Rabu, 27 November 2013

Membangkitkan Kembali BUMN Industri Strategis


Ada bangga yang membuncah dan semangat yang meletup-letup setiap kali menyimak kabar bahwa pemerintah akan membangkitkan kembali BUMN industri strategis, terutama BUMN yang memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Tiga BUMN industri strategis, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT Pindad, dan PAL Indonesia sedang direvitalisasi dengan total dana Rp 1,9 triliun melalui program restrukturisasi finansial, perbaikan produksi, dan pembenahan manajemen.


Sebagai salah satu negara terluas dan berpenduduk terbanyak di dunia, Indonesia mutlak membutuhkan BUMN industri strategis. Begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari BUMN industri strategis. Dalam konteks pertahanan dan keamanan nasional, kita bisa memproduksi beragam jenis senjata sesuai kebutuhan.


Dalam konteks industri manufaktur, kita bisa menghasilkan berbagai produk berbasis teknologi dan inovasi tinggi, tentu dengan nilai tambah ekonomi yang tinggi pula. Sejujurnya, tekad pemerintah membangkitkan kembali BUMN industri strategis sudah terlambat. 


Tekad itu seharusnya digulirkan — paling tidak—sejak satu dekade silam, manakala BUMN-BUMN industri strategis belum diserang penyakit akut seperti sekarang atau Indonesia belum jatuh ke pelukan Dana Moneter Internasional (IMF) setelah diterjang krisis moneter 1998. Bahwa kita sebaiknya berpegang pada pepatah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, itu soal lain.


Namun, kita perlu mengingatkan pemerintah bahwa membedah tumor yang sudah menyebar ke sekujur tubuh jauh lebih sulit ketimbang mencabut tumor yang baru tumbuh. Dari hari ke hari, nasib sebagian BUMN industri strategis sungguh mengenaskan. Mereka terus merugi, bahkan beberapa di antaranya terombang- ambing antara hidup dan mati. PT DI dan PT PAL, misalnya, masih digerogoti kerugian dan terus mengandalkan suntikan dana pemerintah.


PT Pindad, sekalipun tidak merugi, kinerjanya masih pas-pasan, sehingga sulit menjadi perusahaan besar yang mampu bersaing di tingkat regional, apalagi global. Maka istilah “menyelamatkan” BUMN industri strategis dari kebangkrutan mungkin jauh lebih tepat disbanding istilah “membangkitkan kembali”.


Terlepas dari itu semua, kita tetap menyambut baik tekad pemerintah membangkitkan kembali BUMN industri strategis. Dalam skenario pemerintah, PT DI, PT PAL, dan PT Pindad akan menjadi lead integrator masing-masing untuk matra udara, matra laut, dan matra darat. BUMN lainnya bakal menjadi pendukug kegiatan produksi alutsista ketiga matra. Pada tier 1 dan 2 ada PT LEN, PT Dok Koja Bahari, PT Dahana, PT Krakatau Steel Tbk, dan PT Dok Perkapalan Surabaya. 


Pada tier 2 dan 3 terdapat PT Inti, PT Inka, PT Barata, PT Boma Bisma Indra (BBI), dan PT Industri Kapal Indonesia (IKI). Tak sulit membayangkan jika akhirnya pemerintah berhasil membangkitkan kembali BUMN industri strategis. Indonesia bukan saja akan dikenal sebagai negara dengan kemampuan militer yang kuat, disegani, serta diperhitungkan di tingkat regional maupun global. 


Lebih dari itu, Indonesia bakal menjadi negara industri manufaktur yang mampu menghasilkan berbagai produk berbasis teknologi dan inovasi tinggi. Indonesia akan menjadi negara yang kuat di bidang militer, sekaligus mapan di bidang ekonomi. Kita bakal menjadi bangsa yang lebih dihormati bangsa-bangsa lain.


Kita tidak bisa menafikan nilai tambah ekonomi yang demikian besar dari BUMN industri strategis bila mereka benar-benar bangkit. Pemerintah menganggarkan belanja pertahanan yang cukup besar. Dalam lima tahun (2009-2014), belanja pertahanan mencapai Rp 150 triliun. Dari jumlah itu, baru Rp 50 triliun yang dialokasikan untuk pengadaan alutsista di dalam negeri. Jika BUMN industri strategis berhasil bangkit, anggaran pengadaan alutsista di dalam negeri bisa ditambah.


Tak susah pula menerka apa yang terjadi bila PT DI, PT PAL, dan PT Pindad berserta BUMN industri strategis lainnya menerima sebagian besar order pengadaan alutsista. BUMN-BUMN tersebut akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, memberikan dividen dan pajak lebih besar kepada negara, serta menghasilkan nilai tambah lebih tinggi terhadap perekonomian nasional dengan efek berganda yang dahsyat. Industri dasar, industri barang modal, industri olahan, industri hulu, industri hilir, industri antara, bakal berkembang pesat.


Membangkitkan kembali BUMN industri strategis tidaklah sulit. Apalagi PT DI, PT PAL, dan PT Pindad selama ini pun sudah mampu menghasilkan produk-produk berkualitas dan memenuhi order senjata, pesawat terbang, dan kapal berikut komponennya dari berbagai negara. Yang diperlukan tinggal political will pemerintah. Keberhasilan membangkitkan BUMN industri strategis akan ditentukan sekuat apa kemauan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Kemauan baja akan membuat rintangan seberat apa pun bisa dilewati, bahkan rintangan yang datang dari luar sekalipun.


Mungkin ada baiknya kita mencerap keprihatinan dan duka cita BJ Habibie, mantan presiden yang juga penggagas BUMN industri strategis, ihwal sebab-musabab kehancuran BUMN-BUMN bernilai tinggi itu. BUMN industri strategis ternyata bukan hanya salah kelola, tapi juga sengaja dihancurkan oleh kekuatan asing. Sanggupkah pemerintah menangkal itu? (*)


http://www.investor.co.id/home/membangkitkan-kembali-bumn-industri-strategis/40860

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost