Kamis, 26 Februari 2015

Mulyana Ahmad: Di CIHERAS Saya Merasa Sedih

Di CIHERAS Saya Merasa Sedih By Mulyana Ahmad

Rasa lelah dan ngantuk akibat dari perjalanan malam hari Bogor – Ciheras langsung sirna ketika kami sudah menemukan “Padepokan Lentera Angin”. Bukan kerana indahnya pantai selatan atau indahnya perjalanan berkelok-kelok yang kami lalui, tapi karena kami sudah bertemu dengan Uda Ricky Elson, Team Lentera Angin yang sedang mengabdi di ciheras dan teman-teman dari Dompet Dhuafa.

Tidak menunggu lama, “penari langit” berputar keras, ombak laut berdebur berirama seolah menyambut kedatangan kami. Torino sipenyiram bunga, si Ming-ming, Cemonk and the genk berlari-lari menyambut kami. Seolah kami adalah tamu yang sedang dinantikan. Mereka semua membuat kami merasa tersanjung.

Kue Nastar, Teh tarik panas, kopi bakar dari Malaysia baru separuh diminum, tamu dari Dompet Dhuafa datang setelah bermalam terlebih dahulu di kota Tasikmalaya. Perasaan saya dan Team NanoInti masih biasa-biasa saja ketika taaruf perkenalan. Perasaan terharu mulai menyelimuti benak kami ketika mereka bercerita telah berkeliling indonesia dan menyaksikan separuh rakyat indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Masih banyak masyarakat yang harus berjalan 3 jam perjalanan naik turun bukit demi mendapatkan 2 jerigen air bersih, anak-nak, Ibu-ibu habis separuh harinya untuk air bersih dan itu dilakukan setiap hari sepanjang tahun dan hanya berhenti ketika air hujan turun. Sebagian masyarakat lagi terpaksa m enggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Di sungai itulah mereka minum, mandi, nyuci, dan maaf disitu juga mereka buang hajat kecil dan besar. Bukannya mereka malas tidak membuat sumur, tapi air sumur tidak ada airnya meski dibor dengan kedalaman 120 meter. Ada juga sumur, tetapi isinya air gambut dan air garam. Cerita ini diperkuat lagi oleh Uda Ricky Elson dan team yang terpaksa harus meminum air payau di kepulauan terpencil, air minum yang mengandung air gambut yang membuat gigi keropos dan menghitam, air untuk bersuci (wudlu) yang lengket dimuka dan tangan plus pengalaman mencret-mencret dan sakit kemih karena meminum air seperti itu dalam waktu lumayan lama. DISINI KAMI MULAI MERASA SEDIH.

Tidak sedikit upaya yang telah dilakukan oleh Team Dompet Dhuafa. Mereka telah menyalurkan bantuan dalam bentuk sumur air bor, mobil tanki air bahakan RO System. Tapi mereka merasa belum maksimal dalam jumlah penyaluran dan teknologi yang mereka pilih. Untuk itu mereka pun mengunjungi beberapa negara seperti India, Thailand, China, timur-tengah dll demi sebuah teknologi pengolahan air bersih paling ideal untuk masyarakat indonesia. Merekapun menyebutkan beberapa teknologi terpilih yang mungkin cocok diterapkan di indonesia. 

DISINILAH KESEDIHAN SAYA MEMBUNCAH.

Beda sekali motivasi mereka dengan saya. Mereka sepanjang hidupnya bercatu daya, bercatu upaya berkeliling nusantara dan dunia hanya memikirkan APA YANG TERBAIK yang bisa dipersembahkan untuk negeri ini, sementara saya berkeliling dunia hanya untuk mencari teknologi pengolahan air terbaik untuk memenangkan persaingan dan memperoleh keuntungan materi sebanyaknya. Penguasaan teknologi pemurnian air saya jauh lebih banyak dari mereka tapi peraihan amal saya tidak ada apa-apanya.

Saya menjelaskan setiap teknologi yang mereka pilih bahkan saya menjelaskan pengembangan pencapai teknologi berikutnya dari tiap pilihan tersebut. Misalnya gerabah nanosilver yang sudah berkembang menggunakan nanowire silver yang lebih aman, carbon aktif sudah diganti dengan carbon aktif sekam padi yang lebih murah dll sebagainya.

Tiba giliran saya berbicara. Saya menjelaskan bahwa kita akan ketinggalan teknologi bila mencari sebuah teknologi bila referensinya dari juurnal-jurnal internasional kampus ternama di dunia sekalipun. Dunia swasta para pelaku bisnis pemurnian air kelas dunia berlipat kali lebih cepat dibanding dunia riset kampus-kampus ternama. Revenue mereka sangat besar dan bila digabungkan akan mencapai nilai 80 milyar dollar hanya untuk urusan air bersih.

Akhirnya saya memilihkan 2 buah tehnologi teknologi terbaik yang sudah menyumbangkan keuntungan senilai 40 milyar dollar bagi perusahan pengolahan air terkemuka di dunia. Satu teknologi masih menggunakan bahan kimia tetapi memiliki kecepatan menjernihkan air dengan hydraulic loading 8 detik (Klarifier PDAM membutuhkan waktu (1.800 detik) dan satu lagi adalah sebuah membrane perkasa yang mampu bertahan selama 30 tahun, tahan panas 800 C, tahan pH 0 sd 14, mereduksi penggunaan bahan kimia 99%, tahan tekanan sampai 250 bar, bekerja dengan tekanan rendah bahkan bisa hanya mengandalkan beda ketinggian (tofografi) tanpa pompa, 100% removal bakteri, virus, algae, 100% removal zat besi dan manganese, 100% removal kolloid dan suspensi, menapis separuh garam air laut, sedikit perawatan, siapapun bisa menggunakannya tanpa perlu keahlian khusus, mampu direndam dalam air aki selama 30 tahun dll.

Setelah sy putarkan demo video dari alat pertama yang menjernihkan air kubangan lumpur dan air hitam pekat dgn tds 2000 menjadi tds 8 dalam waktu 8 detik, terbersit harapan dari seluruh team. Kemudian sy putarkan video yang memfiltrasi cat tembok berwarna merah pekat menjadi sejernih kristal dan langsung diminum, harapan itu semakin menguat. Kemudian perlahan tapi pasti, wajah-wajah itu kembali meredup ketika sy menceritakan bahwa dibutuhkan investasi minimal 24 milyar untuk membeli mesin pembuat membrane tsb. Mesin iitu sanggup bekerja terus menerus mencetak membrane “Most high durability” sebanyak 20 membrane perjam dengan kemampuan tiap membrane adalah menjernihkan 1200 liter air kotor menjadi air bersih nyaris tanpa bahan kimia.

Awan beriringan menutupi terik matahari ciheras. Rasanya tangan-tangan ini masih terlalu lemah untuk menghadirkan kebaikan yang banyak, kebaikan yang most hight durability yang mampu menyediakan air bersih 24 jam x 30 tahun.

Ampuni kami ya Allah.

Kami tahu ada 7 pahala yang terus akan mengalir sampai hari kiamat, yaitu menggali sumur dan mengalirkan air untuk ummat.

Berikanlah kami jalan
Kami tidak sanggup melangkah sendirian #donasiuntukciheras  #coin for water machine


mulyana ahmad

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost