By Zamzani Sutriyanto
DAHLAN ISKAN berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin yang memiliki satunya kata dan perbuatan. Beberapa waktu lalu Dahlan mengatakan: “Saya siap jadi presiden, siap jadi wakil presiden, dan siap tidak jadi apa-apa.”
Karena itu, meski Dahlan memenangkan konvensi Partai Demokrat namun tidak dicapreskan maupun cawapreskan, dia legowo. Jika kemudian ada yang menilai Dahlan sakit hati pada SBY dan Demokrat, itu omongan ngawur dan tak berdasar. Lebih ngawur dan tak berdasar lagi, ketika ada yang mengopinikan Dahlan sakit hati pada Hatta Rajasa. Sakit hati apalagi dendam, sama sekali bukan sifat dan karakter Dahlan.
“Tugas utama seorang pemimpin adalah memutuskan. Memutuskan jauh lebih baik daripada ragu-ragu apalagi tidak memutuskan,” ujar Dahlan. Keputusannya mendukung pasangan Jokowi-JK tentu sudah melewati pemikiran dan pertimbangan matang. Ditimbang baik-buruknya. Ditimbang maslahat dan mudharatnya. Tentu keputusannya itu bukan untuk kepentingan dirinya, tapi demi kebaikan dan kemaslahatan rakyat dan bangsa Indonesia.
Dalam memberikan dukungan pun tidak secara membabi-buta. Memberikan kebebasan pendukungnya untuk menentukan pilihan. Pantang baginya untuk menjelekkan, mencela, apalagi memfitnah. Dahlan tetap menebarkan angin sejuk dan damai. Kampanye pemenangan pasangan Jokowi-JK, hanya dia lakukan disela-sela kesibukannya menjalankan tugas utamanya selaku Menteri BUMN.
Pagi Subuh tadi (18/7), Dahlan berangkat ke Medan. Dilanjut perjalanan darat ke Pangkalan Susu. Dia ingin memastikan, kebutuhan listrik di Sumut benar-benar tercukupi pada 3 bulan ini. Tentu kita masih ingat, distribusi listrik dari Pangkalan Susu sempat terkendala pembebasan lahan.
Sabtu pagi (19/7), Dahlan dijadwalkan sudah berada di Surabaya. Mengikuti acara khataman Qur’an dengan 1.500 hafidz/hafidzah. Siangnya ke Balung Jember. Juga ke beberapa pabrik gula yang sedang mengalami kesulitan karena impor gula berlebihan tahun lalu.
Minggunya Dahlan terbang ke Gorontalo. Meresmikan biomass yang akan jadi model sosiopreneur ke depan. Ini sekaligus menjawab terkait soal gerakan sosiopreneur gagasannya. Bahwa Dahlan bersama tim dan para senior JPPN Grup dan Jawa Pos Grup telah menyiapkan secara matang model dan cara kerja sosiopreneur.
Sekali lagi, Dahlan membuktikan tidak hanya berhenti pada ide dan gagasan saja, tapi dia berusaha keras mewujudkannya!