Jumat, 26 Desember 2014

Ada langit Diatas Langit, Sehingga Dahlan Gagal Bubarkan Petral

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta)  Saat baru menjabat sebagai Menteri BUMN era SBY, Menteri BUMN Dahlan Iskan menggebu-gebvu akan membubarkan Petral yang dicurigai sebagai sarana mafia impor premium. Namun ternyata Dahlan tidak berhasil.
Lalu mengapa Dahlan Iskan gagal membubarkan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero). Sementara kala itu dia menjabat sebagai Menteri BUMN  punya wewenang penuh atas seluruh BUMN di Tanah Air,
"Ada kekuatan di atasnya Pak Dahlan Iskan. Kekuatannya di langit ke-7, bahkan ke-10. Makanya tidak bisa membubarkan Petral," jelas Faisal Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak an Gas Bumi di kantornya, Jl Plaju, Jakarta Pusat, Rabu (24/12/2014).

"Saya ketemu dengan Pak Dahlan di Aceh. Waktu itu dia punya niat untuk membubarkan Petral, tapi kok justru mengeluarkan instruksi Petral wajib impor minyak atau BBM melalui NOC (National Oil Company)," kata  Faisal Basri
Padahal membeli minyak dan BBM wajib dari NOC bukan jalan yang terbaik. Tidak ada jaminan bahwa membeli dari produsen langsung harganya lebih murah.

"Pak Dahlan akui itu, kalau kebijakan tersebut bukan yang terbaik. Niat awalnya ingin membubarkan Petral, tapi ternyata tidak mudah. Makanya sebagai pelipur lara keluarlah kebijakan itu (wajib beli dari NOC)," ungkapnya.
Lantas siapakah kiranya dewa langit yang menghalangi Dahlan Iskan tersebut. Nampaknya belum akan dengan cepat terbongkar. Namun arahnya bisa diraba dari menilik siapa saja yang merasa kebakaran jenggot atas upara RTKM menelusuri jejak mafia di Petral ini lewagt impor premium selama ini.
RTKM telah merekomendasikan kepada pemerintah Presiden Jokowi untuk menghentikan impor premium ( RON 88) dan menggantikan dengan Pertamax. Naga-naganya pemerintah cenderung menerima rekomendasi ini. Karena pertimbangan manfaat tekhnis maupun politis. Secara tekhnis Pertamax ( RON 92) memang lebih bersih lingkungan dana karena seluruh produk otomotif mutakhir merekomendasikan pemakaian RON 92.
Secara politis, menangkap "dewa" di atas langit Petral akan mengundang kehebohan nasional dan lebih tepat membakar rumahnya dari pada menangkap tikusnya. Dalam hal ini peribahasa " Tangkap tikusnya jangan bakar lumbungnya", tidak berlaku.
Yang berlaku bila rekoemndasi ini dijalankan adalah "Biarkan rumahnya terbakar, bikin rumah baru , biarkan tikusnya lari ( syukur-syukur ikut terbakar didalamnya).
Toh Faisal Basri masih bersemangat untuk menghubungi KPK karena mengendus indikasi permainan pemburu rente. Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi pimpinan Faisal Basri mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tujuannya mendalami bisnis impor premium RON 88, yang terindikasi ada permainan pemburu rente.
Dalam impor tersebut terjadi permainan kartel dan pemburu rente. Pasalnya, di pasar minyak dunia, tidak ada lagi harga RON 88 karena sebagian besar produsen produksi RON 92.


"Kita ke KPK tadi untuk tukaran data, ini juga terkait rekomendasi kita yang minta menghentikan impor premium RON 88. Karena ada indikasi itu permainan pemburu rente (mafia migas), ini memang baru indikasi. Makanya kita cocokan data kita ke KPK, apakah benar indikasi itu. Kalau iya maka rekomendasi kita mantap," ujar Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas dari Universitas Gajah Mada, Fahmi Radi.
"Apakah akan ada tindakan atau tidak itu domainnya KPK. KPK sendiri pernah melakukan kajian terkait masalah ini termasuk mekanisme lifting migas, tapi ini nggak mudah. Makanya setiap rekomendasi kita konfirmasi ke KPK dulu," tutupnya.
Termasuk yang kebakaran jenggot atas rekomendasi ini adalah salah satu petinggi Partai Demokrat  yang kini juga salah satu ketua lembaga  tinggi negara , DPR.
Rekomendasi ini dikritik Wakil Ketua DPR Agus Hermanto. Menurutnya, tim pimpinan Faisal Basri itu salah tupoksi (tugas pokok dan fungsi).

"Tim yang dipimpin Faisal Basri itu bukan porsinya untuk memberi rekomendasi. Bahwa memang pertamax itu bagus untuk lingkungan, iya saya setuju. Tetapi rekomendasi ini harusnya diberikan oleh Tim Ahli Kementerian ESDM, bukan tim yang baru dibentuk itu," ujar Agus di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/12/2014).

Menurut Agus, tugas tim Faisal Basri itu adalah mengungkap mafia migas. Sehingga tak perlu mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah."Apa iya Pertamina sudah siap untuk produksi pertamax secara maksimal? Kan, tidak kan? Perlu ada alat juga buat ubah itu RON 88 jadi RON 92. Apa sudah dikaji?" imbuh Waketum Partai Demokrat ini.
Tentu saja keberatan dan kitik ini tidak serta merta menunjukkan hubungannya dengan "dewa" yang disinyalir oleh Faisal Basri tadi. Tetapi kalau pemerintah segera membangun tata kelola baru dalam minyak dan gas bumi dengan mengetrapkan rekomendasi RTKM, maka pasti tidak lagi direpotkan dengan mengurusi tikus dan :dewa"nya. Biarlah itu menjadi urusan KPK. (Ais)

http://mimbar-rakyat.com/detail/ada-langit-diatas-langit-sehingga-dahlan-gagal-bubarkan-petral

Faisal Basri: Pak Dahlan saja susah bubarkan Petral

KANALSATU - Sebuah fakta menarik dikemukan oleh Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri terkait susahnya proses penanganan dan pembubaran anak usaha Pertamina yaitu PT Petral.

Secara Khusus Faisal Basri mengatakan bahwa proses pembubaran Petral tidaklah mudah mengingat hal itu pernah akan dilakukan oleh Menteri BUMN periode lalu yaitu Dahlan Iskan, namun akhirnya mundur dan tidak jadi melakukan proses pembubaran akibat adanya kekuatan besar yang mengamankan Petral untuk tidak bubar.

Lebih jauh Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengaku masih bingung memberikan rekomendasi terkait keberadaan anak usaha Pertamina yaitu Petral.

Faisal bahkan sempat bertemu mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terkait kerumitan persoalan tersebut.

Lebih dalam laporan Medeka.com menyebutkan bahwa pengakuan Dahlan dari hasil pertemuan yang dilakukan di Aceh tersebut adalah, National Oil Company (NOC) Indonesia tidak sebaik lainnya. Dahlan dulu bahkan telah berniat menghentikan operasional Petral.

Namun, pembubaran Petral tidak mudah karena adanya pengamanan dari 'atasan' Dahlan. "Tapi kenapa susah dihentikan, karena ada langit (atasan) di atas Pak Dahlan," kata Faisal di Jakarta, Rabu (24/12) sebagimana dikutip dari Merdeka.com.

Ketika dikorek lebih jauh siapa langit yang dimaksud, Faisal ogah menyebutkan secara pasti. Namun, dia menegaskan bahwa 'langit' tersebut merupakan atasan Dahlan saat menjabat sebagai menteri. "Ya atasannya Pak Dahlan, siapa?" ungkapnya.

Sementara itu sesaat melihat kondisi sekarang, Faisal menyebut masih terlalu cepat memutuskan rekomendasi terhadap Petral. Pihaknya menyarankan agar diberlakukan perizinan satu pintu.

"Terlalu dini, [untuk direlokasi atau di hentikan]. Tapi kami meminta perizinan satu pintu untuk crude maupun produk lain. Nanti [kalau] Petral dibubarkan, ada join venture di Vietnam, Hongkong atau lainnya. Sejauh ini baru itu yang kami bisa lakukan," terangnya. (Medeka.com/win7)

http://kanalsatu.com/id/post/37348/faisal-basri--pak-dahlan-saja-susah-bubarkan-petral

Kamis, 04 Desember 2014

Komentar pada Kompasiana " Dahlan Iskan dan Ricky Elson " : Mengejar Bangsa Lain dengan Mobil Listrik

Akun kompasiana saya etah kenapa nggak bisa masuk jadi tuliskan disini. Ada beberapa yang tidak cocok dengan yang saya ketahui dalam menuangkan sosok Ricky Elson yang kembali ke jepang karena kecewa pada pemerintah yang tak kunjung mengeluarkan izin mobil listrik hasil pengembangannya bersama rekan-rekan lain.

Kemungkinan penulis tidak mengikuti perkembangan detik-detik keputusan Bang Ricky Elson untuk kembali ke Jepang atau tetap berkarya di Indonesia.

Dan sepanjang yang saya tahu beliau tidak henti-henti menularkan semangat engineeringnya kepada mahasiswa2 di Indonesia bersama LAN.

=================================================================
Mengejar Bangsa Lain dengan Mobil Listrik

Pernah dengar cerita produk inovatif namun belum terlalu dilirik oleh banyak orang? mungkin cerita itu bisa kita  simak  dari kehadiran mobil listrik.  Di negara kita, Indonesia, kita mengenal sosok Dahlan Iskan.  Sewaktu beliau menjabat menteri BUMN, beliau memiliki proyek pribadi yakni mobil listrik. Pak Dahlan sempat memiliki prototipe mobil listrik. Mobil itu diberi nama “Tuxuci”, sebuah mobil mirip mobil “ferrari”. Mobil itu karya salah seorang anak bangsa yang diproduksi di dalam negeri. Pak Dahlan pun sempat melakukan turing menjajal mobil tersebut. Nasib berkata lain, umur mobil itu tidak panjang karena mengalami kecelakaan

Tidak puas hanya memiliki Tuxuci, ternyata Pak Dahlan memesan mobil listrik lain untuk diproduksi dan dikembangkan, mobil itu diberi nama “Selo”. Sama halnya dengan Tuxuci, Selo pun karya anak bangsa dan diproduksi di dalam negeri.
sumber gambar: https://acara-event.com
Selain mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri, Pak Dahlan Iskan bahkan mengundang anak bangsa yang memiliki keahlian terkait mobil listrik, Ricky Elson, yang saat itu berada di Jepang untuk kembali ke Indonesia dan menjadi bagian dari proyek mobil listrik nasional. Pak Dahlan pun menawarkan seluruh gaji menteri nyauntuk diberikan ke Ricky. Ricky menerimanya dan bersedia kembali ke Indonesia untuk ikut mengembangkan mobil listrik bersama Pak Dahlan Iskan. Namun setelah berhasil mengembangkan mobil listrik, Ricky kembali ke Jepang karena merasa kecewa pada pemerintah yang tak kunjung mengeluarkan izin mobil listrik hasil pengembangannya bersama rekan-rekan lain.

Kekecewaan pun menimpa Pak Dahlan akibat hengkangnya Ricky dari proyek mobil listrik. Setelah tidak lagi menjadi Menteri BUMN,Pak Dahlan bahkan masih akan terus mengembangkan serta memproduksi mobil listrik.  Sebegitu gigihnya Pak Dahlan  akan proyek mobil listriknya itu.

Sebagaimana kita tahu bahwa mobil listrik merupakan sesuatu yang baru di Indonesia, bahkan di dunia. Kendaraan yang umum digunakan sampai saat ini masih berbahan bakar minyak bumi. Infrastruktur yang ada sampai saat ini masih mendukung untuk kendaraan berbahan bakar minyak. Melihat kondisi ini tentu masyarakat akan memilih menggunakan mobil berbahan bakar minyak.  Namun kenapa Pak Dahlan begitu gigihnya untuk mengembangkan mobil listrik? Pak Dahlan pasti memiliki motivasi dibalik aksinya itu.

Menyimak sedikit cerita tentang Pak Dahlan Iskan dan mobil listriknya tersebut, bisa dikatakan Pak Dahlan ingin bergerak lebih cepat. Kenapa Pak Dahlan harus memulainya dari sekarang, kenapa tidak nant-nanti saja, toh mobil konvensional masih sangat mendominasi kendaraan saat ini apalagi didukung infrastruktur yang memadai. Sedangkan mobil listrik? siapa yang mau beli? buang-buang waktu dan tenaga saja. Seperti telah saya sampaikan pada artikel saya sebelumnya bahwa sebelum bergerak tentu kita harus memiliki motivasi terlebih dahulu untuk bergerak lebih cepat, kemudian harus ada acuannya sebagai indikator yang menunjukkan bahwa kita telah bergerak lebih cepat. 

Motivasi Pak Dahlan adalah ingin supaya bangsa Indonesia memiliki mobil nasional. Untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain, tidak mungkin melalui produk mobil konvensional yang berbahan bakar minyak, dimana bangsa-bangsa lain itu telah mengembangkan dan memproduksi produk tersebut puluhan tahun dan tentu sulit untuk dikejar. Oleh karena itu, Pak Dahlan lebih memilih mengembangkan mobil listrik, karena bangsa-bangsa lain pun baru memulainya.  

Jika dilihat dari motivasi Pak Dahlan,  Pak Dahlan mungkin ingin menyusul negara lain yang juga sedang giat-giatnya mengembangkan mobil listrik sebagai acuannya, seperti ingin mengejar Tesla sebagai salah satu produsen mobil listrik ternama di Amerika yang mungkin saja teknologinya sudah lebih maju. Sehingga dengan bergerak lebih cepat, teknologi tersebut masih dapat dikejar dan mungkin akan lebih mudah mengejar brand nya yang barangkali masih bisa menyamai Tesla serta lebih cepat membawa brand mobil listrik indonesia ke seluruh  dunia yang juga ikut berpacu dengan brand produsen-produsen dunia lainnya.

Apakah sudah pantas mobil itu dikembangkan saat ini? jika melihat kondisi negara ini yang masih mendukung mobil konvensional. Mungkin jawab nya sudah. Hal ini karena negara-negara lain sudah memulai mengembangkan mobil listrik. Kita harus “start” serentak dengan mereka agar kita di masa depan tidak lagi hanya menjadi konsumen seperti saat ini. Di masa depan kita harus mampu berdiri sejajar dengan bangsa lainnya dalam dunia otomotif. 

Indonesia akan punya brand serta produk yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh dunia. Selain itu,  cepat atau lambat, mobil listrik pasti akan digunakan banyak orang seperti halnya mobil konvensional saat ini. Hal ini karena ketersediaan minyak bumi semakin menipis. 

Sedangkan listrik adalah produk hilir dari segala sumber energi, apakah itu minyak bumi, panas bumi, gas, batu bara, gelombang laut, angin, surya, biomassa, nuklir, dll. Keseluruh sumber energi itu ujung-ujungnya akan menghasilkan listrik. Jadi mengembangkan mobil listrik dari kini rasanya tidak ada ruginya. Malahan itu akan menjadi investasi bangsa ini di masa depan.

Bergerak adalah sebuah proses yang didalamnya ada efisiensi. Apakah pergerakan itu akan berjalan efisien? Karena inefisiensi merupakan momok ketika kita harus bergerak lebih cepat. Ketika kita dipaksa bergerak lebih cepat maka bisa saja akan membutuhkan energi dan upaya lebih besar daripada bergerak normal. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa saja kita tidak sampai ke “garis finish” karena kehabisan tenaga. Menyimak cerita Pak Dahlan, ya mungkin saat ini memang butuh upaya keras agar proyek ini minimal bisa tetap berjalan. 

Mungkin tidak sedikit energi yang dikuras agar proyek ini tetap berjalan. Intinya proyek ini harus tetap berjalan. Pak Dahlan  tentu memiliki kapasitas yang terbatas.  Saya yakin beliau tidak mau tertinggal jauh dari produsen-produsen lainnya sebagai  acuan beliau untuk menjadikan mobil listrik kebanggaan Indonesia dipandang dunia di masa datang serta sejajar dengan produsen dunia lainnya. Oleh karena itu, beliau ingin bergerak lebih cepat, bergerak lebih cepat juga butuh dukungan dari kapasitas lingkungan dimana aksi itu dilakukan. 

Dalam konteks ini adalah kapasitas pemerintah untuk memberikan fasilitas dan infrastruktur pendukung, kapasitas perguruan tinggi untuk melakukan riset dan pengembangan, kapasitas industri yang akan memproduksi secara massal, serta kapasitas masyarakat melalui dukungan moril dan mudah-mudahan mau menggunakan mobil tersebut sebagai kebanggaan nasional dan sebagai rasa syukur dan cinta produk Indonesia.

Mari dukung mobil listrik nasional agar bisa bergerak lebih cepat mengejar bangsa lain.

