Senin, 30 Desember 2013

Miniatur Indonesia dibawah Dahlan Iskan

Miniatur Indonesia dibawah Dahlan Iskan



by @Ksatriawangsa


Untuk membayangkan Indonesia berubah dan melesat maju dipimpin Dahlan iskan adalah dengan melihat miniatur perubahan tersebut pada perkeretapian Indonesia.


Tidak habis “tergamam-gamam” Ksatria Wangsa demi melihat bagaimana pemandangan yang dulu rusuh, mengenaskan, memprihatinkan, menjengkelkan bahkan memalukan bangsa di mata masyarakat negara jiran dan dunia itu, kini dengan sontak dan relatif mulus bak permainan sulap telah berubah menjadi tertib dan maju layaknya negara-negara berperadaban yang lain.

Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya, ternyata Indonesia bisa maju tanpa perlu berlama-lama dan tanpa perlu mengubur kepala sendiri dengan banyak alasan dan dalih serta menyalahkan sana-sini atas bawah samping kanan dan kiri…

Memang perubahan itu dimotori oleh Sang Direkturnya. Tetapi tanpa lindungan Bos di Kementerian BUMN, langkah-langkah perombakan kepegawaian di KAI belum tentu akan seperti sekarang ini.

Demikian juga kalau ingin melihat miniatur kemajuan Indonesia di bawah kepresidenan Dahlan Iskan lihatlah bagaimana perusahaan-perusahaan BUMN kita yang bertahun-tahun bangkrut itu kini telah mengkilap dengan mewahnya meraup keuntungan-keuntungan.

Bahkan perusahaan-perusahaan BUMN RI dengan gagahnya memasuki lapangan permainan di negara orang sebagai pemain tamu yang disegani dan diperhitungkan.
Itu baru miniatur saudaraku sekalian…

Minggu, 29 Desember 2013

Dahlan Iskan , Triomacan dan Korupsi



Triomacan berulah lagi, setelah fitnah korupsi 37 Triliun tidak terbukti, mereka mencari celah lain dengan mengangkat Isu Korupsi di PLTU Embalut Kaltim. Dalam dialog dengan relawan, sikap Pak Dahlan terhadap fitnah-fitnah itu jelas.

Tidak akan melayani, dijelaskan faktanya pun bakal makin menjadi-jadi. Bahkan dengan lantang Pak Dahlan berseru ke relawan: kalau masih ragu-rau pada saya, dan lebih percaya sama triomacan, jangan dukung saya!

https://soundcloud.com/relawan-di/blak-blakan-dahlan-triomacan

Cuma relawan seperti kita, suka gregetan dengan fitnah semacam ini. PLTU Embalut ini punya group Jawa Pos. Dibangun sebagai pembangkit swasta pertama di luar jawa untuk membantu PLN mengatasi krisis listrik di Kaltim.

Dalam sebuah interview, Dahlan pernah menceritakan awal tahun 2000 "Ada permintaan dari Kalimantan Timur yang menghadapi krisis. Aneh kan, di kawasan penghasil batu bara terbesar, pembangkit listriknya bukan menggunakan batu bara, tapi solar dan gas. Biayanya mahal sekali. 


Karena sudah berpengalaman, dan kebetulan juga di kampung isteri saya, permintaan itu saya penuhi. Saya bangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Embalut, berpatungan dengan pemerintah daerah. dengan kapasitas 2 x 25 megawatt. PLN membeli dengan harga murah. Saya malah rugi hingga 5 miliar perbulan. " Kata Dahlan.

http://news.liputan6.com/read/255908/dahlan-menaikkan-tarif-listrik-bukan-agenda-saya

Berikut berita lama Peresmian PLTU EMbalut tahun 2008.

SBY Resmikan PLTU Embalut
---------

TENGGARONG – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Embalut - Tanjung Batu, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar), diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sabtu (5/7).

Peresmian firing tahap I proyek berkapasitas 2x25 megawatt (MW) yang dibangun PT Cahaya Fajar Kaltim (CFK) ini ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh SBY. CFK adalah perusahaan patungan PT Kaltim Electric Power (KEP) milik Jawa Pos Grup dengan Pemprov Kaltim melalui Perusda Kelistrikan Kaltim.


Secara khusus, SBY menyampaikan apresiasi dan menyatakan bangga atas dibangunya proyek PLTU berbahan bakar batu bara ini lantaran ikut memelopori pengurangan pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya terus meroket di tingkat dunia. Ia juga bangga karena PLTU yang dibangun dengan investasi Rp 700 miliar tersebut merupakan pembangkit listrik milik swasta pertama yang dibangun di luar Pulau Jawa.


"Saya salut dengan Bung Dahlan Iskan (Dirut CFK, Red.) yang memeloporinya. Ini contoh yang baik. Jika ada masalah, jangan hanya marah-marah, saling tuding, saling menyalahkan, dan menyerah. Tapi tunjukkan solusinya,” ujarnya.


"Saya tahu, Bung Dahlan ini kalau bicara blak-blakan, apa adanya. Tapi konsekuen bila ingin melakukan sesuatu,” tambah Presiden.


SBY menceritakan, Dahlan pernah frustasi di Kalbar dengan proyek yang sama. Bahkan balik kanan menyerah. “Barangkali ini juga hampir terjadi di Kaltim karena ternyata sejak tahun 2003 mengurus izin, tapi 2006 baru keluar," tandasnya.


Pada saat memberikan sambutan, Dahlan memang menyampaikan persoalan yang dihadapinya dalam mengurus izin proyek listrik ini.


Menurut SBY, lambatnya mengeluarkan izin ini merupakan penyakit yang belum bisa berubah total. "Reformasi banyak mengubah, tapi banyak juga yang belum berubah. Ada istilah kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah. Itulah penyakit, di pusat dan daerah," imbuhnya.


Karena itulah, ia juga minta pers soroti instansi yang suka menghambat izin. "Angkat di koran-koran. Jangan yang disalahkan SBY melulu,” tuturnya tersenyum, dan disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.


“Saya sih, nggak apa-apa. Saya siap. Tapi supaya yang lain juga ikut bertangung jawab," tegasnya.
Ia juga berharap proyek PLTU yang sudah ditunggu masyarakat Kaltim ini terus ditambah. "Insya Allah bisa lebih besar lagi, sehingga Kaltim tertolong. Kalau PLN dan non PLN di seluruh Indonseai bangkit, kekurangan pasti bisa ditutupi. Tapi selama ini, semua mengeluh, kurang, kurang, dan kurang, tapi tak mau berusaha," kritiknya.


Soal meroketnya harga BBM, SBY juga menyampaikan beberapa hari ini rajin mengikuti perkembangan situasi dunia. "Tak pernah dalam sejarah dunia, termasuk Indonesia, harga minyak mencapai 100 hingga 120 dolar per barel," ujarnya.


Indonesia, kata dia, terpaksa ikut menaikkan sejumlah harga BBM agar ekonomi tidak ambruk. "Tapi tampaknya harga masih naik dan hari ke hari tembus 145 dolar per barel. Dengan kenaikan harga itu, pemerintah memutar otak, cari akal, dan ikhtiar bagaimana mengatasi dan selamatkan ekonomi," ujarnya.
Pemerintah berupaya mengatur APBN dan melakukan langkah agar tidak terima beban berlebih. Kalau harga minyak mentah tembus 140 dolar per barel, subsidi BBM bisa mencapai Rp 204,9 triliun. Atau seperlima lebih dana APBN.


"Kalau harga sampai 150 dolar per barel, maka subsidi yang diarahkan untuk menutup APBN yang tekor hingga Rp 320 triliun, itu sepertiga APBN kita. Hampir sama dengan jumlah pengeluaan lembaga pemerintah dan negara," bebernya.


Sementara subsidi untuk listrik, jika harga BBM 140 dolar per barel yakni Rp 80 triliun. "Kalau minyak mentah 160 dolar, subsidi listrik Rp 254 triliun," sebutnya.


Meski hal itu tidak ideal, mau tidak mau subsidi itu tetap harus dikeluarkan pemerintah. "Sebab tak mungkin pemerintah terus menaikkan harga BBM. Kami juga punya hati, kami punya empati. Ada batas yang dipilih untuk keputusan kebijakan BBM,” ujarnya.


