Dia tidak diperhitungkan saat mendaftarkan diri jadi calon presiden. Dianggap bukan calon yang serius. Ketika mulai tampak serius, dia dicibir. Bahkan, dijadikan bahan lawakan.
Ejekan terus mengalir. Sepanjang proses menuju konvensi Partai Republik. Saat dia mulai memikat, ejekan ditingkatkan jadi serangan.
Keburukan demi keburukan ditembakkan ke dia. Dianggap bodoh. Konyol. Brutal. Rasis.
Tapi, semua itu hanya membuat namanya kian populer. Terus disebut oleh media: Donald Trump.
Dia memang begitu kelihatan aneh. Norak. Konyol. Tapi, di lain pihak, dia jadi kelihatan berbeda. Menjadi tokoh yang ”bukan biasa”.
Lama-lama calon presiden yang lain jadi membosankan. Jadi terlihat mapan. Kuno.
Perkembangan berikutnya pun masih menarik. Trump bukan saja menjadi tokoh. Dia telah berubah menjadi...