Tentu tujuan utamanya bukan untuk menghilangkan antrian itu. Ada yang lebih mendasar: agar uang yang masuk ke PLN bisa terkontrol rapi sejak dari pembayaran oleh pelanggan sampai ke kas perusahaan di kantor pusat. Jangan lagi ada sistem uang dibayarkan di loket ranting baru disetorkan ke cabang lalu ke wilayah lalu ke pusat. Apalagi kalau pencatatan uang itu dilakukan secara manual dan transfer ke jenjang-jenjang berikutnya masih secara tradisional.
Lebih hebat dari itu sistem apa tadi —eh P2APST– itu mampu langsung tersambung ke komputer yang memproses pekerjaan keuangan berikutnya : pembuatan laporan dan audit. Maka, dengan sistem ini proses keuangan di PLN menjadi sangat terkontrol, canggih dan modern. Sudah bisa dipertandingkan dengan perusahaan kelas dunia lainnya.
Manfaat besar lain dari sistem ini adalah : menyelamatkan teman-teman PLN di seluruh Indonesia dari resiko terperosok lubang yang dalam. Peluang untuk menyeleweng bagi ribuan kasir PLN di seluruh pelosok nusantara menjadi hilang. Peluang untuk terjadinya sebuah kolusi juga berkurang.
Banyak sekali kasus seseorang itu mula-mula sangat jujur dan terpercaya. Dia berubah menjadi penyeleweng semata-mata karena diberi peluang untuk itu. Dalam kasus seperti ini mungkin dosa perbuatan tersebut harus dipikul bersama antara yang menyeleweng dan yang memberikan peluang untuk menyeleweng.
Tapi dengan sistem yang satu itu peluang untuk terjadi penyalahgunaan keuangan kian tertutup. Dengan sendirinya. Kadang sistem memang lebih efektif mencegah kejahatan daripada khotbah –terutama untuk hal-hal yang manusiawi seperti itu. Semoga pencipta sistem anti-kejahatan juga mendapatkan pahala sama besar dengan para pengkhotbah. Maka tak salah bila banyak tokoh Islam yang menyebutkan Amerika Serikat itu lebih islami dari banyak negara berpenduduk mayoritas Islam. Ini antara lain karena banyaknya sistem di sana yang menutup peluang orang untuk berbuat jahat.
Tentu masih banyak manfaat lain dari P2APST yang terlalu panjang untuk dirinci di sini. Yang pasti P2APST harus dicatat dalam sejarah PLN. Bahwa kita di tahun 2011 ini sudah mampu mengubah sistem pengelolaan pembayaran rekening listrik yang semula sangat ruwet itu.
Sebenarnya P2APST direncanakan baru akan berhasil diterapkan di seluruh Indonesia akhir tahun 2012. Namun berkat kerja keras dan kerja cerdas teman-teman PLN di bawah komando Pak Murtaqi ini P2APST bisa diselesaikan bulan lalu. Maju 1,5 tahun! Wilayah sejauh, seterpencil dan serumit Papua pun sudah melaksanakan P2APST.
Maka sejak Juli ini, kalau ada orang di Kaimana, atau Nabire, atau Wamena yang hari ini membayar listrik, hari ini juga, jam ini juga, uangnya sudah sampai di Bu Tjutju Kurnia yang berkantor di lantai 6 PLN Pusat di Jakarta. Ketika semua direksi rapat kerja di Melak, pedalaman Kaltim, dua minggu lalu sistem ini juga sudah bisa berjalan di “ibukota” suku Dayak itu. Warga di tengah hutan itu bisa membayar listrik di agen-agen pembayaran melalui sistem komputer dan uangnya langsung masuk ke sentral keuangan. Maka sekarang ini, Bu Tjutju sudah bisa tahu persis berapa uang masuk setiap hari dari seluruh Indonesia. Tidak lagi tergantung dari laporan yang berjenjang itu.
Saya sangat bersimpati pada teman-teman PLN yang menyiapkan dan mengembangkan sistem ini. Kerjanya siang malam tapi tidak banyak orang yang tahu. Inilah mereka yang bekerja secara diam-diam tapi menghanyutkan! Inilah teman-teman PLN yang bekerja keras tapi tidak akan pernah mendapat apresiasi secara luas. Kerja ikhlas lebih menonjol di sini.
Dengan selesainya P2APST masih ada pekerjaan berikutnya yang menanti kita. Kali ini menjadi giliran teman-teman yang ada di jajaran distribusi di seluruh Indonesia: mencocokkan jumlah kWh yang tersalur dengan berapa besar uang masuk yang seharusnya. Tanpa P2APST pengecekan seperti itu akan memakan energi yang luar biasa dan belum tentu kita mampu melakukannya. Tapi, sekarang, dengan sistem itu teman-teman di jajaran distribusi bisa lebih fokus untuk melihat pelanggan mana yang pembayaran listriknya tidak sesuai dengan jumlah kWh yang tersalur dari jaringan tegangan menengah di suatu lokasi.
Satu lagi pondasi penting yang lagi dibangun di PLN : Si Ujo. Teman-teman di jajaran SDM sedang menyiapkan program uji kompetensi untuk seluruh karyawan PLN. Inilah pekerjaan berat yang untuk menyelesaikannya diperlukan kecerdasan dan ketekunan. Inilah pekerjaan besar yang jauh dari pujian banyak orang.
Sistem uji kompetensi yang dirancang ini tidak kalah canggih dengan P2APST. Penyiapannya sudah selesai. Uji coba sudah dilakukan. Tinggal pelaksanaan uji kompetensinya saja yang Insya Allah dilakukan awal September, setelah lebaran.
Melihat materi uji kompetensi itu saya bisa membayangkan betapa besar pekerjaan ini. Kalau pemrakarsanya tidak memiliki passion yang tinggi tidak mungkin bisa terwujud. Begitu komplit materinya (untuk semua sektor pekerjaan di PLN) dan begitu canggih sistemnya. Sampai-sampai di dalam hati saya terpikir: alangkah cocoknya kalau ujian nasional sekolah menggunakan system Si Ujo ciptaan teman-teman direktorat SDM PLN ini.
P2APST dan Si Ujo adalah dua pondasi penting PLN yang ikut menentukan kejayaan PLN ke depan. Kalau uji kompetensi sudah terlaksana maka enam program besar utama telah terselesaikan oleh PLN tahun ini: mengakhiri krisis listrik, menyelesaikan daftar tunggu, mengakhiri wabah gangguan trafo, menerapkan P2APST di seluruh Indonesia, uji kompetensi untuk seluruh karyawan PLN dan mengakhiri wabah gangguan feeder (penyulang).
Bagaimana dengan mencukupi kebutuhan gas? Tentu direksi tidak akan mau kalah dengan anak buah!
*) P2APST : Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat
Dahlan Iskan
CEO PLN