Ia juga mendorong pembangkit listrik dengan bahan seperti tenaga angin, gelombang air, tenaga surya, dan dari tumbuhan. "Saya salut Bung Dahlan Iskan memelopori membangun pembangkit. Jangan cuma marah dan menyerah. Mari lakukan sesuatu agar tidak menggantungkan BBM minyak. Indonesia punya semuanya, mari kurangi subsidi dengan kurangi BBM. Silakan gunakan batu bara untuk selamatkan perekonomian," bebernya.
Ia juga mengingatkan agar pengusaha juga rutin membayar pajak. "Jangan ketika usaha berhasil tidak bayar pajak. Jangan slaman slumun selamet," pesannya, lagi-lagi disambut tawa hadirin.

Titik Awal
Dahlan yang menyebut dirinya sebagai pengusaha “UKM” di bidang pembangkit listrik menyampaikan terima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas diresmikannya PLTU Embalut Tanjung Batu Kukar. "Kedatangan Presiden ini semakin memberikan dorongan dan kebanggaan nasional kepada saya sehingga kami mampu menyelesaikan PLTU Embalut ini. Lebih-lebih Bapak Presiden sendiri berkenan hadir dan meresmikan firing PLTU 2x25 MW ini," kata Dahlan.


Meski proyek ini tergolong “UKM”, namun Dahlan mengaku bersyukur karena inilah PLTU pertama yang dibangun di lumbung energi nasional di jalur Samarinda-Balikpapan. "Meski PLTU ini sangat kecil, Insy Allah, PLTU ini merupakan titik awal terpecahkannya krisis listrik di Kaltim yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun," kata CEO Jawa Pos Grup ini.


Meski kecil, ia berharap PLTU Embalut akan bisa menghapus kesan masyarakat yang kurang baik. Yakni seolah-olah Kaltim ini seperti “ayam mati kelaparan di lumbung padi”. Juga bisa menghapus kesan yang hidup selama ini yang menyebutkan “krisis listrik di lumbung energi”.


"Kami juga bersyukur, di saat pemegang PPA (Power Purchase Agreement, Red.) yang lain tidak ada yang berani memulai membangun PLTU di Kaltim, kami bisa menyelesaikan PLTU ini tepat waktu," tuturnya.
Karena itulah, Dahlan meminta dukungan Presiden agar bisa segera melanjutkan pembangunan PLTU Tahap II sebesar 2 x 50 MW di lokasi tersebut.


Dikatakannya tekad tersebut dilaksanakan karena pihaknya sudah membangun infrastruktur dasarnya. Mulai dari pengurukan lahan, pembangunan jalan, pelabuhan, water intake dan lainnya. "Kalau kami tidak membangun tahap kedua, berarti infrastruktur tersebut akan sangat idle," ucapnya.


"Apalagi, sampai hari ini, belum satu pun pemenang tender yang sudah beberapa tahun mengantongi PPA dari pemerintah menunjukkan tanda-tanda akan memulai proyeknya sehingga kita bisa memperkirakan dengan jelas bahwa ketersediaan listrik yang memadai di Kaltim ini masih akan berlangsung lama," imbuhnya.


Dalam kesempatan ini, Dahlan juga menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Kaltim dan anggota DPRD Kaltim yang secara bersama-sama memperjuangkan terwujudnya PLTU yang meskipun kecil tapi bersejarah. "Kami mohon maaf kepada bapak Presiden karena keterbatasan sehingga kami tidak bisa mempersembahkan proyek yang bergengsi," tuturnya.


Dahlan mengatakan, proyek PLTU sebenarnya sudah bisa diproduksi. Tapi ia mengaku, pihaknya harus bersabar menunggu selesainya pelaksanaan PON XVII di Kaltim 6-17 Juli. "Kami tak ingin ganggu sistem PLN. Biar saja kami sabar tunggu selesainya PON. Agar tidak ganggu listrik PON," tandasnya. (gs/eff)

http://www.jpnn.com/?mib=berita.detail&id=4991

Foto: SBY dan Dahlan Iskan saat peresmian PLTU Embalut, 6 Juni 2008.

Dahlan Iskan : MH109 : Lega Tidak Impor dan Lega di Godean


Manufacturing Hope 109


Inilah berita yang paling menggembirakan bagi bangsa Indonesia di akhir tahun 2013 ini: Indonesia berhasil tidak impor beras lagi. Ini karena pengadaan beras oleh Bulog mencapai angka tertinggi dalam sejarah Bulog. Sampai tanggal 25 Desember kemarin Bulog berhasil membeli beras petani sebanyak 3,5 juta ton.

Inilah berita yang paling menggembirakan seluruh petani desa Godean, Sleman, Yogyakarta: tanaman padi mereka berhasil mencapai masa panen dengan selamat. Tanggal 3 Januari minggu depan mereka mengundang saya untuk ikut panen raya.

Sudah empat tahun lamanya para petani itu hanya bisa menanam padi tapi tidak pernah bisa memanen. Setiap kali padi yang mereka tanam memasuki masa hamil, serbuan tikus merajalela. Ludes. Tumpes. Ngenes. Petani tidak berdaya melawan tikus.

Rupanya ada seorang petani Godean yang mendengar bahwa saya lagi gencar-gencarnya melakukan penataan sistem distribusi pupuk. Saya memang keliling desa-desa untuk mengecek apakah sistem baru rayonisasi distribusi pupuk sudah bisa berjalan sampai ke tingkat yang paling bawah. Ke tingkat kios pupuk di desa-desa.

Dengan rayonisasi itu tidak akan ada lagi "perang pupuk" antar lima pabrik pupuk raksasa milik BUMN. "Perang" yang hanya mengakibatkan seringnya terjadi kelangkaan pupuk di satu daerah dan penimbunan pupuk di daerah lainnya. Saya dukung penuh konsep rayonisasi dari Dirut PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) Ir Arifin Tasrif ini.

Seorang petani Godean rupanya tidak tertarik dengan langkah penting yang mendasar itu. "Yang kami perlukan sederhana saja. Bagaimana kami bisa dibantu memberantas hama tikus," tulis Pak Suroyo, petani itu, dalam SMS-nya kepada saya. Pak Suroyo lantas menceritakan duka nestapa para petani Godean selama empat tahun terakhir.

Segera saja saya ke Godean. Mengecek kebenaran pengaduan itu. Ternyata benar. Saya pun mengajak Arifin dan tim PIHC untuk rapat. Apalagi PIHC memang sudah meliliki unit baru bernama "brigade hama". Inilah ujian pertama brigade itu.

Rapat dengan kelompok tani pun dilakukan berkali-kali. Untuk merumuskan kesepakatan metode baru "gropyokan tikus". Agar efektif. Hampir 13.000 ekor tikus berhasil ditangkap: hidup atau mati. Setelah itu petani bersemangat lagi menanam padi. Berhasil. Minggu depan panen. Semoga tidak ada gangguan mendadak apa pun dalam lima hari mendatang ini.

Gabungan antara pupuk yang tepat, produksi yang meningkat, pemberantasan hama yang konsisten, dan pengadaan beras yang all-out benar-benar membukukan prestasi yang nyata. Sudah bertahun-tahun kita diejek di kampus-kampus, di talk show televisi, di warung-warung, dan di mana saja. Mengapa negara agraris Indonesia sampai impor beras.

Kita malu. Kita terhina. Tapi kita tidak boleh menyerah. Tidak boleh hanya diam.
Tidak bisa hanya ngomel-ngomel. Hanya rapat-rapat. Hanya berwacana. Kita harus berbuat sesuatu. Dan ternyata bisa. Kita tidak perlu lagi impor beras. Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, menegaskan stok beras di gudang Bulog akhir tahun ini lebih dari dua juta ton.

Pak Tarto termasuk sedikit generasi tua di BUMN yang tidak mau kalah dengan generasi lebih muda. Dia masih kuat seperti kitiran: muter terus ke gudang-gudang Bulog di seluruh sentra produksi beras. Dengan sepatu ketsnya, Pak Tarto sering harus bermalam minggu di gudang beras.

Dengan stok beras nasional yang berlebih seperti itu memang ada juga negatifnya: kalau lama tidak disalurkan, kualitas berasnya menurun. Untuk itu saya menerima usulan menarik dari seorang petani di sebuah desa di Bantul. Tahun depan sebaiknya sebagian pengadaan beras Bulog berupa gabah. Agar bisa disimpan lebih lama.

