihan tim Batantekno ini. Dr Yudiutomo, yang pada umur 35 tahun sudah dipanggil Kongres Amerika Serikat untuk mempertanggungjawabkan penemuannya di bidang nuklir, ingin menuntaskan soal sorgum ini.
Waktu itu Yudi ikut mengajukan rancangan teknologi penyimpanan sampah nuklir yang bisa bertahan sampai 10.000 tahun. Karena dianggap hebat, Yudi dipanggil Kongres. Dia diminta memaparkan penemuannya. Akhirnya Yudi terpilih masuk tiga terbaik rancangan penyimpanan sampah nuklir di AS. Tiga-tiganya disetujui untuk diikutkan tender di masa yang akan datang.
“Disertasi doktor saya di AS memang soal penyimpanan sampah nuklir,” kata Yudiutomo.
Kini Yudi dan Batantekno dipercaya oleh perusahaan nuklir AS untuk merancang reaktor nuklir untuk kedokteran di sana. Saya pun mengizinkan Batantekno untuk membuat perusahaan patungan dengan perusahaan nuklir AS.
Waktu saya meninggalkan Atambua untuk ke Rote, Flores, dan Bali, Yudi masih tinggal di Atambua. Setelah panen sorgum ini dia masih harus menuntaskan model bisnisnya. Agar keberlanjutan proyek sorgum ini lebih terjamin.
Di Rote saya juga bertemu seorang bupati yang hebat: Lens Haning. Dia juga berhasil mengubah kebiasaan yang menyulitkan pengembangan ekonomi masyarakatnya. Dia keluarkan peraturan baru: upacara-upacara adat hanya boleh menyembelih satu ekor sapi.
Rakyat bisa menerima aturan baru itu. Terbukti Haning terpilih lagi untuk periode kedua. Tinggal menunggu pelantikannya.
Bupati Haning juga punya tekad lain: saya sanggup mengeluarkan daerah ini dari status daerah tertinggal kalau pemerintah pusat membangunkan tiga bendungan irigasi di Rote. Masing-masing biayanya hanya sekitar Rp 15 miliar!
Begitulah! Harapan, hope, dan optimisme bisa muncul di mana-mana dan dari siapa saja, dengan berbagai jabatannya. (*)
Oleh Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Senin, 19 Agustus 2013

Dahlan Iskan : MH090 : Pertamina yang Harus Lebih Merdeka


Manufacturing Hope 90
Ucapan selamat itu mula-mula saya ragukan. Karena itu saya tidak segera menanggapi. Masak sih Pertamina sudah berkembang sehebat itu? Sudah bisa masuk Fortune Global 500? Maka SMS dari wartawan itu saya abaikan.
Tapi kian sore SMS sejenis terus berdatangan. Kepada salah seorang yang saya kenal tidak biasa guyon, saya balas SMS itu: benarkah Pertamina masuk Fortune Global 500? Beritanya dari mana? Sumbernya tepercaya?
Ternyata datang balasan: berita itu bersumber dari konferensi pers resmi Fortune, majalah ekonomi perusahaan terkemuka Amerika Serikat. Jadi berita itu bukan isapan jempol atau olok-olok.
Saya masih belum percaya. Saya hubungi Dirut Pertamina Karen Agustiawan untuk mengecek apakah dia juga sudah mendapat berita itu. Sama. Sudah. Dia juga cukup hati-hati. Dia melakukan check and recheck. Ternyata benar adanya.
Majalah ini sudah puluhan tahun, tiap tahun, melakukan pemilihan 500 perusahaan terbaik. Daftar itu diumumkan setahun sekali di majalah yang sangat prestisius itu. Sudah begitu legendarisnya daftar 500 perusahaan terbaik dunia versi majalah Fortune itu sehingga banyak CEO memiliki target untuk bisa masuk Fortune Global 500.
Saya pun demikian. Saya berharap di akhir masa jabatan saya sebagai menteri akan ada salah satu BUMN yang berhasil masuk Fortune Global 500. Cita-cita seperti itu bukan hanya saya yang memiliki. Satu kelompok ekonom Indonesia pernah merumuskan road map untuk kemajuan Indonesia di tahun 2020. Salah satu rumusannya adalah: pada tahun 2020 diharapkan sudah ada lima perusahaan Indonesia yang masuk Fortune Global 500.
Bahwa Pertamina yang menjadi perusahaan pertama Indonesia yang berhasil masuk Fortune Global 500 awalnya tidak banyak diperhitungkan. Perkiraan awal dulu, swastalah yang pertama masuk kelompok itu. Misalnya dari Grup Salim, Prajogo Pangestu, Grup Astra, kelompok Gudang Garam, atau kelompok Djarum. BUMN dengan keterbatasannya di bidang pengembangan perusahaan tidak banyak diharap. Terutama di akhir-akhir masa Orde Baru.
Tapi begitu dua tahun lalu laba Pertamina mencapai Rp 23 triliun dan tahun 2012 naik menjadi Rp 25 triliun, laju BUMN ini tidak akan bisa dikejar swasta. Apalagi kalau harga elpiji boleh mengikuti harga pasar. Laba Pertamina tahun lalu bisa naik Rp 5 triliun menjadi Rp 30 triliun. Ini karena dari bisnis elpiji 12 kg saja, Pertamina rugi Rp 5 triliun.
Meski begitu saya tidak menyangka bahwa tahun ini Pertamina sudah masuk Fortune Global 500. Secepat-cepatnya, saya perkirakan, baru tahun depan. Bahkan nomor urutnya pun tidak terlalu diharap sebegitu tinggi: 122. Semula saya mengira di nomor 360, atau bahkan 420 pun ok. Yang penting sudah berhasil masuk Fortune Global 500.
Tentu senang sekali Pertamina bisa di nomor urut 122. Hanya saja beban psikologi dan beban kerja Pertamina menjadi lebih berat.
Terutama apakah iklim untuk Pertamina tetap bisa sebaik sekarang. Kedua, apakah Pertamina tidak dikejar perusahaan-perusahaan lain dari Amerika, Eropa, atau Tiongkok. Terutama setelah krisis di AS tidak lagi seburuk tahun lalu dan krisis di Eropa juga mulai menunjukkan tanda-tanda bisa diatasi.
Maka tidak ada jalan lain bagi Pertamina kecuali terus bekerja lebih keras. Juga harus terus meningkatkan integritas. Agar manajemen tidak banyak diganggu oleh intervensi, berbagai kepentingan dan korupsi.
Meningkatkan produksi minyak mentah dalam negeri tidak bisa ditawar. Jalannya memang lebih sulit, tapi bukan tidak bisa. Pertamina masih memiliki sekitar 5.000 sumur tua yang sudah tidak produktif. Siapa pun sepakat bahwa sumur tua itu masih bisa direvitalisasi.
