Ciputraentrepreneurship News, Jakarta - “Saya cucunya Pak Ciputra dalam bidang entrepreneurship,”kata mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan siang tadi (2/12) dalam acara Founder’s Day Grup Ciputra ke-33 yang berlangsung di Ciputra Theater, Jakarta. Perkataannya diiringi tepuk tangan hadirin yang terdiri dari jajaran manajerial dan staf Grup Ciputra dari Sabang sampai Merauke dan proyek-proyek di luar negeri. Dahlan mengaku demikian karena ia mengaku belajar dari seorang mentor, dan sang mentor tersebut berkata dirinya berguru dari entrepreneur properti tersebut.
Perjumpaannya dengan Ir Ciputra pertama kali membuatnya terkagum. Pebisnis yang juga mantan reporter surat kabar itu mengatakan kini dirinya bisa bertemu dengan Ciputra secara langsung setelah sukses mendirikan sejumlah perusahaan. “Setiap kali saya bertemu dengan beliau, saya terpacu untuk terus lebih baik lagi dari sebelumnya,”terang Dahlan yang tampil dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan sepatu kets yang terkesan santai tetapi rapi.
Lebih lanjut Dahlan yang berjanji mengatakan, “Entrepreneurship bisa ditularkan, bukan diajarkan.” Terjadi hubungan yang sangat intensif. Harus ada yang menulari dan ditulari, katanya. Ia bahkan menganalogikan entrepreneur layaknya “penyakit” atau virus.
“Tidak perlu memiliki darah entrepreneur untuk bisa menjadi entrepreneur!”tegas Dahlan. Kalau memang entrepreneurship itu bersifat turun-temurun atau genetik, ujarnya, ia tidak memiliki kesempatan menjadi entrepreneur karena ayah dan ibunya seorang buruh tani dan buruh batik.
Dalam paparannya itu, Dahlan juga menggarisbawahi pentingnya merantau untuk membangkitkan jiwa entrepreneurship seseorang. Seperti Ir Ciputra yang memilih untuk merantau dari tanah kelahirannya di Parigi ke Bandung, Dahlan juga meninggalkan kampung halamannya.
Sejak merantau ke Samarinda, ia mengaku terputus hubungan dengan ikatan kekerabatan, sosial dan budaya daerah asalnya. Namun, dalam sudut pandang entrepreneurship, jauhnya seseorang dari tempat asal dan keluarga bisa melecutkan semangat dan antusiasme dalam bekerja segiat mungkin. “Kalau saya tidak merantau, saya mungkin sekarang menjadi petani, menikah dengan anak petani dan tidak bisa memutuskan diri dari siklus itu,”Dahlan mengenang masa lalunya.
‘Terputusnya’ seseorang dari lingkungan sosial kemasyarakatan yang sudah familiar itu juga menurut Dahlan memiliki peran dalam membentuknya sebagai entrepreneur yang bekerja secara produktif. “Jika pun saya menjadi guru, saya akan terlalu banyak absen karena harus menghadiri acara-acara sosial seperti sunatan, tetangga sakit, meninggal, dan sebagainya,”tukasnya. Bila ia tetap tinggal dan bekerja di desanya, tetapi tidak menghadiri semua acara itu, ia bisa dianggap keterlaluan. “Tetapi berbeda kalau saya ada di daerah yang jauh. Ketidakhadiran saya akan dimaklumi,”ujar pria yang mengaku tidak pernah lagi mencari uang sejak sembuh dari kanker hati itu. (Akhlis Purnomo)