Ide yang bagus dan yang aplikatif dari seorang petani kecil. Tahun depan ide itu benar-benar akan dilaksanakan oleh Bulog. Sekitar 20 persen pengadaan Bulog akan berupa gabah. Ini lebih realistis dan hemat daripada membangun silo-silo fakum yang amat mahal.

Begitu lega rasanya tutup tahun ini ditandai dengan keberhasilan tidak impor beras selama tahun 2013, dan keberhasilan panen di Godean.

Tapi kelegaan itu tidak boleh lama-lama. Tahun 2014 harus bisa bertahan tidak impor beras lagi. Artinya: tetap harus segera kerja, kerja, kerja.

*) Manufacturing Hope penutup tahun ini saya tulis di dalam pesawat kecil menuju Meulaboh, di tengah hujan lebat selama penerbangan, dan masih hujan dalam pendaratan menjelang malam. Selamat Tahun Baru!

Oleh Dahlan Iskan
Menteri BUMN



***


http://kabardahlaniskan.wordpress.com/
http://dahlaniskan.net/

Jumat, 27 Desember 2013

Ribuan Tukang Bakso Dukung Program Dahlan Iskan

RIBUAN TUKANG BAKSO DUKUNG PROGRAM DAHLAN ISKAN

by JTO
Dukungan masyarakat pada program kerja Menteri BUMN Dahlan Iskan terus berdatangan. Tak mau kalah dengan para petani, santri, mahasiswa, pelajar dan industriawan, dukungan juga datang dari ratusan ribu tukang mi dan bakso.
Sebanyak 5.000 tukang bakso akan menggelar dukungan pada program penyerapan daging impor BUMN, bertempat di Parkir Timur Senayan, Minggu pagi (29/12). Pesta 5.000 tukang bakso itu mewakili seluruh anggota asosiasi pedagang mi dan bakso seluruh Indonesia yang berjumlah 2.5 juta orang untuk menyerap daging impor yang dilakukan BUMN.
Sebagaimana diketahui, harga daging sapi di Indonesia sejak Lebaran lalu hingga saat ini belum juga turun. Untuk menormalkan harga daging sapi, kementerian BUMN melalui Bulog dan RNI akhirnya melakukan impor untuk penetrasi pasar.
Ternyata, masyarakat kurang bisa menyerap stok daging sapi beku impor yang digelar melalui berbagai operasi pasar. Rupanya, dalam mekanisme pasar, pembeli daging sapi terbesar adalah para pedagang mi dan bakso, bukan masyarakat umum. Pedagang mi dan bakso berjumlah sekitar 2.5 juta orang di seluruh Indonesia, yang bergabung dalam Apmiso.
Mengapa pedagang mi dan bakso belum tertarik membeli daging impor BUMN yang harganya lebih murah dari harga daging di pasar umum? Ternyata, mereka enggan karena menganggap daging bekutidak bisa digunakan untuk bakso.
Anggapan itu ternyata salah sama sekali. Dengan teknik pengolahan yang benar, daging sapi beku bisa dibuat bakso dengan kualitas sama baiknya dengan daging sapi segar. Komposisi campurannya bisa 50:50.
Nah, pesta 5.000 tukang bakso itu dimaksudkan sebagai media edukasi dari pengurus Apmiso kepada seluruh pedagang mi dan bakso untuk tidak ragu menggunakan daging sapi beku. Dengan menggunakan daging sapi beku, biaya produksi bakso bisa ditekan cukup signifikan, tanpa menurunkan kualitas baksonya.
Ujung-ujungnya, pedagang mi dan bakso maupun konsumen akan sama-sama untung.

Dahlan Iskan dan Tulisan Capres 2014, Mana Gagasanmu?



Diskusi figur tanpa melihat ide merupakan cermin dari masyarakat Indonesia yang masih melihat sampul ketimbang isi, mengutamakan penampilan ketimbang kapasitas.

Marilah memilih pemimpin karena kapasitas, gagasan dan kinerjanya, Janganlah memilih berdasarkan rupa semata, kesukaan semata jangan sampai seperti tong kosong nyaring bunyinya.

Pilihlah capres yang memiliki setumpuk gagasan yang cemerlang, punya visi yang terang benderang. Memahami secara real problem Indonesia yang ada, mengetahui alternative pemecahan masalah, angka-angka masalah Negara sudah diluar kepala, tahu skala prioritas yang harus dibangun.

Sayang disayang sebagian kita sudah terlena dengan berita-berita remeh temeh. Dalam politik hitam bisa menjadi putih begitu juga sebaliknya.

Melihat carut marutnya negeri ini nampaknya Dahlan Iskan yang mampu menguntai kembali benang kusut yang sudah kadung jelimet.

Kemampuan beliau sudah terbukti mampu membuat BUMN semakin bersinar, multi problem sedikit demi sedikit terpecahkan. Ratusan perusahaan dengan ribuan masalah bukan hal yang mudah, tanpa kemampuan managerial dan startegi yang baik ini adalah hal yang sulit terwujud.

Beberapa BUMN bahkan sudah mampu berlari walaupun sebagian masih tertinggal karena warisan problem yang kini harus ditanggung Dahlan Iskan.

Jangan sia-siakan suaramu untuk pilihan yang salah di 2014, sekali terpeleset maka kita akan mengalami kembali seperti tahun-tahun sebelumnya.

Semoga 2014 adalah awal dari segala perubahan, awal dari Indonesia Maju.

salam Demi Indonesia

Capres 2014, Mana Gagasanmu?

Ridwansyah Yusuf Achmad - detikNews
Jakarta - Jelang 2014, pembicaraan di berbagai jejaring sosial dan warung kopi mulai mengarah kepada siapa bakal calon presiden Indonesia selanjutnya. Namun pembicaraan itu banyak berkutat pada figur personal, bukan pada apa gagasan dan ideologi. Diskusi figur tanpa melihat ide merupakan cermin dari masyarakat Indonesia yang masih melihat sampul ketimbang isi, mengutamakan penampilan ketimbang kapasitas. Selama seseorang itu menyenangkan dilihat dan bisa menyentuh hati, dialah yang akan dipilih.

Ironisnya, parpol yang menjadi pengusung bakal calon presiden pun juga hanya mengandalkan citra personal. Bung Karno pernah berkata, Sebuah partai harus dipimpin oleh ide, menghikmati ide, memikul ide, dan membumikan ide." Parpol terjebak pada realita bahwa tokoh yang diusung harus seorang yang menarik dan mampu menggaet pasar pemilih. Inilah saya kira, ketika politik disamakan dengan bisnis maka akan berdampak pada minimnya kualitas gagasan yang dibawa tentang bagaimana memajukan Indonesia. Ada kesalahan logika bila memaknai kampanye parpol sebagai political marketing yang cenderung pragmatis, bukan sebagai arena kontestasi gagasan masa depan.

Minimnya diskusi gagasan ini bukan hanya terkait dengan budaya Indonesia yang cenderung menghindari debat, tetapi juga dikarenakan rendahnya kemampuan para bakal calon presiden dan parpol pengusung dalam membaca pola sejarah, menjabarkan tantangan masa kini dan menajamkan gagasan ke depan. Akibatnya, publik tidak memiliki visualisasi tentang bagaimana hidup mereka dan nasib Indonesia bila nantinya memiliki presiden A atau B.

Bila kita bertanya pada publik, apakah ada perbedaan kebijakan jika kelak capres yang terpilih dari Demokrat, Golkar, PKS, atau PDIP? Apakah BBM akan naik atau turun bila mereka memimpin? Atau bagaimana konsep pembangunan sumber daya manusia ke depan? Saya prediksi, publik belum bisa menjawabnya karena para capres tidak memberikan gambaran kebijakan secara jelas. Mereka hanya bermain pada pencitraan, gembar-gembor quote yang menarik hati, serta rangkaian iklan yang cenderung monoton. Dalam forum terbuka atau media massa pun, mereka kerap bermain dengan pernyataan normatif: pendidikan Indonesia lebih berdaya saing, pembangunan industri berkelanjutan, tatakelola pemerintah berbasis good governance, atau ekonomi yang mengutamakan rakyat kecil. Atau sekedar jargon tanpa bentuk seperti Negara Kesejahteraan, Indonesia Unggul, atau Indonesia yang Lebih Baik.

Pernyataan semacam itu bukanlah gagasan yang ingin didengar oleh publik, tetapi publik ingin mendengar dan juga perlu dibiasakan- tentang berapa persen pajak yang harus dibayar ketika mereka buka usaha, sejauh mana subsidi kesehatan bagi kelas bawah dan menengah, bagaimana strategi ekonomi agar kurs rupiah menguat terhadap Dollar Amerika, atau tentang bagaimana skema pembangunan desa versi capres pasca disahkannya UU Desa pekan lalu. Bila diskusi semacam ini dilakukan oleh para capres, maka perdebatan mengenai strategi jitu membangun Indonesia bisa lebih dirasakan oleh publik.

Perbedaan gagasan antara capres sejatinya bisa menjadi kesempatan bagi presiden terpilih kelak untuk mematangkan konsep pengelolaan negeri ini. Selama masa kampanye, seorang capres dituntut untuk mampu memiliki data akurat, memetakan tantangan secara jelas, dan mengolahnya menjadi strategi jitu dalam membangun Indonesia. Sehingga, perang dalam pemilu adalah perang pemikiran dan gagasan, bukan perang media dan pencitraan. Jangan sampai pemilihan presiden republik ini tak ubahnya pemilihan Idol yang hanya berbasiskan wajah, kesukaan sikap, atau sekedar suara tanpa isi.

Pemilu adalah kontestasi gagasan, bukan arena ajang adu bakat mencitrakan diri. Saya kira, publik juga sudah muak dengan ribuan spanduk, baliho, dan poster yang hanya berisikan wajah berukuran besar dengan sedikit sekali informasi mengenai program apa yang ia bawa. Pemilihan presiden adalah wahana untuk merapatkan rakyat dalam menentukan masa depan Indonesia. Rakyat perlu digiring untuk mendukung gagasan, bukan sosok rupawan.

Selasar Pendopo Babakan Siliwangi, 26 Desember 2013

Keterangan: Penulis adalah pemerhati politik ekonomi.

Kamis, 26 Desember 2013

Dahlan Iskan kunjungi crew dan para pemain film "Sepatu Dahlan"


Dahlan Iskan sore tadi mengunjungi crew dan para pemain film Sepatu Dahlan di lokasi shooting di Magetan. 

Film ini diangkat dari novel best seller "Sepatu Dahlan" yang berkisah tentang perjuangan hidup Dahlan kecil sebagai anak buruh tani miskin yang harus berjalan kaki tanpa sepatu alias nyeker sejauh 6 km untuk menuju ke sekolah setiap hari.

Dahlan akhirnya bisa memiliki sepatu, itu pun bekas dan sudah bolong, ketika duduk di bangku Sekolah Aliyah (setara SMA) kelas 3, semata-mata karena untuk mengikuti ujian kelas 3 harus memakai sepatu.

Dalam film ini, Dahlan kecil diperankan oleh bintang cilik, Aji Santosa (yang paling hitam di foto), sedangkan aktris Kinaryosih berperan sebagai ibu dari Dahlan.Teman2 kecil/teman sekolah Dahlan, diperankan oleh para santri Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran Magetan, tempat Dahlan Iskan menyelesaikan pendidikan.

Sangat inspiratif.  "Film ini akan menjadi tontonan wajib seluruh seluruh rakyat Indonesia untuk membangun motivasi"


By Erick M Antariksa

Dahlan Iskan : Antara Matt Damon dan Paul Walker


Entahlah, tapi sepertinya saya mengenal Dahlan Iskan sejak usia sekolah. 12 atau 13 tahun. Mungkin lebih atau sedikit kurang. Masa-masa yang jauh tapi hanya seperti kerlipan mata saat ini. Waktu itu dunia belum begitu hiruk, uang koin masih lebih berat, limaratusan masih bergambar bunga, buah-buah masih belum semahal sekarang, dan apa yang diputuskan di televisi dan koran hari ini, tidak akan didemo keesokan harinya.

Setiap hari, loper koran mengantar Jawa Pos ke pesantren. Koran yang selalu saya suka aroma kertasnya itu diselipkan ke dalam kaca jendela rumah kyai yang bersisian dengan asrama saya. Kadang-kadang saya melihat koran itu segera lenyap ditarik ke dalam oleh seseorang, mungkin istri pak kyai, anaknya, atau mungkin pak kyai sendiri. Koran itu baru akan dikeluarkan dan diserahkan untuk ditempel di kaca koran setelah beberapa jam setelah kyai selesai membaca. Umumnya siang atau jelang sore. Kami membaca Jawa Pos dan sebuah koran lokal setempat.

Yang saya ingat, selalu ada banyak kepala di depan etalase koran. Kami, para santri membaca koran berjejelan. Yang paling laku, tentu halaman kriminal, lalu artis, lalu sepak bola. Biasanya, selalu begitu urutannya. Tapi, sebelum ke sana, saya selalu suka membaca kolom Dahlan Iskan terlebih dahulu, setidaknya untuk saya sendiri. Saya suka membacanya. Dahlan Iskan, seingat saya, dulunya adalah seorang penulis yang baik. Sekarang pun tetap begitu. Kecuali bahwa sekarang wartawan Jawa Pos itu kini sudah jadi orang besar, jadi Dirut PLN, lalu menteri BUMN, dan menulis banyak hal-hal besar tentang tugasnya mengelola trilyunan uang aset negara ini.

Kadang-kadang, saya merasa bahwa pilihan Dahlan Iskan untuk menjadi seorang pejabat negara adalah sebuah pilihan yang salah. Untuk apa lagi? Dia telah kaya raya, dia punya ratusan perusahaan, dihormati ribuan karyawannya, punya mobil mewah dan helicopter. Baru-baru ini dia masuk dalam urutan orang terkaya di Indonesia. Dengan kekuatan finansial itu dia bisa hidup tenang menikmati masa tua bersama cucu-cucu, menanam tomat, cabai, di pekarangan atau sesekali belajar main golf di Villa Serpong. Untuk apa, mencurahkan segala umur emasnya hanya demi cercaan dan ejekan karena harus menjadi publik figure?

Lalu tibalah masa saat saya mendengar Dahlan Iskan kini ingin jadi presiden.

Saya memikirkan banyak hal saat membaca berita Dahlan Iskan ikut konvensi Partai Demokrat. Benar-benar banyak hal. Presiden, seperti yang selalu dikatakan Dahlan Iskan sendiri, adalah manusia seribu satu. Mungkin sejuta satu atau seratus juta satu. Seseorang yang benar-benar dikehendaki oleh semesta dan secara tepat harus berada pada persilangan momentum dan tempat. Dia harus mulai memikirkan pencitraan, suara-suara teredam di balik meja dewan, arah angin histeria. Dia juga harus punya persiapan, taktik, teknik, pendanaan yang banyak.

Juga takdir.

***

Saya pernah nonton sebuah film yang saat ini judulnya hanya samar-samar bagi saya. Itu film bagus yang dibintangi Matt Damon tentang seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi presiden Amerika. Dia mempunyai ambisi politik yang meluap –luap dan sedang diatur oleh sebuah kekuatan konspirasional untuk meraih cita-citanya. Di usia muda, dia telah menjadi anggota kongres dan sedang dipersiapkan oleh takdir untuk menjadi manusia paling berkuasa di muka bumi. Dia jatuh cinta pada seorang wanita yang membuatnya terus berlari untuk menghindari takdirnya.

Saat menonton filem itu saya mengingat-ingat seberapa jauh takdir berpihak kepada Dahlan Iskan. Seberapa sering dia lolos dari maut?

Mengalami masa muda yang penuh kerja keras, Dahlan iskan mendapatkan sirosis di tubuhnya. Dengan cepat, sirosis itu berubah menjadi kanker. Dokter telah mevonis hidupnya akan segera berakhir. Kerusakan di tubuh dalam Dahlan Iskan sudah amat parah. Organ-organnya ditubuhnya menggelembung , limpanya membesar dan siap pecah kapan saja, livernya memburuk seperti daging panggang.

Secara teori, Dahlan Iskan sudah tak tertolong.

Tapi kemudian, di saat-saat kritis itu, Dahlan Iskan mendapatkan liver baru. Hati seorang pemuda yang meninggal karena kecelakaan. Kecocokannya disebut-sebut nyaris mustahil di dunia medis. Semua sel, jaringan, darah, begitu sesuai. Saat saya memikirkan tentang film –nya Matt Damon, saya memikirkan betapa takdir seperti telah mengatur tentang kematian seorang pemuda dan memberikan kehidupan untuk seorang lain.

Beberapa tahun setelah itu, kematian mendekat dalam bentuknya yang lain: kecepatan. Mobil listrik Tuxuci yang disetiri Dahlan Iskan menabrak tebing di jalanan berbahaya. Melihat foto-foto yang diunggah di internet, rasanya seperti bertahun-tahun kemudian saat melihat foto mobil maut Paul Walker. Dahlan Iskan takkan selamat. Tiada yang selamat dalam kondisi yang seperti itu. Tapi Dahlan Iskan keluar dari dalam mobil dengan hanya luka-luka gores kecil.

Saya selalu ingat ucapan bijak tentang kehidupan: Satu-satunya yang membuat kita masih bernafas sampai saat ini adalah tugas di kehidupan yang belum kita selesaikan.

Tugas besar apa yang dipersiapkan untuk Dahlan Iskan?

***

Saya tidak pernah bertemu Dahlan Iskan. Tapi saya percaya kepadanya. Saya tidak tahu, apakah kepercayaan saya dibentuk oleh sesuatu yang sebenarnya remeh-temeh saja, mungkin karena Dahlan Iskan adalah seorang yang jujur, pantang menyerah, pekerja keras. Lucu. Lugu. Atau mungkin karena dia penulis idola saya, atau hanya karena dia lulusan pesantren tradisional seperti halnya saya.

Di pesantren kami diajari, bahwa dunia tidak seperti layaknya yang terlihat. Bahwa kadang-kadang pandangan bisa memperdaya. Dahlan Iskan dilahirkan dalam keadaan miskin dan saat dia menjadi begitu kaya, caranya memandang dunia ini tak pernah sekalipun berubah. Dengan cepat dia melihat tembus bahwa suatu hari yang ditumpuknya saat ini akan ditinggalkannya.

Saya ingat pernah membaca bahwa kadang-kadang yang diinginkan Dahlan iskan hanyalah melupakan semuanya. Dia ingin menjadi seperti ayahnya, seorang petani yang cepat melupakan. Meninggalkan sesuatu di belakang. Itu adalah filosofi hidup yang paling sufistik di kalangan pesantren. Saat seseorang sudah bisa mengatasi kenangan, penyesalan , hasrat dan keinginan yang berkobar-kobar atas dunia, maka tidak ada sesuatu yang bisa ditakutkan lagi.

Tidak juga kematian .

Atas dasar inilah, harusnya tidak sulit bagi siapapun memahami setiap tindakan Dahlan Iskan. Dia adalah menteri yang tidak pernah takut berkali-kali naik pesawat. Tidak takut mengebut. Tidak takut gagal dan salah. Tidak takut DPR. Tidak takut pers. Tidak takut terjebak atau dijebloskan ke penjara. Tidak takut menjadi apapun, sekalgus tidak takut tidak menjadi siapapun.

Dan memang begitulah seorang muslim yang besar. Saat setiap langkahnya, setiap perkataan, setiap tindakan yang diambil tegak lurus hanya menghadap kepadaNya. Saya teringat kesaksian dari Zainal Muttakin, salah seorang sahabat Dahlan iskan yang mengatakan di tanah suci, Dahlan Iskan menjadi begitu mudah untuk menangis. Kerapkali dia bersembunyi dari pandangan sahabat-sahabtnya, dan dipergoki berderai airmata saat berdoa di dekat kakbah.

Saya tidak pernah bertemu Dahlan Iskan. Tidak pernah berbincang-bincang dengannya. Dan karena itu, bisa saja apa yang sampaikan di sini salah. Tapi ingat-ingatlah ini : Suatu saat di Indonesia kita mungkin telah memilih pemimpin yang santun dan merasa tertipu, dan kemudian kita memilih pemimpin yang merakyat dan masih tetap merasa tertipu.

Kalaupun takdir memang telah memilih Dahlan Iskan, apa yang dapat saya sampaikan hanyalah seperti apa yang dikatakan Zaenal Muttakien saat Dahlan diangkat menjadi Dirut PLN: Selamat bangsa Indonesia, kalian telah memilih seorang yang menjadi panutan, pemimpin yang tak pernah berhenti bekerja, guru yang tak pernah menggurui, sahabat yang takkan mau mengkhianati. ()


http://randualamsyah.wordpress.com/2013/12/25/dahlan-iskan-di-antara-matt-damon-dan-paul-walker/

Senin, 23 Desember 2013

Dahlan Iskan : Jangan Ada Lagi Nyawa Melayang


Catatan Dahlan Iskan, 16 Agustus 2005

ADA momentum, ada kemauan, dan ada kecerdikan. Itulah kunci mengapa perdamaian dengan GAM berhasil dicapai dan ditandatangani di Helsinki kemarin. Terjadinya tsunami, keberhasilan militer melemahkan kekuatan GAM, menuanya tokoh-tokoh GAM di Stockholm, dan besarnya anggaran negara untuk operasi militer di Aceh setiap tahun adalah kenyataan yang terjadi di lapangan.

Kombinasi empat kenyataan itulah yang membentuk momentum emas. Lalu dengan kemauan dan kecerdikan pemerintah baru momentum itu dilihat sebagai peluang emas menyelesaikan konflik Aceh.

Presiden SBY tidak menyia-nyiakannya. Presiden lantas menugasi Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk memanfaatkan yang serbaemas itu. Dengan latar belakangnya sebagai pengusaha besar, Wapres tentu juga sangat pandai melihat peluang-emas itu. Bagi seorang pengusaha, begitu melihat peluang-emas, pikirannya hanya satu: jangan sia-siakan. Siapa tahu tidak akan bisa terulang.

Maka, dibukalah perundingan baru, setelah berkali-kali macet di masa lalu. Kali ini tidak boleh lagi buntu. Kuncinya, kata Wapres kepada saya dan juga di berbagai kesempatan, adalah membuat perundingan jangan sampai berkepanjangan. Perundingan yang terlalu panjang akan menimbulkan komplikasi, salah paham, dimanfaatkan pihak lain, dan terasa tidak adanya ketulusan. Ketulusan adalah kunci diperolehnya kepercayaan. Kepercayaan adalah kunci diperolehnya persetujuan.

Cepat, tulus, tepercaya. Itulah ciri perundingan terakhir ini. ”Saya memang memperkirakan dalam lima kali putaran akan bisa selesai,” ujar Wapres. ”Ini sama dengan perdamaian Poso,” katanya. ”Juga perdamaian Ambon,” tambahnya.

Bagi orang bisnis, perundingan untuk kongsi biasanya juga berlangsung tidak lebih dari lima kali. Kalau sudah lebih dari itu, sebaiknya dibatalkan saja. Terlalu banyak ketidakcocokannya.
Tapi, Aceh kan tidak sesederhana perusahaan? Bagaimana bisa begitu cepat?

Kunci pertama, kata Wapres, harus bertemu langsung, baku sapa dan saling menatap matanya. ”Dari tatapan mata bisa kita lihat ketulusannya,” ujar Jusuf Kalla suatu saat. ”Kalau tidak pernah bertatap mata, bagaimana bisa mengukur ketulusan kata-katanya?” tambahnya.

Dulu-dulunya, perundingan dengan GAM selalu menggunakan jasa pihak ketiga. Delegasi pemerintah berada di satu ruangan. Delegasi GAM di ruang lain. Lalu juru rundingnya mondar mandir. Pemerintah bilang begini disampaikan ke delegasi GAM. GAM menjawab begitu disampaikan ke pemerintah. Dan sebaliknya. ”Dengan cara itu kita tidak bisa merasakan langsung nada dan nuansa di balik kalimat yang diucapkan. Akhirnya bisa saja salah paham,” ujar Wapres. ”Padahal, kalimat yang sama didengar langsung oleh kita dan diucapkan orang lain, bisa-bisa berbeda maknanya,” tambahnya.

Maka, begitu delegasi pemerintah bertatap muka langsung dengan delegasi GAM, Wapres menanyakan bagaimana matanya. Bagaimana mimiknya. Bagaimana nada suaranya. Bagaimana rasa jabatan tangannya. Dari situ bisa diperoleh modal harus bagaimana menghadapinya. ”Mereka ternyata tulus. Berarti kita juga harus tulus,” kata Wapres.

Kunci kedua, pihak-pihak yang bisa mengambil keputusan harus terlibat langsung. Dengan demikian, begitu ada peluang bilang ”ya”, kita harus bisa segera bilang ”ya”. Kalau tidak, hilanglah momentum. Bahkan, perundingan bisa molor, terjadi ketidakpercayaan dan berlarut-larut.

Karena itu, selama perundingan Wapres minta juru runding pemerintah (Menkum HAM Hamid Awaluddin, Menkominfo Sofyan Jalil, dan yang lain-lain) selalu melaporkan setiap perkembangan baru. Wapres memang ditunjuk Presiden SBY untuk mengendalikan jalannya perundingan.

Komunikasi tidak sulit karena di kamar tidur Wapres memang terpasang mesin faksimile. Tengah-tengah tidur pun Wapres bisa dihubungi. Ini lantaran perundingan berlangsung di Finlandia yang waktunya enam jam lebih lambat dari Jakarta. Saat Finlandia sore hari, di Jakarta sudah tengah malam. Tidak jarang Wapres harus menerima, membaca, meneliti, dan memberikan disposisi pada pukul 02.00 dini hari. Wapres tidak mau menunda sampai besoknya agar momentum tidak hilang.

Lalu, setiap akhir putaran, Wapres bersama tim juru runding menghadap Presiden SBY untuk melaporkan hasilnya dan menerima arahan berikutnya. Bahkan, Wapres pernah mengatakan kepada saya bahwa dia harus membangunkan Presiden SBY karena ada hal-hal yang begitu penting sehingga harus dibicarakan dengan presiden. Padahal, malam itu sudah pukul 01.00 dini hari.

Itulah contoh konkret bahwa keberhasilan perundingan juga memerlukan komitmen yang kuat, termasuk dari orang tertinggi dalam pemerintahan. Bisa kita bayangkan bagaimana ruwetnya perundingan kalau setiap perkembangan baru dilaporkan esok harinya dan yang dilapori juga tidak bisa segera memberikan keputusan. Apalagi, setiap perkembangan juga harus dilaporkan ke berbagai pihak, seperti DPR, untuk mendapat persetujuan. Tentu akan banyak silang pendapat dan akhirnya pihak GAM akan mengatakan, ”Ah, ternyata pemerintah tidak bisa mengambil keputusan.”

Maka setiap pukul 02.00 Wapres dibangunkan mesin faksimile. Lalu harus dengan kesadaran penuh (artinya: tidak bisa dengan setengah tidur) mempertimbangkan banyak aspek sebelum membuat keputusan dalam beberapa menit: aspek politik, aspek parlemen, aspek militer, dan seterusnya. Begitu keputusan diambil, Wapres harus menuliskan disposisi atau paraf dan mengefakskan kembali dokumen tersebut ke Finlandia. Tidak perlu pembantu, ajudan, atau sekretaris. Wapres mengerjakannya sendiri. Latar belakangnya sebagai pengusaha membuatnya tidak ada hambatan untuk menjadi Wapres sekaligus ajudan sekaligus operator mesin faks.

Ketika draf terakhir sudah disepakati, sekali lagi pada pukul 02.00 dini hari, mesin faks di samping tempat tidurnya menyala. Ini tanda ada dokumen yang masuk. Setelah menimbang banyak hal tadi, akhirnya Wapres mengontak Presiden SBY dan memberi paraf. Selesai. Tepat di akhir pertemuan kelima, kesepakatan dicapai.

Proses itu rupanya tidak diketahui delegasi GAM. Buktinya, di akhir perundingan sore itu pimpinan GAM masih bertanya, apakah pemerintah pusat setuju dengan kesimpulan yang telah dirundingkan? Bagaimana kalau masih ada bagian yang tidak disetujui? Juru runding pemerintah langsung menunjukkan bahwa wakil presiden sudah memberikan parafnya. Lalu ditunjukkanlah paraf yang baru diterima dari kamar tidur Wapres. GAM pun secepat itu pula memberikan parafnya. Benar-benar selesai.

 Jangan ada lagi nyawa yang melayang. Tidak perlu lagi dana Rp 1,5 triliun tiap tahun hanya untuk saling bunuh di Aceh. Lebih baik dana itu untuk membangun. Tidak perlu lagi air mata. Jangan lagi bertambah anak yatim karena perang. Juga jangan lagi muncul banyak janda karena suaminya tewas di tengah hutan. Damailah di Aceh. (*)

Minggu, 22 Desember 2013

Dahlan Iskan : MH108 : Lima Sendok Listrik untuk Bintuni dan Sebatik


Lima Sendok Listrik untuk Bintuni dan Sebatik
Manufacturing Hope 108

Bintuni minggu ini sudah akan berbeda dengan Bintuni minggu lalu. Berbeda pula dengan Bintuni dua tahun silam, saat saya masih menjabat Dirut PLN. Minggu ini Bintuni adalah Bintuni yang berlistrik.

Bukan lagi Bintuni yang gelap gulita, yang dari kegelapannya itu bisa melihat gemerlap cahaya listrik LNG Tangguh di seberang laut sana.

Waktu itu saya bersafari keliling Papua dan bermalam di beberapa kota seperti Sorong, Manokwari, Kaimana, dan Bintuni. Kota Bintuni terletak di tepi pantai utara Teluk Bintuni. Kota ini gelap gulita karena memang tidak berlistrik. Di sepanjang jalan yang terdengar adalah bunyi bising genset-genset kecil milik masing-masing toko atau rumah.

Padahal kota ini adalah kota terbesar di kawasan Teluk Bintuni. Padahal kawasan ini kaya akan minyak dan gas. Padahal di jarak 70 km dari Bintuni berdiri proyek LNG Tangguh yang gasnya menerangi kota-kota besar di pantai timur Tiongkok.

Dari kota Bintuni malam itu saya bisa melihat begitu terangnya gemerlap lampu di komplek LNG Tangguh. Saya langsung berpikir bahwa ini tidak adil. Saya pun terpikir untuk mengetuk hati Tangguh agar bisa mengalokasikan sedikit gasnya untuk Bintuni.

Lima sendok pun sudah cukup. Begitu istilah saya waktu itu. Untuk menggambarkan tidak berartinya jumlah gas yang diperlukan Bintuni dibanding dengan jumlah gas yang dijadikan LNG di Tangguh.

Kalau saja permintaan "lima sendok gas" itu dikabulkan, saya bermaksud mengalirkannya ke Bintuni melalui pipa kecil bawah laut melintasi Teluk Bintuni. Atau menjadikannya listrik di dekat proyek LNG. Listriknya yang diseberangkan dengan kabel listrik bawah laut. Kebetulan waktu itu PLN lagi menggalakkan pemasangan kabel bawah laut di berbagai pulau.

Begitu kembali ke Jakarta saya langsung menghubungi pimpinan tertinggi LNG Tangguh yang berkantor di Jakarta. Saya kemukakan ide itu. Ternyata langsung disambut dengan baik. Pimpinan LNG Tangguh langsung menyanggupi. Boleh dalam bentuk gas maupun listrik. Toh memang ada sedikit kelebihan listrik di Tangguh.

Kami langsung pilih dalam bentuk listrik saja. Tinggal bangun jaringan kabel bawah laut sejauh 70 km. PLN sudah punya pengalaman membangunnya. Ketika proyek ini akan dilaksanakan saya harus meninggalkan PLN. Tapi direksi PLN yang menggantikan saya meneruskan proyek itu.

Dan minggu ini proyek itu sudah jadi. Listrik sudah bisa mengalir ke Bintuni.

Saya membayangkan alangkah senangnya Pemkab dan rakyat Bintuni. Dari gelap gulita menjadi yang paling terang di kawasan itu. Semoga uji coba kabel yang sudah selesai dipasang ini tidak banyak masalah. Agar listrik sudah bisa mengalir minggu ini.

Agar inilah Natal pertama dengan listrik. Agar inilah Old and New pertama dengan gembira.

Kelak, bayangan saya, jaringan kabel ini bisa diteruskan ke arah Manokwari. Semoga cita-cita ini juga bisa diteruskan oleh direksi PLN sekarang. Dengan demikian kota-kota kecil yang dilewati jaringan dari Bintuni ke Manokwari ini bisa ikut berlistrik.

Kabel bawah laut yang juga dilanjutkan pembangunannya adalah kabel dari Sembakung di daratan Kalimantan Utara menuju Pulau Nunukan dan terus ke Pulau Sebatik. Sebelum tahun baru juga sudah selesai dipasang. Maka tidak perlu lagi genset di Nunukan dan di Sebatik.

Bahkan Pulau Sebatik yang separonya adalah wilayah Malaysia itu tidak perlu lagi minder di mata negara tetangga. Saya minta justru kita harus menawarkan kelebihan listrik di Sebatik nanti untuk melistriki Sebatiknya Malaysia.

