Senin, 23 Maret 2015

New Hope : Dahlan Iskan : Mencoba DNA untuk Setengah Manusia

Ini mode baru di Amerika: memeriksakan DNA. Tujuannya untuk menelusuri siapa nenek moyang kita. Caranya pun mudah. Beli tabung plastik kecil seharga Rp 1 juta lebih melalui internet. Perusahaan jasa pengiriman akan mengantarkan tabung sebesar jari tangan itu ke alamat pemesan.
Itulah tabung untuk diisi air liur sebanyak kira-kira dua sendok makan. Harus langsung dari mulut. Setelah berisi liur, tabung itu dikirim balik. Tiga minggu kemudian hasilnya di-e-mail-kan: darah siapa saja yang mengalir di tubuhnya.
Teman saya, orang Amerika, sudah memeriksakan DNA-nya. Neneknya pernah bercerita bahwa di dalam darahnya mengalir sedikit gen suku Indian. Itu dari perkawinan leluhurnya. Dia memperkirakan ada 5 persen darah suku American Indian di tubuhnya. Selebihnya adalah darah Jerman. Dia memang keturunan Jerman yang sudah beberapa generasi tinggal di Amerika.
“Dari tes ini saya tahu bahwa ada darah Inggris di tubuh saya,” katanya. “Cukup besar, lebih dari 30 persen,” tambahnya. Tentang cerita neneknya ternyata memang benar. Ada darah suku Indian. Namun, yang semula dia perkirakan 5 persen ternyata hanya 1 persen.
Yang dia tidak menduga adalah ini: ada darah makhluk Neanderthal sebesar hampir 2 persen. Neanderthal adalah makhluk yang hidup dalam gua sekitar 100.000 tahun lalu. Fosilnya ditemukan di desa dekat Kota Dusseldorf, Jerman. Bentuknya mirip manusia. Hanya, bidang dadanya lebar. Tingginya setinggi saya. Lebih pendek daripada umumnya orang Jerman sekarang. Rongga otaknya lebih besar daripada otak manusia. Mereka menggunakan tulang binatang untuk membuat gua.
“Mungkin pernah terjadi kawin-mawin di antara sejumlah Neanderthal dengan manusia,” ujar teman saya itu. “Atau jangan-jangan manusia adalah keturunan Neanderthal,” tambahnya.
Tentu masih sulit dipastikan siapa yang lebih dulu. Manusia atau Neanderthal. Kalau dipercaya bahwa semua manusia adalah anak cucu Adam/Hawa, lebih sulit lagi menghitungnya. Nabi Muhammad hidup 1.450 tahun lalu. Nabi Isa –umat Nasrani memercayainya sebagai Yesus– hidup 2.000 tahun lalu. Jarak antara Muhammad dan Isa sekitar 550 tahun.
Nabi Nuh yang beberapa generasi di atas Nabi Isa diperkirakan hidup 10.000 tahun lalu. Nabi Adam yang beberapa generasi di atas Nuh diperkirakan hidup 50.000 tahun lalu. Maka, kalau semua itu benar, berarti Neanderthal lebih dulu menjadi penghuni bumi. Wallahu a’lam.
Semua orang kulit putih diperkirakan memiliki darah Neanderthal. Dari sekian ribu generasi manusia, tentu kawin campur tidak terhindarkan. Baik yang karena jatuh cinta maupun karena terpaksa. Kesengajaan maupun kecelakaan. Karena kekerasan maupun pemaksaan.
Ini tentu tantangan terbesar bagi gerakan pemurnian ras. Ilmu pengetahuan ternyata membuktikan bahwa ras manusia sudah tercampur baur. Bahkan, di Negara Bagian South Carolina, yang paling sensitif masalah rasnya, terjadi kejutan. Menurut hasil tes itu, 30 persen dari orang kulit putih yang memeriksakan DNA-nya ternyata tercampur juga dengan darah orang kulit hitam.
Mungkin saja di zaman perbudakan dulu beberapa tuan kulit putih jatuh cinta pada budak mereka. Atau tepergok bercinta. Maklum, perbudakan waktu itu berlangsung lebih dari 200 tahun.
Keturunan Nabi Ibrahim, misalnya, pasti sudah tidak lagi satu ras. Istri pertama Ibrahim (dalam Injil disebut Abraham), Sarah, berkulit putih. Sarah-lah yang melahirkan Ishak (atau Isaac di dalam Injil). Nabi Ishak kemudian berputra Yakub yang memiliki nama lain Israel. Yakub “melahirkan” beberapa nabi seperti Daud, Sulaiman, Yusuf, dan akhirnya Nabi Isa. “Bani Israel dalam Alquran itu adalah anak-anak Yakub,” ujar Ustad Shamsi Ali, imam besar di New York yang asli Sulawesi itu. Bangsa Yahudi yang berkulit putih itu adalah keturunan Ibrahim dari Yakub.
Istri Ibrahim yang satunya, Siti Hajar, adalah perempuan kulit hitam yang konon asli Ethiopia. Ibrahim mengawini Hajar di umurnya yang sudah lebih 80 tahun. Ini atas kehendak istri pertama yang tidak memiliki anak. Dari perkawinan dengan Siti Hajar itulah lahir Ismail. Berkat kebesaran Allah, ternyata Sarah juga hamil. Lahirlah Ishak itu. Yakni ketika umur Ibrahim sudah 90 tahun.
Siti Hajar dan bayinya kemudian “diungsikan” ke Makkah, saat itu suatu kawasan pegunungan yang tidak berpenghuni. Ketika bayi Ismail kehausan dan Hajar lari dari satu bukit ke bukit lain sampai tujuh kali, Allah memberinya sumber air yang kemudian diberi nama zamzam.
Ismail inilah bapak bangsa Arab. Setelah Makkah ramai berkat adanya sumber air itu, datanglah bangsa Jurhum dari Yaman. Salah satunya Raja Abrahah yang ingin menghancurkan Kakbah. Keturunan Ismail bercampur pula darahnya dengan bangsa Jurhum.
Banyak ras yang berusaha menjaga kemurnian ras masing-masing. Tapi, kenyataan membuktikan, banyak juga orang Yahudi yang kawin dengan orang Arab. Atau sebaliknya. Juga dengan suku-suku lainnya. Termasuk dengan suku Jawa di Indonesia.
Maka semua orang Arab dan semua orang Yahudi pasti memiliki unsur darah yang sama: darah Nabi Ibrahim.
Mencampur ras juga dilakukan Thomas Jefferson, presiden ketiga Amerika Serikat. Dia juga dicatat sebagai salah satu proklamator negeri itu. Jefferson yang ditinggal mati istrinya memiliki enam anak dari budaknya yang berkulit hitam. Namanya Sally Hemings. Konon Jefferson sangat mencintainya. Sally tinggal di Monticello, Virginia, tetangga dekat Washington DC.
Semula ini hanya rumor yang banyak ditulis surat kabar saat Jefferson menjadi presiden periode pertama. Rumor itu tidak sampai merusak Jefferson. Dia terpilih lagi. Jefferson tidak pernah berkomentar. Betul atau salah sebatas rumor. Ini membuat soal itu menjadi perdebatan para sejarawan yang tidak henti-hentinya. Selama dua abad.
Keturunan Thomas Jefferson dari istri yang meninggal itu membantah keras rumor tersebut. Sampai tahun 1998. Ilmu pengetahuan ikut membuat sejarah. Tes DNA begitu maju. Pro-kontra pun berakhir. Tahun 1998 itu, ahli DNA Dr Eugene Forter melakukan tes pada mereka yang mengaku keturunan Jefferson dari ibu yang kulit hitam. Sally memang meninggalkan catatan untuk anak-anaknya. Lalu diwariskan turun-temurun.
Hasil tes DNA mereka positif: ada darah Jefferson di dalamnya. Ini menjadi fakta yang kemudian diterima semua pihak. Termasuk pihak keturunan dari istri yang berkulit putih. Beberapa tahun lalu keturunan Jefferson, baik yang kulit putih maupun yang kulit hitam, berkumpul bersama-sama ziarah ke monumen kakek moyangnya yang lahir tahun 1743 itu.
Kombinasi antar-ras mungkin mengakibatkan suatu ras merasa lebih tinggi daripada lainnya. Dalam novel Agus Sunyoto, Rahwana, persilangan-persilangan ras itu di-jlentreh-kan rinci. Termasuk antarmakhluk seperti dengan raksasa, bahkan dengan hewan tertentu. Yang merasa dari persilangan ras tertinggi akan menyebut persilangan yang melahirkan orang seperti saya bukan termasuk manusia. Tapi setengah manusia.
Saya menjadi ikut tertarik untuk memeriksakan DNA.
Sambil sekolah. Mumpung saya agak lama tinggal di Amerika. Selama ini saya termasuk yang kurang peduli dengan asal usul. Siapa tahu saya ternyata benar-benar manusia. Atau tidak. (*)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost