Akhirnya saya memutuskan untuk menyerahkan perbaikan kualitas layanan
di Lombok Barat kepada pimpinan PLN Lombok. Ini karena pimpinan PLN
Lombok sudah bersama-sama saya membicarakan bagaimana cara, metode, dan
terobosan untuk mengatasi persoalan Lombok Timur (lihat catatan edisi kemarin).
Lombok Barat tentu bisa diselesaikan dengan cara yang sama. Itu juga
sekaligus untuk membiasakan jajaran PLN di cabang menyelesaikan
persoalan setempat tanpa harus, misalnya, menunggu saya datang. Saya
percaya bahwa dengan pengalaman merumuskan penyelesaian kelistrikan
Lombok Timur kemarin, cara-cara yang sama bisa ditemukan oleh temanteman
PLN di Cabang Lombok untuk memperbaiki pelayanan di Lombok Barat.
Kemarin pagi, waktu saya lebih banyak untuk memecahkan persoalan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jeranjang di Lombok
Barat. Proyek PLTU itu mengalami keterlambatan yang parah. Karena itu
dalam rapat yang amat detil kemarin pagi, saya menetapkan tanggal-
tanggal yang harus dicapai. Misalnya, kapan water intake selesai, kapan
back feeding terlaksana, kapan individual test, kapan komisioning,
tanggal berapa penyelesaian pemasangan batu tahan api dan seterusnya.
Semua itu disinkronkan agar bisa ditargetkan tanggal 15 Mei bulan depan
sudah bisa dilakukan penyalaan api pertama. Yakni api untuk memanasi
boiler secara pelan-pelan sehingga si boiler tidak kaget. Penyalaan api
pertama ini akan dilakukan dengan menggunakan kayu agar panasnya tidak
berlebihan. Setelah itu akan digunakan minyak solar. Setelah itu baru,
kelak digunakan batubara.
Tahapan ini dilakukan agar boilernya tidak langsung dipanasi dengan
batubara yang suhunya bisa mencapai 600 derajat Celcius. Boiler itu
harus dipanaskan dulu 100 derajat, lalu naik pelanpelan mencapai 300
derajat dan akhirnya kelak 600 derajat. Tahapan penting yang masyarakat
perlu tahu adalah apa yang akan terjadi di sekitar tanggal 20 Mei. Pada
saat itu nanti PLTU akan mengeluarkan suara gemuruh seperti bunyi
pesawat jet. Bunyi itu timbul dari boiler yang lagi “dicuci” dengan uap.
Pipa-pipa boiler yang ketika dipasang kemungkinan ada kotoran di
dalamnya harus dibersihkan. Caranya dengan memasukkan uap ke dalam
pipa-pipa itu. Uap tersebut ditahan di dalam pipa sampai tekanan
tertentu. Lalu dilepas ke udara. Saat melepas uap itulah timbul bunyi
gemuruh. Bunyi itu akan berulang-ulang setiap sekitar 10 menit sampai
selama satu minggu. Kalau dalamnya pipa-pipa tersebut sudah dinyatakan
bersih bunyi seperti itu tidak pernah ada lagi. Dengan tanggal-tanggal
pencapaian itu maka listrik pertama dari PLTU ini harus sudah keluar
pada pertengahan bulan Juli. Memang masih banyak kesulitan, tapi harus
diatasi dengan kesungguhan yang tinggi.
Misalnya masih banyak peralatan yang belum tiba dari Tiongkok.
Temanteman PLN di proyek lantas menganalisis dengan teliti. Kalau kita
harus menunggu alat-alat tersebut dari Tiongkok bisa jadi akhir tahun
kelak pun belum bisa jadi. Karena itu, PLN minta mereka melakukan
pembelian alat-alat tersebut di dalam negeri. Sebab semua yang
diperlukan untuk mengganti alat yang ditunggu itu bisa dibeli di
Indonesia.
Kontraktor menyetujui jalan keluar ini. Begitulah, sampai jam
12.00 siang rapat belum selesai. Tapi kami senang bisa mencari
terobosan itu. Pukul 13,00 kami baru bisa ke Selong, Lombok Timur. Saat
makan siang yang sudah kesorean itulah saya kaget. Bupati Lombok Timur
tiba-tiba bergabung di restoran. Kami pun membicarakan tindak lanjut
pengambilalihan jaringan di Rinjani. Pak Bupati sangat antusias sehingga
persoalan pun bisa selesai dengan cepat. (*)
Sabtu, 16 Juli 2011
Dahlan Iskan - CEO PLN Note - Bagaimana dengan Lombok Barat?
23.46
sopyan