DAHLAN ISKAN JANGAN MENIRU LANGKAH GITA WIRYAWAN
by Jayanasti
Pepatah Melayu mengajarkan, “jangan menari di gendang orang lain”. Jadi Dahlan Iskan jangan mundur dari Menteri BUMN, hanya karena Gita mengundurkan diri dari jabatannya selaku Mendag.
Gita Wiryawan memang perlu konsentrasi di konvensi capres, karena rankingnya masih sangat rendah. Dia harus kampanye untuk sosialisasi dirinya dengan berkunjung lebih banyak ke daerah-daerah. Selain itu, sebagai Mendag, Gita Wiryawan memang belum memiliki prestasi yang mengkilap yang dirasakan rakyat.
Selama ini Gita Wiryawan sepertinya termasuk menteri-menteri yang tenggelam dalam belitan tangan-tangan gurita birokrasi di Kementerian yang dipimpinnya. Dulu ada kasus suap impor daging sapi yang menjadi kewenangan Kemendag dalam pelaksanaannya. Sekarang ada lagi skandal impor beras medium. Lalu Gita melepaskan jabatan Mendag, pada saat skandal impor beras medium tersebut belum tuntas diselesaikan.
Kesimpulan yang bisa kita tarik, Gita Wiryawan kurang mampu memimpin dan mengendalikan bawahannya, yang suka bermain mata dengan para importir. Dia tidak berhasil melakukan perubahan apapun untuk menjadikan Kemendag bersih dari permainan komisi dan gratifikasi. Gita tidak memiliki keberanian yang dimiliki Dahlan Iskan, seperti melancarkan program bersih-bersih BUMN.
Keputusan Dahlan Iskan baru akan mundur dari jabatan Menteri BUMN jika ia memenangkan konvensi capres Partai Demokrat, sangat tepat. Sesuai moto “kerja, kerja dan kerja” Dahlan Iskan tidak memerlukan lagi kampanye sosialisasi diri. Seperti yang dijelaskan Dahlan, kerja adalah bentuk kampanye yang terbaik. Dari Aceh sampai Papua, rakyat telah mengenal Dahlan Iskan dari hasil-hasil kerja kerasnya yang bermanfaat bagi kemajuan daerah tersebut Di hampir setiap daerah, tertinggal jejak kerja keras Dahlan Iskan yang cukup membanggakan.
Di Aceh, Dahlan Iskan sedang mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik panas bumi (geothermal) yang bisa menghasilkan listrik 300 megawat. Di Sumatera Utara Dahlan telah menyelesaikan pembangunan bandara internasional Kuala Namu yang sebenarnya mengalahkan kehebatan Bandara Suta. Di Sumatera Barat Dahlan Iskan membangkitkan kembali “batang terendam”, dengan selesainya pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur yang disulap menjadi pelabuhan terminal peti kemas modern. Di Bali, Dahlan Iskan meninggalkan jejak berupa jalan tol di atas laut sepanjang 12,7 km. Di Papua, sebuah pelabuhan terminal petikemas modern juga sedang berlangsung. Lalu sebuah pabrik besar untuk memproduksi tepung sagu hampir selesai dibangun. Begitu pula di daerah-daerah lainnya, hampir tidak ada yang tidak tersentuh hasil kerja keras Dahlan Iskan.
Karenanya, tidak heran jika kalangan Istana berharap agar Dahlan Iskan mengikuti langkah Gita Wiryawan, seperti yang diungkapkan oleh jubir Presiden, Julian Pasha. Tapi tampak jelas, mereka menginginkan Dahlan mundur, agar popularitas Dahlan tidak semakin meningkat, tidak semakin mencorong.
Kalangan dalam istana rupanya sedang risau melihat popularitas Dahlan Iskan mampu membenamkan capres-capres kader asli Partai Demokrat. Para capres kader asli PD seperti Hayono Isman, Marzuki Alie, juga mulai gerah dan gelisah. Maka dari mulut dan tulisan mereka keluarlah pernyataan-pernyataan yang secara langsng atau tidak langsung menyerang Dahlan. Lalu ada lagi kader PD seperti Ruhut Sitompul yang tidak hentinya mengkampanyekan kehebatan capres kader asli Partai Demokrat sambil mengeluarkan pernyataan yang meremehkan popularitas Dahlan Iskan.
Oleh sebab itu, Dahlan Iskan haruslah membulatkan tekadnya untuk maju terus, jangan sampai mundur atau mengalah. Peribahasa lama mengatakan “biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu”.
Pepatah Melayu mengajarkan, “jangan menari di gendang orang lain”. Jadi Dahlan Iskan jangan mundur dari Menteri BUMN, hanya karena Gita mengundurkan diri dari jabatannya selaku Mendag.
Gita Wiryawan memang perlu konsentrasi di konvensi capres, karena rankingnya masih sangat rendah. Dia harus kampanye untuk sosialisasi dirinya dengan berkunjung lebih banyak ke daerah-daerah. Selain itu, sebagai Mendag, Gita Wiryawan memang belum memiliki prestasi yang mengkilap yang dirasakan rakyat.
Selama ini Gita Wiryawan sepertinya termasuk menteri-menteri yang tenggelam dalam belitan tangan-tangan gurita birokrasi di Kementerian yang dipimpinnya. Dulu ada kasus suap impor daging sapi yang menjadi kewenangan Kemendag dalam pelaksanaannya. Sekarang ada lagi skandal impor beras medium. Lalu Gita melepaskan jabatan Mendag, pada saat skandal impor beras medium tersebut belum tuntas diselesaikan.
Kesimpulan yang bisa kita tarik, Gita Wiryawan kurang mampu memimpin dan mengendalikan bawahannya, yang suka bermain mata dengan para importir. Dia tidak berhasil melakukan perubahan apapun untuk menjadikan Kemendag bersih dari permainan komisi dan gratifikasi. Gita tidak memiliki keberanian yang dimiliki Dahlan Iskan, seperti melancarkan program bersih-bersih BUMN.
Keputusan Dahlan Iskan baru akan mundur dari jabatan Menteri BUMN jika ia memenangkan konvensi capres Partai Demokrat, sangat tepat. Sesuai moto “kerja, kerja dan kerja” Dahlan Iskan tidak memerlukan lagi kampanye sosialisasi diri. Seperti yang dijelaskan Dahlan, kerja adalah bentuk kampanye yang terbaik. Dari Aceh sampai Papua, rakyat telah mengenal Dahlan Iskan dari hasil-hasil kerja kerasnya yang bermanfaat bagi kemajuan daerah tersebut Di hampir setiap daerah, tertinggal jejak kerja keras Dahlan Iskan yang cukup membanggakan.
Di Aceh, Dahlan Iskan sedang mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik panas bumi (geothermal) yang bisa menghasilkan listrik 300 megawat. Di Sumatera Utara Dahlan telah menyelesaikan pembangunan bandara internasional Kuala Namu yang sebenarnya mengalahkan kehebatan Bandara Suta. Di Sumatera Barat Dahlan Iskan membangkitkan kembali “batang terendam”, dengan selesainya pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur yang disulap menjadi pelabuhan terminal peti kemas modern. Di Bali, Dahlan Iskan meninggalkan jejak berupa jalan tol di atas laut sepanjang 12,7 km. Di Papua, sebuah pelabuhan terminal petikemas modern juga sedang berlangsung. Lalu sebuah pabrik besar untuk memproduksi tepung sagu hampir selesai dibangun. Begitu pula di daerah-daerah lainnya, hampir tidak ada yang tidak tersentuh hasil kerja keras Dahlan Iskan.
Karenanya, tidak heran jika kalangan Istana berharap agar Dahlan Iskan mengikuti langkah Gita Wiryawan, seperti yang diungkapkan oleh jubir Presiden, Julian Pasha. Tapi tampak jelas, mereka menginginkan Dahlan mundur, agar popularitas Dahlan tidak semakin meningkat, tidak semakin mencorong.
Kalangan dalam istana rupanya sedang risau melihat popularitas Dahlan Iskan mampu membenamkan capres-capres kader asli Partai Demokrat. Para capres kader asli PD seperti Hayono Isman, Marzuki Alie, juga mulai gerah dan gelisah. Maka dari mulut dan tulisan mereka keluarlah pernyataan-pernyataan yang secara langsng atau tidak langsung menyerang Dahlan. Lalu ada lagi kader PD seperti Ruhut Sitompul yang tidak hentinya mengkampanyekan kehebatan capres kader asli Partai Demokrat sambil mengeluarkan pernyataan yang meremehkan popularitas Dahlan Iskan.
Oleh sebab itu, Dahlan Iskan haruslah membulatkan tekadnya untuk maju terus, jangan sampai mundur atau mengalah. Peribahasa lama mengatakan “biarkan anjing menggonggong, kafilah berlalu”.