Sambil mengerjakan sumur baru yang akan memakan waktu lebih lama, revitalisasi sumur-sumur tua akan bisa menghasilkan peningkatan produksi lebih cepat. Hasilnya memang tidak banyak, tapi kalau dikerjakan serentak di ribuan sumur jumlah perkaliannya luar biasa juga.
Pertamina sudah melangkah ke tiga arah itu: mencari sumur baru, merevitalisasi sumur-sumur tua, dan masuk ke sumur-sumur produktif yang ada secara business to business.
Langkah-langkah cepat itu juga memerlukan dukungan yang cepat pula dari SKK Migas yang dulu bernama BP Migas. Inilah yang membuat saya lenger-lenger ketika mendengar Kepala SKK Migas Prof Dr Ir Rudi Rubiandini ditangkap KPK. Saya sebagai Menteri BUMN dan dia sebagai Kepala SKK Migas sedang merumuskan penyederhanaan izin usaha Migas.
Pertamina sungguh berharap penyederhanaan perizinan itu bisa dilakukan SKK Migas.
Untunglah jajaran di SKK Migas tetap komit pada penyederhanaan perizinan itu. Dengan atau tanpa Rudi Rubiandini.
Sebagai langkah pertama, empat lokasi sumur tua mulai direvitalisasi. Kali ini bekerjasama dengan perusahaan swasta dan asing. Setelah percaya diri bahwa sumur tua benar-benar bisa direvitalisasi, tim Pertamina sendiri harus mampu melaksanakan tanpa harus bekerjasama dengan pihak lain.
Saya percaya anak-anak muda Pertamina sanggup membuktikannya. Tim Brigade 300K Pertamina yang dibentuk untuk itu akan bisa mengerjakannya.
Misalnya saja Hermawandi. Dia menemukan teknologi baru yang sederhana untuk revitalisasi sumur tua. Dia namakan teknologi itu: X-Flow. SKK Migas sudah setuju Hermawandi mencobanya di 15 sumur tua di Siak, Riau. Sudah delapan bulan dilakukan.
Hasilnya luar biasa. Sumur yang semula hanya menghasilkan 3 barrel minyak mentah per hari, bisa meningkat menjadi 60 barrel per hari.
Kini Hermawandi sudah lebih percaya diri. Dia ajukan lagi untuk bisa dicoba di 50 sumur tua. Izin sedang diajukan ke SKK Migas, dan sudah dalam proses persetujuan.
Tapi 50 dari 5.000 sumur tua masih terlalu sedikit. Pertamina harus mendorongnya lebih agresif. Kalau perlu memfasilitasi agar Hermawandi bisa memproduksi alat-alat X-Flow lebih banyak dan lebih cepat. Agar jangan hanya bisa memproduksi peralatan X-Flow 15 buah sebulan. Dengan perizinan yang juga lebih cepat dan massal.
Kalau 5.000-an sumur tua itu bisa direvitalisasi dengan cepat, dalam setahun kenaikan produksi minyak mentah akan bisa naik sampai 60.000 barrel per hari. Satu jumlah yang sangat besar untuk ukuran Indonesia saat ini. Lalu bisa mengurangi impor minyak kita yang rakus akan devisa negara.
Saya percaya Pertamina bisa melakukan itu dengan cepat. Orang teknologi, orang lapangannya, dan orang operasinya tidak boleh kalah dengan orang keuangannya. Saya bangga bahwa Pertamina kini juga sudah bisa jadi contoh untuk kecepatan laporan keuangan. Padahal di masa lalu laporan keuangan Pertamina sangat terkenal leletnya.
Tahun ini laporan keuangan Pertamina berhasil menjadi yang tercepat di seluruh BUMN. Laporan keuangan tahun 2012 sudah bisa diselesaikan di bulan Februari tahun 2013. Padahal Pertamina adalah grup perusahaan yang anak-anaknya begitu banyak, yang jaringannya begitu luas, dan yang ragam usahanya dari paling hulu ke paling hilir. Dan skala keuangannya ratusan triliun. Toh bisa menyelesaikan laporan keuangan di bulan Februari.
Sungguh tidak mudah mencapai prestasi itu. Swasta besar pun sudah kalah oleh Pertamina di bidang ini.
Karena itu ketika Karen Agustiawan mengajukan permintaan untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di akhir Februari lalu, saya langsung menyetujuinya. Itulah RUPS pertama di tahun ini di linngkungan BUMN. Saat itu saya juga tidak mendengar ada swasta yang sudah mampu menyelenggarakan RUPS lebih cepat dari Pertamina.
Bayangkan kalau Pertamina bisa merdeka dari segala macam intervensi dan kepentingan. Alangkah besarnya dia!
Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Senin, 12 Agustus 2013

Dahlan Iskan : MH089 : Malam ke-29 di 400 Meter Ketinggian


Dari lantai atas hotel Fairmont Mekah ini saya bisa menatap Ka’bah yang agung di tengah-tengah pusaran manusia yang lagi tawaf di Masjidil Haram. Di lantai inilah saya siap-siap shalat tarawih malam itu, malam ke-29 bulan puasa. Di lantai ini pulalah saya diagendakan bertemu pemilik kerajaan bisnis Saudi Binladin Group, Syekh Bakr bin Ladin.
Inilah lantai di mana Syekh Bakr tinggal. Salah satu ruangannya dijadikan tempat shalat. Yakni ruang yang persis menghadap Masjidil Haram. Dari kaca ruang ini, lautan manusia di bawah sana terlihat menyemut. Masjid yang terang lampunya bak siang itu, dengan menara-menara yang gemerlap bercahaya. Manusia di dalamnya terlihat tidak henti-hentinya memutari Ka’bah.
Dari sini pula terlihat bangunan baru yang arsitekturnya mirip Masjidil Haram. Inilah bangunan tambahan yang besarnya melebihi Masjidil Haram itu sendiri. Bangunan ini hampir jadi. Letaknya persis di sebelahnya dalam posisi menonjol karena bertumpu di bukit yang lebih tinggi. Lokasi ini dulunya dikenal sebagai Hotel Mekah dan sekitarnya. Bulan puasa tahun depan bangunan ini jadi 100 persen.
Dari arah atas ini pula terlihat seperempat bagian Masjidil Haram yang dibongkar dan kini sedang dibangun lagi. Di bagian inilah BUMN PT Waskita Karya (Persero) Tbk ikut berperan. Proyek ini didapat Waskita dari kontraktor utama Binladin. Tiap tahun ditargetkan seperempat pembongkaran dilakukan untuk dibangun kembali. Dengan demikian seluruh Masjidil Haram selesai direnovasi tahun 2018. Berarti, selama itu pula Waskita akan terus bekerja di sana. Insya-Allah.
Dari kamar khusus Syekh Bakr itu semua aktivitas di Masjidil Haram dan sekitarnya terlihat sempurna.
Saya, Dirut Waskita Karya M Choliq, dan manajer Waskita di Arab Saudi, sudah siap di kamar itu menjelang adzan Isya. Ditemani beberapa staf inti Binladin Group. Termasuk adik kandung Syekh Bakr yang juga direktur keuangan grup itu.
“Syekh masih di sana, tapi segera tiba,” ujar salah satu staf inti Binladin Group. Berkata begitu ia sambil menunjuk bangunan tinggi di sebelah Masjidil Haram, arah kanan depan Fairmont Hotel. Itulah bangunan di mana Raja Arab Saudi dan keluarganya tinggal untuk beribadah selama 10 hari terakhir bulan puasa.
Syekh Bakr bin Ladin masih di gedung kerajaan itu. Kami pun shalat tarawih mengikuti imam Masjidil Haram. Sound system di kamar itu memang tersambung sound system masjid. Adzan dan suara imam juga tersambung ke seluruh kamar hotel sehingga banyak penghuni hotel yang shalat lima waktu di kamar masing-masing dengan imam dari Masjidil Haram.
Usai shalat tarawih, yang ditunggu pun tiba. Syekh Bakr ternyata cukup santai, tanpa tutup kepala dan bicaranya ceplas-ceplos seperti umumnya pengusaha. Di situlah kami membicarakan proyek-proyek Waskita dan masa depannya. Termasuk keinginan Syekh Bakr untuk terus menambah orang agar Waskita bisa ikut mempercepat penyelesaian proyek.
“Di sini selalu diinginkan serba cepat. Proyek lima tahun kalau bisa selesai dalam dua tahun,” kata Syekh Bakr.
Ternyata Syekh Bakr juga sudah tahu maksud kedatangan saya. “Waskita akan kami ikutkan di proyek perluasan Masjid Nabawi di Madinah,” tegasnya. “Kalau perlu tidak hanya proyeknya. Juga sampai pemeliharaannya,” tambahnya. “Pokoknya peranan Waskita harus kita tingkatkan terus,” katanya lagi. Kali ini sambil menatap wajah-wajah staf intinya.
Entah apa yang baru dia bicarakan di gedung kerajaan di sana, yang jelas malam itu Syekh Bakr menyambut baik semua rencana kami. Termasuk mengundangnya untuk berinvestasi di Indonesia. “Kami akan serius masuk Indonesia,” katanya.
Yang juga terlihat spontan adalah kata-kata terakhirnya kepada para stafnya: tiap tahun beliau ini harus jadi tamu kita di sini, dan malam ini antarkan beliau ke atas!
Saya tidak menyangka mendapat kesempatan naik ke ketinggian 400 meter di puncak bangunan itu. Yakni ke ruangan yang terletak di balik “Jam Mekah” warna hijau yang terlihat dari seluruh penjuru kota, bahkan terlihat dari Mina dan Muzdalifah itu. Inilah jam terbesar yang diletakkan di ketinggian tertinggi di dunia. Kalau Big Band London yang terkenal itu tingginya hanya enam meter, Jam Mekah ini 43 meter!
Tulisan “Allah” (dalam huruf Arab) yang ada di dekat jam itu terbesar dan tertinggi di dunia. Panjang huruf alifnya saja 23 meter.
Ruangan di balik jam itu ternyata dijadikan diorama untuk menunjukkan keagungan jagad raya. Foto tiga dimensi matahari, lengkap dengan inti matahari, ada di situ. Demikian juga foto tata surya, jagad raya dan planet-planetnya. Termasuk pergerakan putaran bumi dan planet-planet lainnya. Ayat-ayat Al Quran yang terkait dengan alam raya di-display di sana-sini. Di ruang ini kita sungguh mengagumi terciptanya alam raya. Dan lebih-lebih mengagumi penciptanya.
Jam itu benar-benar raksasa. Empat buah jumlahnya untuk empat penjuru angin. Beratnya 23 ton!
Warna dasar jam itu hijau. Warna itu dibentuk oleh lampu-lampu LED dengan background material warna putih. Untuk menghijaukan warna empat buah jam itu diperlukan dua juta lampu LED.
Jarum jamnya dibuat warna putih yang juga terbentuk oleh lampu LED bercahaya putih, dengan dasar material hitam.
Pilihan warna dasar hijau dan jarum warna putih ini berdasar hasil riset yang mendalam. “Warna hijau dan putih adalah warna yang bisa terlihat dari jarak paling jauh. Sejauh apa pun, Anda masih bisa melihat jam ini dengan jelas. Kalau warna lain tidak akan sejelas hijau dan putih,” ujar seorang Jerman, muslim, arsitek gedung sekaligus pendesain jam ini. Saya beruntung bahwa dia diminta mendampingi saya untuk menjelaskan semua itu.
Keperluan listrik untuk jam ini saja, ampun-ampun, 2 MW! Maklum mesin jam itu (bisa kami lihat dari arah belakang jam) seperti gigi-gigi mesin pabrik gula!
Di ketinggian 400 meter itu (sekitar empat kali tinggi Monas) juga tersedia balkon. Kita bisa ke luar gedung untuk melihat Ka’bah dari atas. Juga untuk melihat seluruh kota Mekah. Allahu Akbar!
Tidak hanya Fairmont yang ada di gedung ini. Juga beberapa hotel lainnya. Superblok ini (disebut Clock Tower) memang sangat besar. Lantai bawahnya dibuat mal yang di waktu shalat diubah jadi tempat shalat berjamaah. Lantai mal ini memang connect dengan halaman Masjidil Haram. Beberapa lantai bagian depan superblok ini juga untuk masjid yang makmum ke imam Masjidil Haram.
Di salah satu ruang di Clock Tower ini pula saya menerima Presiden Islamic Development Bank (IDB), Dr Ahmed Muhammed Ali sehari sebelumnya. Terutama karena IDB memiliki fasilitas kredit ekspor. Fasilitas inilah yang harus dimanfaatkan oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk menjual pesawat ke negara-negara anggota IDB. Saya minta manajemen PT DI serius menindaklanjutinya.
Bahkan kalau perlu BUMN lain tidak usah memanfaatkan kredit IDB. Seluruh dana IDB untuk Indonesia yang sebesar Rp 30 triliun bisa dialokasikan sepenuhnya untuk penjualan pesawat PT DI. Sedangkan untuk dermaga pelabuhan Belawan Medan, misalnya, Pelindo I sebenarnya mampu membiayainya sendiri. Bahkan bisa lebih cepat terwujud.
Kalau BUMN lain meminjam dana itu, BUMN itu yang harus mengembalikannya. Tapi kalau PT DI yang dapat fasilitas itu, negara pembeli pesawat yang harus melunasinya. Dr Ahmed terlihat antusias untuk bisa membiayai ekspor pesawat PT DI. “Saya pernah berkunjung ke PT DI di Bandung. Saya sangat terkesan,” katanya. “Waktu itu saya diundang Dr Habibie,” tambahnya.
Indonesia adalah anggota penting IDB. Juga salah satu pendirinya. Di ulang tahun IDB ke-40 tahun depan, ada baiknya ditandai dengan terealisasinya kredit ekspor untuk PT DI itu.
Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Selasa, 06 Agustus 2013

Dahlan Iskan dan Monorel BUMN


Monorel seperti barang yang sangat fenomenal sekarang-sekarang ini. Beberapa pihak sudah menyatakan kesanggupannya dalam menyiapkan monorel untuk untuk sarana transportasi  alternative anti macet. Salah satunya adalah Monorel konsorsium BUMN.

Dibawah komando Dahlan Iskan, Konsorsium Monorel BUMN sudah sangat siap dalam proyek pembangunan monorel yang sedianya akan dikerjakan di Jakarta, Bogor dan Bekasi. Tapi entah mengapa ketiga Pemda yang tadinya sangat bersemangat seolah diam seribu bahasa.

Tapi setelah munculnya gubenur Jawa Barat yang lagi-lagi membawa bendera monorail china menjadi satu isyarat tentang berubahnya gelagat pada pemda Bogor dan Bekasi.

Seperti juga Walikota bandung yang bertekuk lutut terhadap rencana gubenur Jawa Barat. Padahal mentri BUMN sudah bersedia menyisihkan waktu untuk menerima kedatangan seseorang yang dianggap mempunyai rasa empati hasil karya bangsa sendiri dengan mau membangun Monorel BUMN di daerahnya.

Semua media menjadikanya monorel sebagai tulisan menarik. Perusahaan monorel yang sudah nampang lainnya antara lain :
1. CNR Changchun Railway Vehicle Co. Ltd. china. Sekarang proyek monorel Jakarta
2. China National Machinery Import and Export Coorporation, perusahaan ini digandeng gubenur Jawa Barat untuk membangun monorel Jawa Barat plus membiayainya..
3. JK group. Belum pernah lihat gambar monorelnya. Mungkin juga monorel akan mengunakan produksi luar negeri.
4. PT.MBW Cibitung,

Banyak orang menyayangkan dipilihnya monorel buatan china. Kemampuan produk anak negeri yang diwakili oleh monorel BUMN sudah jelas lebih unggul, nampaknya tidak mampu mengetarkan rasa patriotisme pemegang kebijakan.



Rasanya pembangunan monorel untuk mengatasi macet hanya kepentingan bisnis semata. Jiwa nasionalime sayapun tercabik-cabik. Jika negara atau pemegang kebijakan mau berbuat untuk negeri ini, negara bisa melakukan penunjukan langsung.

Tidak perlu bersembunyi dibalik undang2 pengadaan barang. Ini harusnya dijadikan proyek mercusuar yang mampu memberitahuan dunia bahwa Indonesia pun mampu walau sudah terlambat. Proyek yang setidaknya menaikan harga diri bangsa.

Beberapa penjelasan dari orang dekat Jokowi kenapa tidak memilih monorel BUMN dikarenakan konsorsium BUMN dianggap belum mampu dalam memproduksi dan belum ada tinjauan keamanannya, hal ini  mungkin bisa diterima oleh masyarakat awam.

Namun hanya akan menjadi tertawaan untuk orang-orang yang bergelut di bidang tehnik. Sepertinya  itu hanya pembelaan, hanya mengiring opini bahwa monorel adalah alat transportasi dengan teknologi tinggi, Indonesia memerlukan beberapa tahun lagi untuk mampu membuatnya.

Mari kita menelisik teknologi monorel.
Monorel sudah dikembangkan sejak mulai abad ke 19. German, Irlandia dan US adalah negara yang memulai pengembangan monorel.

Monorel sebetulnya terdiri dari dua jenis yaitu top running dan bottom running, mengadopsi prinsip kerja kerekan alat bantu (lihat gambar bawah) yang mengunakan sebuah besi sebagai jalur pergerakannya.




Monorel bottom running
Orang mungkin hanya mengira jika monorel itu hanya  seperti yang sekarang dilihat di media-media, sebetulnya pengadopsian kerekan dimana pure berjenis bottom running sudah dibuat di German.
Kita lihat gambar dibawah ini :



Type bottom running cukup merepotkan bagian kontruksi. Selain ruang yang digunakan besar juga perhitungan load stressnya yang cukup menantang. Coba untuk para praktisi tehnik dan mahasiswa teknik sipil perhatikan load stressnya, bisa dibayangkan formula beban yang diperlukan tidak mudah tapi tidak bisa juga dibilang sulit.

Perbaikan monorel  pada rel-nya.



Monorel Top Running
Monorel BUMN, Monorel PT.MBW dan China berjenis top running dimana lock bergerak diatas relnya seperti Kereta Api biasa.  Indonesia termasuk yang telambat dalam pembangunan monorel jika dibandingan dengan Negara tetangga.

Monorel top running juga memiliki beberapa macam design pada sisi design roda penggerak. Gambar dibawah adalah monorel yang didesign dengan pengerak  dua roda vertical seperti layaknya kereta api konvensional hanya ditambah dengan roda penggapit dipasang horizontal.



Tapi sebagian besar teknologi gerak monorel menggunakan roda pada posisi horizontal, hal ini karena akan mempermudah pada pembangunan konstruksi rel dan aspek safety yang lebih secured. Design seperti inilah yang digunakan oleh monorel BUMN, Kita lihat gambar dibawah ini design roda horizontal.



Aspek safety dalam membangun monorel sudah sangat baku. Safety operation yang terdiri dari maksimum lift design load, safety impact , load factor used, maximum angle due to side pull dan stating maximum capacity. Ini bukan hal yang aneh di bidang engineering.

Untuk membangun kontruksi tiang monorel tidak lebih sulit membuat jalan layang atau jalan tol diatas laut yang sudah dibuktikan oleh BUMN konstruksi kita. Perhitungan design Load factor, load combination dan allowable stress bukan barang baru dalam dunia konstruksi Indonesia.
Kita tengok kemampuan BUMN membuat jalan tol diatas laut Bali dalam waktu 1 tahun, yang berarti BUMN sudah lihay dalam hal konstruksi. Konstruksi itu 70% dari pengerjaan Monorel. Kemampuan BUMN kontruksi kita sudah banyak diakui oleh negara luar.

Perlu diingat bahwa hanya BUMN-lah satu-satunya korporasi yang memiliki semua aspek dalam pembangunan monorel, BUMN Semen/beton, BUMN Baja, BUMN konstruksi, BUMN Pabrik Kereta Api, BUMN Operator Kereta Api, BUMN Teknologi Persinyalan, BUMN Telekomunikasi, dan BUMN Keuangan.

Kekhawatiran saya adalah, “Kalau proyek monorel yang bisa mengangkat harga diri dan harapan bangsa saja bisa lepas dari tangan BUMN. Bagaimana dengan pembangunan 6 ruas jalan tol baru di DKI Jakarta? bisa-bisa akan “diberikan” juga oleh Jokowi kepada kontraktor swasta asing.”

Salah satu penyesalan saya kepada Jokowi adalah dulu dia adalah figur yang menggebrak perhatian bangsa Indonesia ketika memperjuangkan hasil keringat anak bangsa, mobil esemka, setelah sukses mengendarai mobil esemka sampai ke kursi DKI 1, kini sepertinya jokowi malah akan menumpang gerbong monorail cina untuk menuju kursi RI-1?

Dari uraian diatas terlihat monorel bukanlah barang yang sangat sulit dibuat, monorel masih bisa dibilang termasuk varian dari kereta api. Konsorsium monorel BUMN memiliki kompetensi yang sangat mumpuni membuat Monorel.

Jadi tidak ada alasan jika ada yang menolak Konsorsium BUMN yang merah putihkecuali alasan yang lain paling masuk akal yaitu tidak ada fee untuk bekerja dengan BUMN.
Sangat menyesakan dada. Tapi ada sedikit obat luka diberikan Dahlan Iskan yaitu pembangunan monorel bandara Soetta yang ngak pake ribet.



Ternyata Dahlan Iskan lebih merah putih dibandingkan Aher ataupun Jokowi yang katanya tenar seantero Indonesia.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost