Pertama kali kita mendengar rencana pembangunan pabrik sagu di papua dari kuliah umum Pak Dahlan saat di ITB 17 maret 2012. pemikiran yang sangat masuk akal.
http://www.youtube.com/watch?v=ntWSxcKsY6w&list=UUmKtDvJKPSYt79YG0lLF_ig
Sistem transportasi laut yang sekarang lebih dikenal dengan tol laut/pendulum nusantara akan gagal meningkatkan efisiensi kalo setelah mengirim barang ke papua, baliknya dalam keadaan kosong tanpa muatan.
Itulah kenapa beliau punya ide bikin pabrik sagu terbesar di Papua. Jadi kapal-kapal akan kembali dari Papua dengan muatan penuh sagu. Ongkos transportasi ke papua dan indonesia timur jadi lebih murah.
Dua tahun berlalu ternyata pabrik sagunya akan siap berproduksi Maret 2015. Ke depan targetnya tahun 2017 menjadi produsen sagu terbesar di dunia mengalahkan Jepang.
Pembangunan ini berjalan lancar karena memberdayakan masayarakat di sekitarnya.
-------
Diterima Warga Papua, Ini Tips Perhutani Bikin Pabrik Sagu di Pedalaman
Sorong -Pabrik sagu modern dan terbesar se-Indonesia saat ini sedang dibangun di Papua Barat. Pabrik yang didanai dan dikembangkan oleh Perum Perhutani ini berlokasi di Desa Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat.
Lokasinya sangat terpencil karena harus ditempuh dengan long boat selama 3 jam dari ibu kota Kabupaten Sorong Selatan. Dimulai tahun lalu, pabrik ini ditargetkan bisa beroperasi pada Maret 2015.
Ternyata pabrik sagu modern ini bukan yang pertama dibangun di Papua. Ada pabrik serupa namun proses pembangunan memperoleh penolakan dari penduduk atau suku lokal.
"Pabrik milik swasta itu sampai sekarang nggak bisa beroperasi karena ditolak penduduk setempat. Mereka sudah investasi banyak. Itu sudah mulai dibangun tujuh tahun silam tapi masalahnya tidak selesai-selesai," kata General Manager Perhutani Papua Ronald Guido Suitela di Kais, Sorong Selatan, Kamis (4/9/2014).
Berbeda dengan pabrik sagu swasta, pabrik milik BUMN Perhutani justru memperoleh dukungan penduduk lokal. Tidak pernah ada penghadangan terhadap proses pembangunan.
Ronald bercerita pihaknya melakukan pendekatan ke warga setempat terlebih dahulu. Artinya pembangunan didasarkan atas persetujuan dan keinginan warga. Perhutani menyebutnya sebagai membangun fondasi sosial terlebih dahulu agar misi negara untuk mendirikan pabrik bisa berhasil.
"Kita bangun bangunan sosial dulu, bukan bangunan fisik," sebut Ronald.
Fondasi sosial dimulai dengan dialog-dialog dengan warga lokal. Pendekatan yang dipakai seperti pendekatan agama. Padahal awalnya warga menolak pembangunan karena pernah trauma terhadap kasus perambahan besar-besaran hutan (illegal logging) di Papua.
"Pernah dalam satu acara ditolak, khususnya bapak-bapaknya. Namun kita coba tanya kepada ibu-ibu. Padahal itu tidak boleh secara adat. Tapi ibu-ibu justru mendukung," tutur Ronald.
Perhutani, menurut Rhonald, juga membentuk Lembaga Masyakat Desa Hutan (LMDH) yang anggotanya adalah warga lokal. LMDH ini sebagai mediator antara pihak perusahaan dan warga.
Salah satu anggota LMDH adalah mantan kepala kampung Kais. "Kalau ada apa-apa di warga, mereka dulu yang tampung," ujarnya.
Ronald menjelaskan, warga Kais dan sekitarnya akan sangat terbantu dengan adanya pabrik sagu ini. Warga akan dilibatkan sebagai pemasok batang sagu ke pabrik.
Perhutani akan membeli batang sagu yang ditebang oleh warga. Total konsesi lahan sagu yang diterima Perhutani seluas 17.000 hektar. Produksi tepung sagu ditargetkan bisa mencapai 100 ton per hari.
http://finance.detik.com/read/2014/09/04/092651/2680886/4/1/diterima-warga-papua-ini-tips-perhutani-bikin-pabrik-sagu-di-pedalaman
https://www.facebook.com/Catatan.Dahlan.Iskan/photos/a.10150340010994403.358284.322164189402/10152433871099403/?type=1&theater