Senin 1 September 2014 lalu, Menteri BUMN Dahlan Iskan menerima dua orang investor. Seorang investor lokal Makzum Baisa yang akan membangun power plan di Kutai Timur, Kaltim dengan investasi sekitar Rp 3,6 trilyun dan seorang investor asing asal India tetapi sekarang tinggal di Amerika Serikat yang berniat membangun smelter, pabrik besi baja, pembangunan pengolahan minyak atau rifeneri dengan investasi sekitar Rp 15 trilyun..
Kepada investor yang akan membangun power plan, Menteri BUMN itu menyatakan, bahwa untuk membangun power plan, harus mengikuti lelang yang diadakan oleh PLN.
''PLN memang butuh listrik, tetapi banyak perusahaan pemenang tender pembangunan power plan, sekarang tidak melaksanakannya. Ini yang menyandra pemerintah, karena pemerintah tidak bisa membatalkan penetapan pada pemenang tender itu. Untuk itu, peraturan mengenai tender pengadaan listrik itu harus diubah,'' tegasnya.
Bahkan, Pertamina yang dinyatakan menang dalam pembangunan power plan di Aceh, sekarang ini bingung, karena biaya pembangunannya tidak punya nilai ekonomis. ''Saya minta Pertamina mundur saja. Tetapi saya tidak bisa memerintahkan mundur perusahaan yang bukan BUMN,'' ungkapnya.
Sedangkan atas rencana investor asing, Dahlan Iskan menyatakan terus terang ''Thank you.... thank you,'' diikuti dengan acungan dua jempol jarinya.
Atas rencana pembangunan smelter tersebut, investor asing itu, Raju Indukuri, Direktur PT. Radi Logam Indonesia (RLI). Dahlan menyatakan siap untuk membantu demi suksesnya berinvestasi di Indonesia.
''What can I do for you,'' kata Dahlan kemudian.
Atas tawaran itu, Raju mengungkapkan, bahwa dirinya ingin memperluas pembangunan smelter di Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC). PT. RLI beberapa waktu lalu mengakuisisi smelter di KIKC. Sekarang RLI ingin memperluas pembangunan smelternya, ternyata sangat sulit. Padahal, lahan itu ada di belakang smelter yang ada.
''Kami mohon agar lahan di belakang smelter yang ada sekarang, bisa kami sewa,'' kata Raju.
Selain itu, Raju juga minta agar diberi kesempatan untuk membeli Tins Chamechal yang diproduksi oleh PT. Timah Industri (Persero). Karena selama ini RLI selalu kesulitan untuk membeli bahan kimia dari turunan timah tersebut.
Usai menyampaikan ke dua harapan itu, Raju yang didampingi oleh Direktur Operasional RLI, Rajendra M, SE dan stafnya Maduwen lantas meninggalkan Dahlan Iskan yang berkantor di Gedung Kementerian BUMN, Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. ''Nanti saya sampaikan pada Bahar tindak lanjutnya,'' ujarnya, sebelum melepas para tamunya.
Ternyata, baru saja saya bersama Maduwen sampai di Kantor RLI di Jalan Pemuda, Jakarta Timur, masuk satu SMS ke HPku. Buru-buru saya lihat. ''Dari Pak Dahlan,'' kataku spontan setelah melihat siapa yang kirim SMS tersebut dan menunjukkan pada Maduwen.
''Untuk PT Radio Logam, prinsip lahan Kujang ada. Silahkan follow up. Industri olahan logam timah daur ulang, syarat amdal harus diperhatian,'' bunyi SMS dari Menteri BUMN tersebut.
''Gila ya.... seorang Menteri Pak Dahlan Iskan kerja sendiri. Saya yakin, beliau mengontak sendiri Dirut Pupuk Kujang. Gila..... luar biasa. Beliau tidak bergantung kepada stafnya. Kalau stafnya yang kerja, belum tentu sebulan kelihatan hasilnya. Ini hanya beberapa menit, keputusannya jelas,'' kata Maduwen, terkagum-kagum.
Saat itu Raju yang satu mobil dengan Rajendra, belum sampai di kantornya. Sehingga, kami harus menunggu keduanya. Rasa tak sabar kelihatan dari Maduwen untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Setelah ketemu Rajendra, Maduwen bertanya, ''Bos, tahu enggak apa yang dilakukan Pak Dahlan setelah kita pulang,'' tanyaya.
Rajendra hanya menggeleng-gelengkan kepala. ''Gila Pak Dahlan itu ya.... Masa.... belum sampai kita ke kantor ini, beliau udah menyelesaikan apa yang kita harapkan. Coba, Pak Bahar tunjukkan SMS beliau,'' ujar Maduwen.
''Ya....luar biasa beliau ya???? Saya belum pernah lihat ada pejabat seperti Pak Dahlan,'' kata Rajendra, menunjukkan kekagumannya, seraya menambahkan, bahwa beliau udah kerja kayak begitu, tetapi masih sering diberitakan macem-macem. ''Saya yakin, mereka menyebarkan isue itu, hanya karena iri pada keberhasilan kerja beliau,'' tambahnya.
Sedangkan harapan untuk bisa membeli Tins Chamecal, Dahlan Iskan menjelaskannya lewat email yang dikirim ke email milik Raju pada malam harinya. ''Saya kaget mendapat email dari Pak Dahlan Iskan. Beliau minta kami ketemu dengan pimpinan marketing PT. Timah Industri. Benar-benar mengagumkan,'' kata Raju.
Esok harinya, Selasa 2 September, Rajendra dan Maduwen bersama saya menindaklanjutinya dengan datang langsung ke KIKC di Cikampek, Jawa Barat. Dibantu oleh salah seorang pimpinan Pupuk Kujang, Ir. Didik GB (Golden Boy, panggilan dari Dahlan Iskan untuk Didik yang punya prestasi luar biasa) lantas memanggil direktur KIKC, Maryoto, untuk membahas apa yang disampaikan Menteri BUMN tersebut.
Tetapi, seperti pejabat negara kita pada umumnya, walau yang menegor masalah tersebut, Maryoto tetap menyalahkan RLI dengan menyatakan, tidak serius mengurus perluasan lahan untuk pembangunan smelternya. Padahal, menurut pihak RLI, mereka kesulitan untuk menemui pimpinan KIKC. Mana yang benar? Wallahu a'lam bissawab.......
Kalau saja pejabat lain di negara ini mau bekerja seperti Dahlan Iskan, mungkin negara ini sudah maju. Karena, Dahlan Iskan yang baru beberapa tahun menjadi pejabat negara, pengusaha yang dibantunya merasakan hasilnya. Dan, tanpa membuang buang waktu yang tidak berarti.
by Bahar Maksum