Di Sembakung itu memang sudah lama ditemukan sumber gas. Tapi kecil sekali. Hanya 2 mmbtud. Tidak bisa diapa-apakan. Tidak bisa juga dikirim ke mana-mana. Maka ketika ide membawa listrik lewat kabel bawah laut itu saya kemukakan, pemilik gasnya bersuka ria.

Sudah lama perusahaan itu kesulitan menjual gas. Tidak ada yang mau beli. Tidak bisa dimanfaatkan. Terlalu kecil dan terlalu jauh. Padahal biaya untuk menemukan dan menggali gas itu sangat besar. Kini biaya itu bisa diharapkan kembali. Pelan-pelan.

Kabar baik juga datang dari Sumatera Utara. Bukan saja krisis listrik di wilayah itu sudah berakhir, tapi tower-tower listrik menuju pembangkit listrik besar di Pangkalan Susu juga bisa berdiri semua.

Inilah salah satu proyek yang paling sulit untuk mengatasi krisis listrik di Sumut. Begitu sulitnya mendirikan tiang-tiang listrik di sepanjang jalur itu.

Setidaknya ada sembilan tower yang sulit berdiri karena selalu digergaji orang. Ada yang sampai roboh. Ada yang harus dirobohkan karena bahaya.

Saya jadi ingin ke Bintuni. Juga ke Nunukan. Juga ingin melihat sendiri tower-tower yang berhasil berdiri di Pangkalan Susu itu.

Waktu di PLN saya pernah canangkan motto "jangan mau jadi ban belakang". Nanti cepat gundul. Mengapa ban belakang cepat gundul? Secara bergurau saya mengemukakan, ban belakang itu cepat gundul karena mikir terus bagaimana cara bisa mengejar ban depan!

Intinya PLN harus jadi ban depan! Jangan sampai kesibukan utamanya terus-menerus memikirkan krisis listrik. Jadilah ban depan. Listrik harus terus ditambah. Mengimbangi naiknya permintaan listrik dari masyarakat.

Jangan telat menambah listrik di suatu daerah. Jangan sempat krisis lagi dan krisis lagi. Jangan berhenti menambah listrik. Tiap hari, tiap daerah!

Oleh Dahlan Iskan
Menteri BUMN

***

http://www.dahlaniskan.net/lima-sendok-listrik-untuk-bintuni-dan-sebatik/

http://kabardahlaniskan.wordpress.com/2013/12/23/mh108-lima-sendok-listrik-untuk-bintuni-dan-sebatik/

https://www.facebook.com/groups/DemiIndonesiaJaya/permalink/429969663797492/

Jumat, 20 Desember 2013

Telat 5 Menit Dahlan Iskan Jalan Kaki ke Tempat Rapat


JAKARTA - Ada yang berbeda dengan rapat pimpinan (Rapim) BUMN yang berlangsung Kamis (19/12) di kantor PT. Penas di Gedung Nindya Karya lantai 2 Jalan Letjen MT Haryono, Jakarta. Tak mau terlambat datang ke tempat Rapim, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan memutuskan untuk berjalan kaki melewati jembatan penyebrangan di kawasan MT Haryono, Jakarta.

Humas Kementerian BUMN Faisal Halimi mengatakan bahwa Dahlan sengaja berjalan kaki agar tak terlambat karena jalanan macet. Sebelumnya kata Faisal, mantan Dirut PLN itu sempat melakukan aktivitas senam di Monas sebelum ke tempat Rapim.

"Pak Dahlan tadi seperti biasa senam pagi di Monas dulu, tapi karena tadi ada ratusan remaja yang ingin bertemu Pak Dahlan jadi beliau menyempatkan waktu sebentar," ujar Faisal di Jakarta.

Nah karena itulah, Dahlan agak telat menuju tempat Rapim. Tak mau terlambat terlampau siang, maka dia memutuskan untuk berhenti di sebrang jalan lantas naik jembatan penyebrangan menuju kantor PT. Penas di Gedung Nindya Karya lantai 2 Jalan Letjen MT Haryono, Jakarta.

"Pak Dahlan sampai di fly over pukul 07.05 WIB, karena sudah tahu telat lima menit maka Pak Dahlan memutuskan untuk jalan kaki saja untuk nyebrang," papar Faisal.

Terlebih kondisi jalan yang macet parah di arah Cawang sehingga membuat Dahlan semakin mantap ingin berjalan kaki. "Kita turun di sini saja Pak Aziz (staf Dahlan-red), sudah terlambat. Saya naik jembatan penyebrangan saja biar cepat", pungkas Faisal menirukan apa yang dikatakan Dahlan.

Tak sampai di situ, aksi jalan kaki ini berlanjut sampai berakhirnya Rapim. Sebab pukul 09.00 WIB, Dahlan dijadwalkan hadir dalam peresmian RS KBN di daerah Cakung, sementara Rapim baru selesai sekitar pukul 09.00 WIB. Maka itu pria asal Magetan ini mengutus supirnya untuk menunggu di sebrang jalan agar langsung menuju lokasi KBN dan tak perlu putar arah. Usai Rapim Dahlan langsung kembali menaiki tangga penyebrangan dan lanjut ke agenda berikutnya. (chi/jpnn)

Selasa, 17 Desember 2013

Dahlan Iskan Panen Sorgum di Perbatasan Indonesia

MENARANews, Atambua (NTT)Menteri BUMN, Dahlan Iskan beserta sejumlah jajaran BUMN melakukan kunjungan ke wilayah perbatasan Indonesia, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dalam rangka panen raya sorgum pada Selasa (17/12).

Dalam sambutanya, Menteri BUMN, Dahlan Iskan memaparkan bahwa proyek penanaman sorgum oleh Kementrian BUMN di Kabupaten Malaka ini merupakan bagian dari program BUMN Peduli Masyarakat. “Dalam proyek ini, Kementiran BUMN menggandeng PT Batan Teknologi sebagai pengelolanya dan PT Askes sebagai penyantun dananya” paparnya.
Dalam kegiatan panen raya yang hanya sekitar dua jam setengah namun berlangsung meriah tersebut, Kementrian BUMN beserta jajaran Pemerintah Kabupaten Malaka melakukan panen pada areal pertanian sorgum seluas 111 hektar yang bertempat di Desa Umanen Lawalu, Kabupaten Malaka.
“Kami menyambut baik program yang dicanangkan oleh Pak Dahlan Iskan. Perlu diketahui bahwa nenek moyang orang Malaka telah menjadikan sorgum sebagai bahan makanan utama mereka secara turun-temurun. Karena itu, terdapat harapan Kementrian BUMN bisa melakukan ekspansi sorgum ke seluruh wilayah Malaka” jelas Penjabat Bupati Malaka, Herman Nai Ulu, dalam sambutannya dihadapan masyarakat yang hadir.
Sebagaimana dijelaskan, sorgum merupakan komoditi yang tidak asing di Kabupaten Malaka. Sejak dari dahulu kala masyarakat Malaka menyebut sorgum dengan istilah Jagung Rote. Dengan target 214 hektar lahan sorgum, proyek dari Kementrian BUMN ini diharapkan menjadi lompatan bagi pengembangan masyarakat di Kabupaten Malaka yang baru saja mekar dari kabupaten induknya, Belu, sejak Januari lalu.
Tidak hanya itu, Kementrian BUMN melalui PT. Askes juga mecanangkan pemberian bantuan kesehatan gratis ke warga Kabupaten Malaka dengan target delapan ribu orang. “Program kesehatan ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Malaka” jelas Direktur Pelayanan PT Askes, Fajri Adi Nugraha yang turut hadir mendampingi Pak DI, sapaan akrab Dahlan Iskan.
Dalam kegiatan tersebut, selain jajaran Pemerintah Kabupaten Malaka, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, juga turut didampingi oleh tersebut Dirut PT BATAN Teknologi, Yudiutomo Imardjoko, Danrem 161/Wirasakti Kupang, Kolonel Inf Ahmad Yuliarto, dan Dandim 1605 Belu Letkol Inf. Hendry Wijaya. (Lim)

Dahlan Iskan : Agar Birokrasi di Bawah Menteri Bergerak Cepat

Salah satu strategi reformasi birokrasi yang sudah dipikiran Dahlan Iskan sejak 5 tahun lalu. Mudah-mudahan ditahun 2014 bisa menjadi kenyataan.... Aamiin....


Siapapun menterinya, keluhan terbesar selama lima tahun terakhir ini sebenarnya adalah: bagaimana para menteri itu bisa menggerakkan eselon III (Dirjen) dan eselon II (direktur) di setiap kementeriannya. Menterinya boleh baru, tapi birokrasinya barang lama. Lengkap dengan berbagai peraturan yang menghambat. Termasuk, peraturan untuk mengganti para pembuat konsep peraturan itu.

Sehebat apa pun seorang menteri, dia langsung terkerangkeng oleh bawahannya. Apalagi, sang bawahan sudah begitu ahli menggunakan kerangkengnya itu selama berpuluh tahun. Apalagi, sang menteri sendiri tidak bisa begitu saja mengganti mereka. Ada prosedur yang sulit, lambat, berbelit, dan lama untuk membuat seorang menteri bisa memilih Dirjen dan direktur yang kecepatan serta kecerdasannya sesuai dengan yang dia inginkan.

Kalaupun akhirnya mereka bisa diganti (biasanya baru terjadi sudah pada tahun kedua masa jabatan para menetri itu), belum jaminan untuk lebih cepat berjalan. Jerat peraturan begitu hebatnya. Sedangkan pikiran untuk mengubah peraturan itu begitu lambatnya.

Wewenang menteri untuk mengganti atau memindah bawahannya tersebut sangatlah kecil. Ada aturan kepangkatan, ada aturan golongan, ada aturan kepegawaian, ada aturan jabatan, dan ada mekanisme yang sangat rumit di dalamnya. Inilah yang membuat menteri yang ingin cepat berkarya pun harus menyerah pada awal jabatan. Lalu menikmatinya begitu saja.

Lambannya jalannya birokrasi di bawah menteri itu juga bukan salah mereka. Para Dirjen sudah sangat sibuk mewakili menteri ikut rapat koordinasi antardepartemen. Praktis, negara ini sebenarnya digerakkan oleh para direktur di bawah Dirjen. Bukan oleh para menteri.

Menteri bisa minta “ba” atau “bu”. Tapi, sangat sering permintaan itu tidak bisa dipenuhi hanya karena munculnya catatan dari seorang direktur bahwa keinginan menteri tersebut tidak mungkin dijalankan karena tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Para direktur sangat ahli membuat catatan panjang yang mengakibatkan sebuah keinginan menteri tidak akan bisa dilaksanakan.

Yang diperlukan pemerintah sekarang ini sebenarnya bukan menteri penertiban aparatur negara. Tapi, pengaturan kembali aparatur negara. Koordinasi kementerian sungguh persoalan yang sangat rumit. Apalagi kalau yang dikoordinasikan, seperti yang terjadi selama ini, terlalu luas. Kesibukan Dirjen dan direktur di tingkat koordinasi ini luar biasa besarnya. Seolah-olah, pekerjaan terbesarnya adalah melakukan koordinasi itu sendiri dan bukan melayani rakyat.

Karena itu, penyederhanaan pengelompokan menteri koordinator sebaiknya dilakukan. Jumlah koordinatornya memang bertambah dua, tapi persoalan yang dikoordinasikan menjadi lebih fokus. Dengan demikian, rapat koordinasinya tidak terlalu melebar. Waktu yang digunakan juga lebih singkat.

Tegasnya, saya usul ada kelompok baru di luar tiga kelompok yang sudah ada (polhukam, ekuin, dan kesra). Bukankah beberapa departemen sebenarnya memang kurang pas masuk ke salah satu di antara tiga kelopok itu” Saya usul ada kelompok “infrastruktur dan produksi pangan” serta ada kelompok “pelayanan umum”.

Dengan demikian, kelompok 1 (ekuin) hanya akan terdiri atas keuangan, perdagangan, industri, pertambangan, penanaman modal, dan BUMN. Kelompok 2 (infrastruktur dan produksi pangan) terdiri atas pekerjaan umum, pertanian, perikanan, kehutanan, koperasi/UKM, bulog, ristek, dan LH.

Kelompok 3 (pelayanan umum) adalah perhubungan, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, PAN, perumahan, serta agraria. Kelompok 4 (sosial) adalah agama, wanita, perumahan, pemuda/olahraga, tenaga kerja, sosial, dan daerah tertinggal. Sedangkan kelompok 5 (polhukam) adalah hankam, Mendagri, Menlu, hukum, jaksa agung, dan Polri.

Tentu tidak harus menambah Menko. Bisa saja salah seorang menteri yang paling kapabel di kelompok itu ditugaskan sebagai ketua kelompoknya. Dengan demikian, kesibukan para Dirjen dan direktur dalam berkoordinasi bisa dikurangi hanya untuk koordinasi di bidang yang memang sangat dekat dengan bidangnya. Dengan demikian, bisa menjadi lebih fokus.

Inilah salah satu kunci kalau jalannya birokrasi harus dibuat lebih cepat dan lebih lincah. Sri Mulyani rasanya bisa merangkap jadi ketua kelompok 1. Hatta Rajasa dengan demikian tidak perlu ikut mengurusi makroekonomi yang memang bukan kompetensinya. Hatta akan sangat bagus mengoordinasikan kelompok pelayanan umum. Apalagi, dia pernah menjadi menteri perhubungan yang sukses. Beban Agung Laksono yang tidak populer itu dengan demikian juga berkurang tinggal hanya mengoordinasikan kelompok sosial.

Kelompok infrastruktur dan produksi pangan akan sangat pas kalau diketuai Kuntoro Mangkusubroto. Atau, kalau Kuntoro diperlukan di bidang lain, Fadel Muhamad sangat punya kemampuan untuk menjadi ketua kelompok ini. Daerah tandus pun sudah dia ubah menjadi produsen jagung. Dia tahu cara-caranya.

Benar sekali. Persoalan dasarnya bukan siapa yang jadi menteri. Tapi, bagaimana cara bisa mengoordinasikan dengan efektif dan bisa menggerakkan birokrasi di bawah menteri itu. Ini pun kalau kita sepakat bahwa kita ingin maju dengan cepat.(*)

http://dahlaniskan.wordpress.com/2009/10/21/agar-birokrasi-di-bawah-menteri-bergerak-cepat/

Dahlan Iskan Minta PT Semen Kupang Bangun Pabrik Baru

Semen Kupang mulai bangkit semoga bisa segera berlari. Tahun 2012 Semen Kupang masih rugi Rp. 10,28 M, berkurang dari tahun 2011 yang rugi Rp 17,66 M. Melihat agresifitas pembangunan pabrik, 2013 bisa jadi turning poin. 



TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan berharap PT Semen Kupang, Nusa Tenggara Timur, (NTT) yang sempat kolaps bisa berkembang dan membangun pabrik Semen Kupang ketiga untuk memenuhi kebutuhan semen di daerah itu.

"Saya berharap PT Semen Kupang bisa membangun pabrik semen tiga untuk penuhi kebutuhan semen di daerah ini," kata Dahlan Iskan ketika berkunjung ke Kupang, Rabu, 18 Desember 2013.

Pabrik Semen Kupang sempat dihentikan operasinya pada Maret 2008 karena pailit. Utang PT Semen Kupang yang cukup besar membuat PT Semen Kupang bangkrut, sehingga harus melakukan kerja sama operasional (KSO) dengan pihak ketiga, yakni PT Sarana Agro Gemilang (SAG).

Menurut dia, seluruh utang PT Semen Kupang telah dilunasi. Karena itu, semen Kupang harus bisa berekspansi dengan mengembangkan perindustrian semen di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Kalau bisa warga di NTT tidak lagi berharap pada semen dari luar. Selain semen Kupang," katanya.

PT Semen Kupang telah membangun PT Semen Kupang 1 dan 2. Karena itu, Dahlan berharap PT Semen Kupang bisa berkembang lagi dengan membangun PT Semen Kupang 3. "Jika manajemen tidak mampu, akan saya copot," katanya.

Direktur PT Sarana Agra Gemilang Wahyu Susetyo sebelumnya menargetkan produksi Semen Kupang sebesar 475 ribu ton pada tahun 2014 mendatang. "Kualitas semen Kupang saat ini sudah setara dengan kualitas nasional maupun internasional," katanya.


http://www.tempo.co/read/news/2013/12/18/090538386/Dahlan-Minta-PT-Semen-Kupang-Bangun-Pabrik-Baru

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost