Meski sudah 1,5 tahun saya jadi direktur utama tapi belum juga hafal
singkatan penting di PLN yang satu ini : P2APST. Singkatannya saja tidak
hafal apalagi kepanjangannya! Padahal sesekali saya harus
mengucapkannya. Misalnya kalau lagi rapat direksi. Setiap kali harus
mengucapkannya saya harus menengok dulu ke Pak Murtaqi Direktur Bisnis
dan Manajemen Resiko. Beliaulah yang paling fasih mengucapkan singkatan
itu karena memang beliau yang membidani kelahirannya merancang sistemnya
dan dengan antusias mengembangkannya. Biar pun tidak hafal singkatannya
saya sangat paham kegunaannya : agar pembayaran listrik bisa dilakukan
secara on-line real time dan terpusat. Inilah sistem untuk mengakhiri
zaman pembayaran listrik tradisional : antri di loket PLN berjam-jam
setiap menjelang tanggal 20.
Tentu tujuan utamanya bukan untuk menghilangkan antrian itu. Ada yang
lebih mendasar: agar uang yang masuk ke PLN bisa terkontrol rapi sejak
dari pembayaran oleh pelanggan sampai ke kas perusahaan di kantor pusat.
Jangan lagi ada sistem uang dibayarkan di loket ranting baru disetorkan
ke cabang lalu ke wilayah lalu ke pusat. Apalagi kalau pencatatan uang
itu dilakukan secara manual dan transfer ke jenjang-jenjang berikutnya
masih secara tradisional.
Lebih hebat dari itu sistem apa tadi —eh P2APST– itu mampu langsung
tersambung ke komputer yang memproses pekerjaan keuangan berikutnya :
pembuatan laporan dan audit. Maka, dengan sistem ini proses keuangan di
PLN menjadi sangat terkontrol, canggih dan modern. Sudah bisa
dipertandingkan dengan perusahaan kelas dunia lainnya.
Manfaat besar lain dari sistem ini adalah : menyelamatkan teman-teman
PLN di seluruh Indonesia dari resiko terperosok lubang yang dalam.
Peluang untuk menyeleweng bagi ribuan kasir PLN di seluruh pelosok
nusantara menjadi hilang. Peluang untuk terjadinya sebuah kolusi juga
berkurang.
Banyak sekali kasus seseorang itu mula-mula sangat jujur dan
terpercaya. Dia berubah menjadi penyeleweng semata-mata karena diberi
peluang untuk itu. Dalam kasus seperti ini mungkin dosa perbuatan
tersebut harus dipikul bersama antara yang menyeleweng dan yang
memberikan peluang untuk menyeleweng.
Tapi dengan sistem yang satu itu peluang untuk terjadi penyalahgunaan
keuangan kian tertutup. Dengan sendirinya. Kadang sistem memang lebih
efektif mencegah kejahatan daripada khotbah –terutama untuk hal-hal yang
manusiawi seperti itu. Semoga pencipta sistem anti-kejahatan juga
mendapatkan pahala sama besar dengan para pengkhotbah. Maka tak salah
bila banyak tokoh Islam yang menyebutkan Amerika Serikat itu lebih
islami dari banyak negara berpenduduk mayoritas Islam. Ini antara lain
karena banyaknya sistem di sana yang menutup peluang orang untuk berbuat
jahat.
Tentu masih banyak manfaat lain dari P2APST yang terlalu panjang
untuk dirinci di sini. Yang pasti P2APST harus dicatat dalam sejarah
PLN. Bahwa kita di tahun 2011 ini sudah mampu mengubah sistem
pengelolaan pembayaran rekening listrik yang semula sangat ruwet itu.
Sebenarnya P2APST direncanakan baru akan berhasil diterapkan di
seluruh Indonesia akhir tahun 2012. Namun berkat kerja keras dan kerja
cerdas teman-teman PLN di bawah komando Pak Murtaqi ini P2APST bisa
diselesaikan bulan lalu. Maju 1,5 tahun! Wilayah sejauh, seterpencil dan
serumit Papua pun sudah melaksanakan P2APST.
Maka sejak Juli ini, kalau ada orang di Kaimana, atau Nabire, atau
Wamena yang hari ini membayar listrik, hari ini juga, jam ini juga,
uangnya sudah sampai di Bu Tjutju Kurnia yang berkantor di lantai 6 PLN
Pusat di Jakarta. Ketika semua direksi rapat kerja di Melak, pedalaman
Kaltim, dua minggu lalu sistem ini juga sudah bisa berjalan di “ibukota”
suku Dayak itu. Warga di tengah hutan itu bisa membayar listrik di
agen-agen pembayaran melalui sistem komputer dan uangnya langsung masuk
ke sentral keuangan. Maka sekarang ini, Bu Tjutju sudah bisa tahu persis
berapa uang masuk setiap hari dari seluruh Indonesia. Tidak lagi
tergantung dari laporan yang berjenjang itu.
Saya sangat bersimpati pada teman-teman PLN yang menyiapkan dan
mengembangkan sistem ini. Kerjanya siang malam tapi tidak banyak orang
yang tahu. Inilah mereka yang bekerja secara diam-diam tapi
menghanyutkan! Inilah teman-teman PLN yang bekerja keras tapi tidak akan
pernah mendapat apresiasi secara luas. Kerja ikhlas lebih menonjol di
sini.
Dengan selesainya P2APST masih ada pekerjaan berikutnya yang menanti
kita. Kali ini menjadi giliran teman-teman yang ada di jajaran
distribusi di seluruh Indonesia: mencocokkan jumlah kWh yang tersalur
dengan berapa besar uang masuk yang seharusnya. Tanpa P2APST pengecekan
seperti itu akan memakan energi yang luar biasa dan belum tentu kita
mampu melakukannya. Tapi, sekarang, dengan sistem itu teman-teman di
jajaran distribusi bisa lebih fokus untuk melihat pelanggan mana yang
pembayaran listriknya tidak sesuai dengan jumlah kWh yang tersalur dari
jaringan tegangan menengah di suatu lokasi.
Satu lagi pondasi penting yang lagi dibangun di PLN : Si Ujo.
Teman-teman di jajaran SDM sedang menyiapkan program uji kompetensi
untuk seluruh karyawan PLN. Inilah pekerjaan berat yang untuk
menyelesaikannya diperlukan kecerdasan dan ketekunan. Inilah pekerjaan
besar yang jauh dari pujian banyak orang.
Sistem uji kompetensi yang dirancang ini tidak kalah canggih dengan
P2APST. Penyiapannya sudah selesai. Uji coba sudah dilakukan. Tinggal
pelaksanaan uji kompetensinya saja yang Insya Allah dilakukan awal
September, setelah lebaran.
Melihat materi uji kompetensi itu saya bisa membayangkan betapa besar
pekerjaan ini. Kalau pemrakarsanya tidak memiliki passion yang tinggi
tidak mungkin bisa terwujud. Begitu komplit materinya (untuk semua
sektor pekerjaan di PLN) dan begitu canggih sistemnya. Sampai-sampai di
dalam hati saya terpikir: alangkah cocoknya kalau ujian nasional sekolah
menggunakan system Si Ujo ciptaan teman-teman direktorat SDM PLN ini.
P2APST dan Si Ujo adalah dua pondasi penting PLN yang ikut menentukan
kejayaan PLN ke depan. Kalau uji kompetensi sudah terlaksana maka enam
program besar utama telah terselesaikan oleh PLN tahun ini: mengakhiri
krisis listrik, menyelesaikan daftar tunggu, mengakhiri wabah gangguan
trafo, menerapkan P2APST di seluruh Indonesia, uji kompetensi untuk
seluruh karyawan PLN dan mengakhiri wabah gangguan feeder (penyulang).
Bagaimana dengan mencukupi kebutuhan gas? Tentu direksi tidak akan mau kalah dengan anak buah!
*) P2APST : Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat
Dahlan Iskan
CEO PLN
Kamis, 21 Juli 2011
Dahlan Iskan - CEO PLN Note - Membangun Dua Pondasi Tanpa Banyak Bunyi
23.09
sopyan