By Agra Bramagara

Jumat, 28 November 2014

Kalau Saja Disewakan ke Indonesia…


“Pengin jadi jutawan?”
“Gampang!”
“Gampang bagaimana?”
“Jadikan diri Anda seorang miliader dulu.
Lalu, bikinlah perusahaan penerbangan. Anda akan segera jadi jutawan…”
***
Itu memang hanya humor. Tapi, di saat banyak orang ingin mendirikan perusahaan penerbangan dan kemudian ternyata banyak juga yang mengalami kesulitan, humor tersebut tentu cukup mengena.
Punya perusahaan penerbangan, rupanya, memang sangat menggoda. Punya pesawat saja sudah bisa membuat orang kagum, apalagi punya perusahaan penerbangan. Meski harga pesawat (bekas) belum tentu lebih mahal daripada sebuah pabrik kelas menengah, seseorang yang baru saja membeli pesawat akan jadi buah bibir di mana-mana. “Wah, dia beli pesawat” akan jadi kalimat yang bertebaran dari mulut ke mulut.
Sebelum krisis, ketika banyak pengusaha membeli pesawat pribadi, saya melihat seorang konglomerat yang tidak tergoda. Yakni Eka Tjipta Widjaya. Padahal, saat itu, dia konglomerat nomor tiga setelah Liem Sioe Liong dan William Soeryajaya. Saya pernah bertanya mengapa tidak ikut beli pesawat?
Jawabannya dua macam. Yang serius dan yang bercanda. “Bukankah untuk bisa makan sate tidak perlu memelihara kambing sendiri?” ujar Pak Eka setengah bercanda dan setengah berfilsafat. Lalu, dia memberikan jawaban yang serius, tapi juga ada nada candanya: “Kalau saya punya pesawat, dalam praktiknya, orang lain yang akan lebih sering memakai,” katanya. Mengapa? “Tentu akan banyak sekali penguasa yang pinjam. Dan, saya tidak mungkin bisa menolak,” jelasnya.
***
Saya juga ingat suatu saat kedatangan tamu penting. Orangnya sederhana. Tidak pakai dasi dan bajunya juga tidak perlente. Padahal, dia seorang lulusan MIT, sebuah perguruan tinggi paling beken di AS. Padahal, dia seorang presiden direktur sebuah perusahaan penerbangan.
Dia menceritakan optimismenya. Perusahaan penerbangan baru yang kepemimpinannya diserahkan kepadanya akan terus mengalami kemajuan. Dia bangga dengan pilihan strategi untuk menggunakan pesawat yang relatif baru: Boeing 737-300. Bukan seri 200 seperti perusahaan penerbangan swasta yang sudah ada. Dia juga bangga dengan strateginya untuk hanya berfokus melayani jurusan paling gemuk Jakarta-Surabaya.
Di sini dia head on dengan Garuda. Pesawatnya pun dibuat mirip Garuda, sedangkan harga tiketnya lebih murah. Jadwalnya juga dibuat mepet dengan Garuda, sedangkan keberangkatannya selalu diusahakan on time.
Sungguh tak disangka kalau tidak lama kemudian satu per satu jadwalnya hilang. Bahkan, akhirnya rute Jakarta-Surabaya ditutup sama sekali. Tapi, perusahaan tersebut barangkali memang belum sampai jatuh jadi jutawan. Buktinya masih terus berusaha hidup meski hanya menerbangi satu rute.
***
Siapa pun tentu juga masih ingat munculnya perusahaan penerbangan yang sangat spektakuler: Sempati. Pimpinannya seorang MBA dari Harvard. Terobosan manajemennya begitu banyak dan serba mengejutkan. Mulai memperkenalkan sistem city check-in sampai melakukan garansi tepat waktu. Ada pula undian di udara. Yang juga spektakuler adalah kemampuannya untuk hanya transit di suatu bandara selama 20 menit. Padahal, perusahaan penerbangan lain harus 30 atau 40 menit. Dengan waktu transit yang hanya 20 menit, maka kalau sebuah pesawat dari perusahaan penerbangan lain hanya mampu menjalani lima rute sehari, Sempati bisa enam rute.
Bagaimana cara mempersingkat waktu transit? Penumpang diminta keluar dari pintu depan. Sementara itu, dalam waktu hampir bersamaan, petugas kebersihan masuk dari pintu belakang. Dengan demikian, ketika penumpang terakhir keluar dari pesawat, bagian pembersihan sudah menyelesaikan 50 persen lebih tugasnya.
Maka, pimpinan perusahaan penerbangan tersebut menjadi amat terkenal. Di mana-mana ada seminar manajemen, dia jadi pembicaranya. Sering juga bersama saya. Atau, paling tidak, namanya disebut-sebut sebagai contoh jadi baik.
Sungguh tak dinyana kalau umur perusahaan penerbangan itu tidak panjang. Dia tidak hanya jatuh jadi jutawan, malah dinyatakan pailit sama sekali.
***
Lalu, pernah pula ada Awair. Semula banyak dirumorkan bahwa perusahaan penerbangan tersebut punya hubungan dengan Gus Dur sehingga Awair dikira singkatan dari Abdurrahman Wahid Air. Ternyata tidak.
Namun, dalam suatu pertemuan dengan Gus Dur, saya sempat juga terkesima. Waktu saya diterima Gus Dur, di situ sudah ada dua orang pimpinan Awair. Entah apa yang diceritakannya kepada Gus Dur, yang jelas Gus Dur kembali menceritakan kepada saya mengenai betapa membanggakannya Awair. “Sebentar lagi, Awair akan menerbangi rute internasional,” ujarnya. “Bahkan, sudah segera memesan Airbus XXX,” tambah beliau.
Airbus XXX adalah pesawat terbesar yang sedang dibuat yang akan menjadi pesawat terbesar di muka bumi. Pesawat itu begitu besarnya sehingga ada ruang olah raganya. Kabinnya dua tingkat dari muka sampai belakang.
Begitu besarnya pesawat ini sehingga pintu keluarnya pun akan ada yang atas dan ada yang bawah. Dengan begitu, kalau pesawat ini kelak benar-benar dipergunakan, harus banyak bandara yang menyesuaikan diri. Terutama dalam penyediaan “belalai gajah”-nya.
Saya tidak mengira bahwa tak lama setelah pertemuan dengan Gus Dur tersebut, Awair tidak lagi mengudara. Pemiliknya, seorang pengusaha kimia, rugi ratusan miliar. Nama pemilik Awair tetap harum karena bisa menyelesaikan seluruh kewajibannya tanpa cacat. Perusahaan kimianya pun masih terus bertambah besar.
***
Meski sudah banyak yang sulit, rupanya, minat untuk mendirikan perusahaan penerbangan tidak pernah surut. Dalam skala yang amat kecil, ini mirip dengan orang mau bikin koran.
Saya sendiri kini tidak hafal ada berapa perusahaan penerbangan di Indonesia. Begitu banyak nama baru. Sebagai orang yang sering ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, saya amat tertolong. Banyak rute baru dibuka. Rute “aneh-aneh” seperti Pontianak-Batam atau Jogya-Balikpapan kini ada yang menerbangi.
Tarif pun luar biasa murahnya. Kini tidak merasa berat lagi ke Jayapura atau ke Medan. Tinggal kita terus berdoa mudah-mudahan tidak ada lagi yang tutup. Agar tetap banyak rute baru. Memang, terjadinya perang tarif seperti sekarang kadang-kadang menimbulkan pertanyaan: apakah cukup untuk biaya perawatan? Apakah perawatannya dilakukan dengan benar? Bukankah pesawat yang dipakai umumnya yang tahun 1980-an (Boeing 737-200 atau MD-80) yang tentu saja memerlukan perhatian lebih besar?
Begitu kerasnya perlombaan turun tarif tersebut sehingga iklan Sampoerna perlu dikutip di sini: how low can you go!
***
Di tengah lomba turun harga seperti itu, Garuda yang menggunakan pesawat lebih baru tentu tidak akan kuat melayani. Memang Garuda juga menyediakan tarif hanya Rp 199.000 untuk Surabaya-Jakarta, namun itu tidak untuk semua kursi. Sekadar untuk ikut ramai-ramai perang tarif, rupanya. Dengan banyaknya pesawat Lions dan Bouraq jurusan Jakarta-Surabaya, bisa jadi penumpang Garuda memang tersedot ke sana.
Maka, kini Garuda menempuh kiat baru. Balik menyedot penumpang dengan menggunakan pesawat besar untuk Surabaya-Jakarta. Pilotnya pun ikut promosi dengan memberikan pengumuman kepada penumpangnya begini: Selamat datang di dalam pesawat Garuda, pesawat yang paling canggih… Rupanya, dengan menggunakan kalimat “paling canggih”, Garuda ingin mengingatkan bahwa perusahaan lain menggunakan pesawat tahun 1980-an.
Benarkah pesawat yang digunakan Garuda itu yang paling canggih? Sabar dulu. Sang pilot masih meneruskan kata-kata “yang paling canggih” tersebut dengan lanjutan “yang dimiliki oleh Garuda…”
***
Kalau pesawat Concorde mulai kemarin tidak lagi terbang untuk selama-lamanya, tentu tidak ada hubungannya dengan perang tarif. Pesawat itu memang sudah waktunya tidak boleh terbang karena umurnya yang sudah 20 tahun. Kalau saja bisa disewakan ke Indonesia, barangkali saja masih bisa diberdayakan. Namun, mau untuk jurusan mana?
Saya tidak menyesal Concorde mengakhiri masa baktinya. Saya sudah pernah “makan sate”-nya. Saya pernah menggunakan Concorde ketika akan pergi dari London ke New York. Saya akan terus ingat pengalaman itu meski sertifikat saya sebagai orang yang pernah naik Concorde hilang entah di mana.
Yang selalu saya ingat adalah bahwa jarak London-New York hanya saya tempuh 3,5 jam. Saya berangkat dari London pukul 10.00, sampai di New York masih pukul 09.30. Malah lebih pagi setengah jam!
Saya juga masih ingat bagaimana rasanya percepatan laju pesawat itu hingga akhirnya mencapai dua kali kecepatan suara. Juga bagaimana melihat bumi yang melengkung dari ketinggian 60.000 kaki itu!**

Dahlan Iskan dengan Kemeja Putih tanpa Kerah



ADA  yang berubah dari penampilan Dahlan Iskan setelah tidak lagi menjabat menteri badan usaha milik negara (BUMN). Sebelumnya mantan direktur utama (Dirut) Perusahaan Listrik Negara (PLN) itu selalu mengenakan kemeja putih dengan lengan baju dilipat. Kostum itu sudah lama menjadi ciri khas Dahlan, bahkan sejak sebelum menjadi Dirut PLN maupun menteri BUMN.

Belakangan banyak pejabat yang meniru gaya berpakaian Dahlan tersebut. Termasuk Presiden Joko Widodo dan anggota Kabinet Kerja. Tidak hanya gaya berpakaian, slogan kerja..kerja..kerja.. yang selama ini identik dengan Dahlan juga dipakai di kabinet Jokowi-JK.
”Sekarang saya tidak punya jabatan apa-apa. Saya tetap memakai kemeja putih, tetapi tidak berkerah. Jadi tidak terkesan formal. Yang sebelumnya sudah banyak ditiru,” ujar Dahlan saat berdialog dengan para redaktur dan jajaran manajer Jawa Pos di Graha Pena Surabaya (12/11). Dahlan memadukan kemeja putih ”barunya” dengan celana panjang hitam dan sepatu DI.
Pria kelahiran Tegalarum, Magetan, itu mengatakan sudah memutuskan untuk tidak tinggal lagi di Surabaya. Aktivitas Dahlan setelah tidak menjadi menteri juga tetap padat. Suami Nafsiah Sabri tersebut tengah sibuk menanam kaliandra merah. Tanaman itu memiliki kalori tinggi sehingga cocok dijadikan sumber energi.
Kaliandra cocok ditanam di tanah tandus di luar Jawa. Kaliandra akan menjadi bahan bakar listrik di daerah-daerah terpencil yang belum dialiri listrik PLN. Setiap 200 hektare kaliandra mampu menggerakkan pembangkit listrik 5 megawatt. ”Nanti di kemeja saya akan ada tulisan kaliandra,” ucap Dahlan sambil menunjuk dada kirinya. (c9/tom)
http://m.jpnn.com/news.php?id=269577

Minggu, 02 November 2014

Dahlan Iskan Puji Bank Kambing Santrendelik

SEMARANG – Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan kemarin (2/11) meresmikan bank kambing yang digagas Santrendelik Kampung Tobat Semarang. Dia memuji pendirian bank kambing di pondok pesantren tersebut.

Dahlan ingin memantau perkembangan Yayasan Santrendelik tersebut. ”Kita lihat lima tahun ke depan, mereka (pengurus Yayasan Santrendelik) sudah bertengkar atau belum. Kalau belum, ditakdirkan Santrendelik akan menjadi pesantren yang istimewa,” paparnya.

Pondok pesantren kontemporer itu berlokasi di tengah hutan jati di Kampung Kalialang Lama, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

Ponpes yang baru enam bulan berdiri tersebut dinamakan Santrendelik atau pondok pesantren yang lokasinya ndelik (tersembunyi).

Ketua Yayasan Santrendelik Ikhwan Saifullah mengatakan, bank kambing Santrendelik sudah memiliki 60 ekor kambing.

Nanti setiap empat bulan sekali, kambing tersebut dijual dan dibelikan kambing lagi. Keuntungannya digunakan untuk membangun pesantren. Juga akan dilakukan audit untuk pemantauan.

”Enam puluh ekor kambing dalam satu kandang akan didistribusikan ke setiap desa. Kami menargetkan dalam setahun bisa memiliki 5 juta ekor kambing sehingga dengan adanya bank kambing, pesantren bisa dihidupkan dan dikembangkan,” katanya. (mg9/aro/JPNN/c6/sof)

Slogan Kerja Kerja Kerja


Slogan Kerja Kerja Kerja memang sedang ngetrend. Inilah hebatnya bapak Presiden kita yang baru untuk membuat tagline lama menjadi mudah terkenal.
Semangatnya adalah tidak perlu lagi terlalu banyak pidato, protokoler, formalitas tapi langsung Kerja Kerja Kerja.
Di Era bapak SBY beberapa menteri sudah menerapkannya bahkan menjadi tagline instansi PLN dan BUMN. Tak ayal pemimpin dua instansi ini lansung berlari penuh. Berbagai terobosan dilakukan.
Slogan ini menjadi semangat untuk bekerja sepenuh hati. Bagus bukan? Karenanya pak Jokowi jatuh hati untuk menggunakan slogan ini dalam pidatonya dan bahkan kabinetnya di kasih nama kabinet kerja.
Semangat ini bagaimanapun bagus konsepnya namun tetap saja harus dilihat hasil nyatanya.
Pak Dahlan Iskan yang selalu menggunakan tagline ini sebagai revolusi mental sejak di PLN dan BUMN saja harus betul betul kerja sangat keras. Itupun tidak semua berjalan mulus. Beberapa diantaranya masih menyisakan soal seperti Leces dan Merpati.
Nah kabinet sekarang dengan tagline formal kerja kerja kerja mau tidak mau harus berlari kencang. Jangan lagi pakai hak tinggi dan sepatu pantofel. Yang cocok ya sepatu kets yang biasa dipakai berlari.
Tentu saja Kerja Kerja Kerja ini konsekuensinya adalah mendekatkan masalah, mencari solusi langsung dari lapangan tanpa harus selalu menunggu laporan yang tercetak.
Itu dinamakan blusukan oleh pak Jokowi, istilah yang terkenal di seantero alam.
Karena dekatnya dengan lapangan dan masyarakat, sedikit saja berlebihan, langsung bisa disematkan pencitraan.
Satu satunya cara membungkamya dengan menunjukkan hasil kerja kerja kerja tersebut. Harus betul betul dirasakan.
Masalah harus dihadapi tanpa harus menyalahkan bahwa sebelumnya kacau balau dan ujungnya menyalahkan karena menerima warisan masalah.
Pak presiden harus tahu mana yang bisa bekerja, mana yang hanya pesolek semata. Harus berani ganti menteri yang susah diajak lari.
Kalau kabinet ini tidak bisa menunjukkan hasil bagus dan selalu menyalahkan kebijakan sebelumnya maka sematan pencitraan belaka memang betul-betul layak tersemat.
Jangan sampai Kerja Kerja Kerja hanya jadi slogan KW2.

Jumat, 31 Oktober 2014

Aksi Dahlan Iskan Joget Dangdut


indosiar.com, Jakarta - (Jumat : 31/10/2014) Dahlan Iskan, Menteri BUMN di era pemerintahan SBY, ternyata sangat luwes berjoget dangdut. Dahlan tampak bersemangat ketika menerima tantangan berjoget dalam program "I Like Dangdut Challenge". Selain untuk kian mempopulerkan musik dangdut, gerakan ini juga untuk mengumpulkan dana bagi pendidikan. Dan pemirsa, berikut kita saksikan seperti apa semangatnya Dahlan Iskan saat ditantang berjoget dangdut.

Di tengah aktivitasnya yang padat ketika masih menjabat Menteri BUMN, Dahlan Iskan menyempatkan diri menerima kru Indosiar di kantornya di Jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta usai kegiatan rutinnya berolahraga pagi hari. Dahlan langsung setuju atas tantangan berjoget dangdut yang diajukan tim Indosiar.

Sebelumnya, bos Jawa Pos grup ini latihan joget dangdut sambil mendengar musik I Like Dangdut. Bahkan, ia mencoba menciptakan joget dangdut sendiri.

Setelah sekali latihan, Dahlan pun langsung beraksi. Dahlan pun merasa bangga mendapat tantangan ini karena bisa memajukan musik asli Indonesia sekaligus memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan.

Selain Dahlan Iskan, sejumlah tokoh telah siap menjawab tantangan "I Like Dangdut" sambil memberi sumbangan untuk dunia pendidikan. "I Like Dangdut Challenge" ini pun terbuka untuk anda. Silakan mengunggah video goyang dangdut anda ke Vidio dot com. (Ahmad Baehaqi/Dedi Effendy/Sup)

http://www.indosiar.com/fokus/aksi-dahlan-iskan-joget-dangdut_121092.html

Senyum Presiden Rwanda Saat Lihat Video Dahlan Iskan Bergoyang



Liputan6.com, Jakarta - Setelah menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden Rwanda Paul Kagame menjadi tamu istimewa Redaksi Liputan6.com, Jumat (31/10/2014).

Pak Presiden, yang disertai Ibu Negara Jeannette Nyiramongi Kagame dan rombongannya, berkeliling ke meja-meja redaksi, mengucap salam, dan tersenyum lebar saat melihat goyangan Dahlan Iskan di program tantangan 'I Like Dangdut' di Vidio.com. "Interesting," kata Paul Kagame.

Kunjungan Presiden Rwanda ke Indonesia membawa sejumlah misi. Terutama adalah untuk mempererat hubungan dua negara dalam bidang perdagangan, investasi, dan pertukaran budaya yang saling menguntungkan. "Juga kerjasama dalam bidang pariwisata. Baik kunjungan wisatawan Indonesia maupun sebaliknya, dari Rwanda," kata dia saat diwawancara wartawan SCTV, Retno Pinasti.

Hubungan Indonesia dan Rwanda sudah lama terjalin. "Dan Indonesia adalah sahabat dari banyak negara Afrika."

Rwanda, tambah dia, juga berusaha meningkatkan hubungan dagang. "Kami punya kopi dan teh berkualitas tinggi," kata Presiden. Negaranya yang terletak di Afrika Tengah saat ini sedang mengembangkan kemampuan manufaktur, mengolah komoditi, dan meningkatkan keahlian masyarakat

Presiden Kagame memuji Indonesia sebagai negara besar dengan populasi yang besar namun masyarakatnya bisa berdampingan di tengah perbedaan. "Tak mudah untuk mengelola perbedaan seperti apa yang telah dilakukan Indonesia," kata dia.

Lantas bagaimana pandangannya tentang Presiden Joko Widodo?

"Mungkin yang paling tepat untuk memberi pendapat adalah rakyat Indonesia sendiri, mengapa memberikan kepercayaan dan memilihnya. Pasti ada banyak harapan pada kepemimpinannya."

Presiden Kagame berharap, Jokowi bisa menjalankan tugasnya dengan baik. "Ia (Jokowi) muncul di waktu yang tepat,"  kata dia. (Tnt)
Credit: Elin Yunita Kristanti

http://news.liputan6.com/read/2127298/senyum-presiden-rwanda-saat-lihat-video-dahlan-iskan-bergoyang 

Kamis, 30 Oktober 2014

Kaliandra untuk Energi Listrik

Photo from Lombok Post

30 October, 2014
KOTA BIMA - Setelah melepas jabatan Menteri BUMN, Dahlan Iskan masih tetap bersemangat untuk ikut membantu memajukan masyarakat, bangsa, dan negara.

Salah satu yang kini dilakukan adalah menggalakkan penanaman Kaliandra. Pohon ini akan dimanfaatkan untuk energi listrik. Salah satu wilayah penanaman pohon tersebut berada di kawasan Tambora, Bima.

Bima dijadikan pilot projek penanaman Kaliandra, selain 10 lokasi yang tersebar di Indonesia. Dahlan Iskan langsung meninjau kawasan penanaman Kaliandra di Bima.

Dahlan Iskan di sela-sela kunjungannya mengatakan, kehadirannya di Kota Bima memiliki dua tujuan utama. Yakni ingin membangun Kota Bima dan membangun usaha untuk warga Bima.

Dijelaskan, usaha tersebut yaitu mendirikan perusahaan listrik berbasis kemasyarakatan. Usaha energi tersebut akan dikelola oleh warga.

Sebelum pembangkit listrik tersebut didirikan, terlebih dahulu akan mensosialisasikan tanaman Kaliandra merah pada warga. Batang tumbuhan inilah yang akan menjadi bahan bakar pembangkit listrik.

“Batang pohon ini memiliki kalori 4.000. Apinya sangat panas dan batangnya mudah terbakar,” jelasnya.

Untuk menanam tumbuhan tersebut tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar satu tahun. Namun dibutuhkan lahan yang cukup luas. Kaliandara yang ditanam di lahan seluas 200 hektare bisa membangkitkan listrik 0,5 Megawatt.

Keunggulan lain, lahan untuk menanam Kaliandra tidak perlu subur. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di tanah tandus dengan curah hujan rendah. “Karena lahan yang dibutuhkan cukup luas, saya akan ke Gunung Tambora, sebagai lokasi percontohan,” bebernya.

Kaliandra akan tumbuh dalam waktu cepat. Setiap enam bulan, batangnya bisa dipangkas untuk dijadikan bahan bakar. “Tanaman ini bisa hidup hingga 24 tahun,” sebutnya.

Bila Kaliandra tumbuh dengan baik, batangnya akan dijadikan bahan bakar oleh perusahaan listrik yang akan dibangun. Tapi batang pohon tersebut tidak diambil cuma-cuma. Perusahaan akan membayar ke warga, kemudian warga akan membayar listrik ke perusahaan.

“Ini murni bisnis, tapi saya tidak mengambil keuntungan, karena warga sendiri yang akan mengelola perusahaan itu,” tuturnya.

Diungkapkan, pendirian perusahaan listrik dan budidaya Kaliandra tersebut bukan untuk mencari keuntungan. Melainkan untuk membantu warga. Dahlan sudah berikhtiar mendirikan PT SDI (Sosiopreneur Demi Indonesia) itu agar semangat kerjanya tetap bisa tersalurkan.

“Saya hanya ingin membantu warga, saya juga tidak mau kembali ke perusahaan dulu (Jawa Pos),” tuturnya.

Sementara itu, dalam kunjungan tersebut, Dahlan Iskan mengapresiasi perkembangan pembangunan Kota Bima termasuk pembangunan kota tepian air.

“Tiga tahun lalu saya sempat bertanya pada Pak Qurais (Wali Kota), mau dijadikan apa Teluk Bima,” katanya, saat berkunjung di kediaman Wali Kota Bima.

Begitu sampai di Kota Bima, mantan CEO Jawa Pos Grup ini menyatakan kaget melihat pesatnya perkembangan Kota Bima. Dahlan Iskan tidak menyangka Kota Bima mengalami perubahan yang cukup besar.

Karena itulah, Dahlan Iskan membawa beberapa tenaga ahli dari Surabaya untuk membantu Kota Bima membangun kota tepian air. “Saya salut dengan kinerja Pak Qurais dan jajaran, membangun daerah. Padahal saya datang niatnya ingin membantu membangun Kota Bima,” katanya.

Wali Kota Bima HM Qurais H Abidin sangat berterimakasih atas kunjungan Dahlan Iskan. Ia mengatakan, selama tiga tahun menunggu Dahlan Iskan untuk bisa datang ke Kota Bima. “Saya benar-benar bersyukur atas kunjungan guru saya ini,” katanya.

Diungkapkan, pembangunan dari Ni’u hingga Ama Hami merupakan ide dari Dahlan. Karena saat itu Dahlan menantangnya untuk menata Teluk Bima.

“Saya ditanya, mau dijadikan apa Teluk Bima yang kotor ini. Saat itu saya belum memiliki ide, tapi Dahlan menawarkan untuk membangun kota tepian air,” ceritanya.

Sebelumnya, Dahlan Iskan dan rombongan tiba di Bandaran Sultan Salahudin Bima sekitar pukul 16.03 Wita. Dahlan Iskan langsung disambut CEO Lombok Post Group H Ismail Husni dan jajaran managemen Lombok Post Group.

Dari bandara, Dahlan mengemudikan sendiri mobil EA 1 S milik wali kota. Perjalanan diawali dengan melihat Teluk Bima dari Ni’u hingga Ama Hami.

Rombongan juga berkeliling hingga ke Pelabuhan Bima. Perjalanan dilanjutkan ke Kolo. Dahlan Iskan beserta rombongan menyempatkan diri mampir ke PLTU Bonto. Setibanya di sana, Dahlan Iskan berdiskusi dengan warga dan staf yang mengerjakan PLTU tersebut.

Perjalanan dilanjutkan ke kediaman Wali Kota Bima untuk melaksanakan Salat Magrib berjamaah kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan malam. Dahlan Iskan bersama rombongan kemudian berangkat menuju Gunung Tambora. 

(nk/Lombok post group)

Rabu, 29 Oktober 2014

Ini Orang-orang Sukes yang Tak Lulus Sekolah

Photo from Okezone.com

Dahlan Iskan

Dari dalam negeri juga ada orang sukses yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Salah satunya adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.

Dahlan tidak pernah lulus pendidikan sarjana. Kuliah di kampus IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda, pria kelahiran Magetan ini terpaksa berhenti atau drop out (DO) di semester IV.

Meski DO dan tidak punya gelar sarjana, Dahlan bisa sukses memimpin dan membesarkan group media Jawa Pos hingga berhasil menduduki Direktur Utama PT PLN (persero). Terakhir Dahlan menjadi Menteri BUMN yang membawahi 143 perusahaan pelat merah.

Selama menjadi Menteri BUMN, suami dari Nafsiah Sabri ini memperoleh 3 gelar akademik kehormatan.



Susi Pudjiastuti

Beda dengan mayoritas menteri di kabinet Jokowi yang berpendidikan tinggi, Susi sama sekali tidak mengenyam pendidikan sarjana bahkan wanita yang fasih berbahasa Inggris ini drop out alias tidak lulus pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Meski demikian, Susi bukanlah wanita biasa. Ia merupakan seorang pebisnis ulung. Usahanya bergerak mulai dari bidang perikanan hingga penerbangan. Untuk penerbangan, Susi mengawali bisnisnya hanya dengan 2 unit pesawat Cessna Caravan pada tahun 2004.

Siapa sangka, 10 tahun kemudian bisnis maskapai dengan bendera Susi Air menggurita. Susi Air memiliki 50 unit pesawat dan helikopter berbagai jenis. Tidak hanya itu, Susi mempekerjakan 290-an penerbang asing yang datang dari seluruh penjuru dunia.

http://finance.detik.com/read/2014/10/29/133835/2733072/4/3/ini-orang-orang-sukes-yang-tak-lulus-sekolah#bigpic

Senin, 27 Oktober 2014

DAHLAN ISKAN MELAWAN RRC


Saya sering membaca komentar bahwa Dahlan seoarang Yahudi, Jongos Neolib, dan sejenisnya. Saya tidak paham kesimpulan itu bersumber dari apa ya? karena setahu saya Dahlan sebagai wartawan sangat nasionalis, demikian juga sebagai pengusaha media, tidak mungkin rasanya membangun jaringan media sebanyak itu dengan jiwa Neolib. Kemudian sebagai pejabat, hampir tidak ada satu pun kebijakan yang berbaua Neolib, bahkan terakhir saya dengar dari kawan saya yg di BIN gerakan Dahlan sangat ditakuti asing , intinya Dahlan termasuk bagian orang yg di warning untuk tdk menjadi pemimpin di negeri ini, karena kebijakannya yg nasionalis . 

Terakhir misalnya Dahlan sangat menentang Blok Mahakam diberikan lagi ke TOTAL, tapi ngotot diberikan ke Pertamina, dan juga Inalum yg pilih dijadikan BUMN, ketimbang dibeli Jepang. 

Tak hanya itu, sebagai anak buruh tani yang lahir di Magetan, Dahlan sangat gandrung atau jatuh cinta luar biasa memajukan petanian dan agrobisnis di Indonesia, melalui perusahaan BUMN pertanian . Padahal BUMN pertanian sepanjang sejarah sudah seperti BUMN perahan dan ATM para koruptor, kini dijadikan Dahlan sebagai BUMN yg memiliki peran untuk mengentaskan kemiskinan. 

Mungkin sudah jalan Tuhan juga, saat Menteri Pertaniannya memble dan diduga tersangkut beberapa kasus, Dahlan yg menteri BUMN justru jatuh cinta dan memikirkan nasib petani . Saya lhat Dahlan kalau sudah ngomong masalah pertanian sangat berapi-api, pemikirannya sangat cerdas dan maaf rasanya lebih pinter dengan Menteri pertaniannya, atau pun lulusan doktor pertanian. 


Gerakan Dahlan di Pertanian antara lain, dia sangat giat menanam Sorgum. Mengapa karena ketergantungan kita terhadap gandum sangat besar , padahal gandum disinyalir bisa menyebabakan autis . Dahlan sadar , sorgum tidak akan bisa menggantikan gandum yg luar biasa besar ketergantungan dan kebutuhannya, tetapi pemikiran Dahlan , kalau kita menanam sorgum, maka dampak negatif gandum pada anak-anak bisa dikurangi, di samping , pasarnya juga sangat terbuka, karena PT Indofood Sukses Makmur sebagai pengguna gandum terbesar sudah menyanggupi berapapun sorgum yg dihasilkan petani kita. 


Melalui CSR Pertamina dan beberapa perusahaan BUMN lainnya, Dahlan menggerakan BUMN petani untuk menjadi INTI dari petani yg menanam sorgum di beberapa wilayah di Indonesia.

Selain Sorgum, Dahlan juga sangat gencar menanam tumpang sari di lahan Perhutani, beberapa produk lain di sampin Jati, terutama yg Dahlan sangat tertarik adalah tanaman Porang. Tanaman Porang ini kalau di Jawa namanya KATAK. mengapa Dahlan jatuh cinta mengembangkan tanaman Porang, karena Tepung Porang ini harganya mencapai Rp 300 ribu per Kg, dan merupakan tepung termahal di dunia. tepung ini selain untuk bahan makanan kelas atas, juga untuk bahan kosmetik dan banyak permintaan dari luar negeri. Dengan sistim Perhutani sebagai Inti, Dahlan berharap masyarakat sekitar hutan bisa dinaikkan taraf hidupnya dengan menanam Porang.


Kesedihan Dahlan memuncak, saat melihat Bulog terus menerus mengimpor beras , padahal sebagai wartawan ia sering menulis di jaman orde baru, Indonesia bisa melakukan swasembada beras. Dahlan pun berjibaku, semua BUMN di bidang pertanian dikumpulkan disuruh membuat konsorsium untuk mencetak sawah baru. 


Tak hanya BUMN pertanian, BUMN di bidang konstruksi dilibatkan untuk membantu persipan mulai dari pelepasan hingga persipan lahan. Untuk tahap pertama 10.000 hektar dicoba dilakukan di Kalimantan Barat. Semua percetakan sawah baru dibiayai dari PKBL (CSR BUMN).

Masih banyak lagi, bidang pertanian , perkebunan, dan peternakan yg terus menerus jadi perhatin Dahlan, namun luput dari hiruk pikuk pemberitaan, karena memang berita membangun pertanian, perkebunan , dan juga peternakan itu tidak seksi. Beirta peternakan itu belakangan memang menjadi seksi , ketika para petinggi Partai PKS bermain-main di ranah Daging Sapi. 


Soal impor daging ini pun menjadi ironis, karena sejak tahun lalu, Dahlan mati-matian mengembangkan pembibitan sapi di Indonesia, untuk mengurangi ketergantungan impor (melalui BUMN peternakan)..eh tahu-tahu di sisi lain yg konon 'direstui" pejabat lain, justru rakyat dibuat tergantung oleh impor daging sapi , hanya karena besarnya duit yg BERLEMAK pada sistem impor daging sapi kita.

Masih banyak lagi bidang-bidang pertanian yg terus mati-amatian diperjuangkan Dahlan, untuk mewujudkan Indonesia yg gemah ripah loh jinawi yg selama ini sudah hampir dilupakan orang, lantaran kita sudah menjadi jajahan impor produk apapun dari luar negeri, termasuk sayur dan buah.


Belakangan Dahlan sangat tergila-gila untuk "MELAWAN RRC" dengan ganti menjajah RRC (China) dengan membanjiri pasar mereka dengn produk buah tropik kita. 


Saat ini impor buah kita impor buah sekitar 17 triliun per tahun. Dan terbesar dari China. Ironisnya China yg tdk menanam buah tropik (karena iklimnya) mengimpor besar-besaran buah tropik dari Philiphina dan Thailand. Dahlan melihat dengan penduduk 1,2 miliar kebutuhan buah tropik China luar biasa , dan ini mustinya menjadi pasar yg luar biasa untuk ekspor buah tropik kita, tapi nyatanya kok kita gak bisa ekspor ke China tapi malah impor buah dari China untuk yg non tropik. 

Untuk mengisi pasar China yg luar biasa , Dahlan berfikir , tidak bisa hanya dikerjakan secara individual dengan mengerahkan petani, tapi harus mengerahkan korporasi besar , dalam hal ini Dahlan menunjuk PTPN VIII untuk menjadi intinya. Dengan tekat menundukkan pasar RRC, Dahlan pun sejak tahun lalu mencanangkan REVOLUSI ORANGE yaitu penanaman buah tropik secara besar-besaran , dimana proyek ini dikerjakan PTPN VIII dan IPB, serta para petani .


Kalau kita jeli dan jujur mengakui kecerdasan Dahlan , maka terobosan ini luar biasa, kenapa? PTPN VIII yg selama ini merupakan BUMN yg menanam teh di daerah Jawa Barat , sudah bertahun-tahun merugi ratusan miliar setiap tahunnya. Mengapa merugi? Karena tidak semua teh yg ditanam PTPN VIII hasilnya baik , karena banyak lahan PTPN VIII banyak yg berada di datran rendah (10.000 hektar). 


Anehnya meski sudah tahu berpuluh-puluh tahun (sejak jaman Belnda), bahwa tanaman tenh untuk datran rendah tidak bagus , namun manajemen PTPN VIII, termasuk menteri yg dulu-dulu tidak pernah punya pikiran untuk mengganti tanaman teh yg ternyata kwalitas rendah bila ditanam di datarn rendah. 

Nah saat menterinya Dahlan inilah , kemudian Dahlan mengumpulkan para hali, terutama dari IPB , kira-kira tanaman apa yg cocok untuk daerah dataran rendah. Dan para pakar di IPB kala itu merekomendasikan agar tanaman teh itu diubah menjadi perkebunan buah tropik. 

Gayung bersambut, Dahlan langsung setuju , dan saat ini ribuan hektar tanah yg tidak produktif ditanami teh oleh PTPN VIII itu mulai disulap menjadi kebun buah tropik, dimana tahap pertama yg ditanam adalah pisang, pepaya dan manggis. Dan bila semua berjalan sesui rencana, maka diperkirakan tahun depan gerakan MELAWAN RRC, atau mengimbangi impor buah RRC bakal terlaksana, karena PTPN VIII akan menjadi importir buah terbesar ke negara China. 

Luar biasa!!! Dahlan bukan hanya membangkitkan nasionalisme dengan mulai mengurangi penjajahan impor, tapi juga membuat perusahaan seperti PTPN VIII yg berpuluh tahun merugi menjadi berfungsi dan bahkan untung. Dahlan juga "menempatkan" para insinyur pertanian bekerja di bidangnya apabila Revolusi Orange ini terus dikembangkan secara besar-besaran, dimana Korporasi dalam hal ini perushaan BUMN (PTPN) akan bertindak sebagai Lead (inti ) dan petani sebagai plasmanya. 

Lalu dengan berbagai gebrakan Dahlan di bidang pertanian, peternakan dan perkebunan itu, apakah masih kuat mulut dan tangan kita menyebutkan dia JONGOS NEOLIB ...dan lucunya sebutan itu terlandasi oleh keikutsertaan Dahlan dan istrinya di lembaga sosial yg kebetulan pengurusnya bukan orang muslim, seperti Lions Club. Serangan yahudi, dan neolib ini juga pernah diterima Jokowi, hanya lantaran istrinya menjadi pengurus Rotary Club...


Mari melihat segala sesuatau dengan hati yg jernih, jangan dengan e
mosi, perasaan tidak suka, apalagi iri dan dengki...selamat berjuang terus sahabat dan guruku, Dahlan Iskan . Indonesia akan bangkit dengan orang-orang seperti Anda! 


(Selamat Hari Kebangkitan Nasional)
by Nanik Sudaryati

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost