Rabu, 27 Agustus 2014

Dahlan Iskan: Kita Hidup di Zaman Penjajahan BBM


Yogyakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia naik tinggi tiap tahun, tak sebanding dengan produksi minyak yang terus turun.Akibatnya terus terjadi kekurangan minyak dan persoalan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) setiap tahun.
"Kita ini hidup seperti di zaman penjajahan BBM. Bukan Black Berry Messenger tapi bahan bakar minyak karena pemakaiannya terus naik. Padahal produksi minyak terus menurun, berarti kita terus dijajah oleh BBM," kata Dahlan Iskan saat ceramah di hadapan mahasiswa baru Pascasarjana di gedung Graha Sabha Pramana (GSP) UGM,
Rabu (27/8/2014).
Namun kalau BBM dinaikkan harganya lanjut dia, mahasiswa akan terus berdemontrasi. "Tiap tahun ada persoalan seperti ini," katanya.
Menurut dia, produksi bahan bakar yang terus naik adalah gas alam. Produksi gas alam terus naik tapi muncul masalah, bagaiamana caranya agar BBM itu bisa beralih ke gas.
"Ini banyak sekali kesulitan. Pertama gas itu tempatnya jauh, misal di Tangguh (Papua) di sana daerah terpencil," katanya.
Kendaraan bermotor paling banyak di Pulau Jawa dan Sumatera, sementara gasnya ada di Papua. Hal ini menjadi tantangan tersendiri.
"Bagaiamana cara membawa gas dari tempat-tempat jauh ke pusat-pusat penggunaan gas seperti di Jawa. Hambatan lainnya adalah infrastruktur angkutan gas, bagaimana membawa gas," lanjut dia.
Salah satu cara membawa gas tersebut adalah dengan dicairkan atau didinginkan dengan suhu minus 160 derajat. Gas menjadi benda cair terus diangkut dengan kapal khusus. Namun biaya pengirimannya mahal sekali.
"Baru setelah itu bisa dikirim ke Jawa. Saat tiba di Jawa diubah jadi gas lagi. Itu salah satu cara yang kalau jaraknya kurang dari 1.500 km, misal dari Tangguh ke Jawa atau dari Tangguh ke Jepang atau dari Bontang ke Jepang," jelasnya.
Cara kedua lanjut dia, gas dipadatkan sehingga satu tabung yang bisa memuat 100 meter kubik itu bisa menggunakan satu tabung yang sama tapi memuat 400 meterkubik.
"Hal ini berarti dipadatkan atau dimampatkan atau di-press. Berati tabung harus kuat agar tidak meledak," katanya.
Menurut Dahlan, tabung seperti inilah yang akan diproduksi massal. Dengan demikian kapal laut, kereta api, truk-truk besar dan truk di tambang sudah waktunya tidak gunakan BBM tapi gas.
Namun hambatan selama ini harga tabung seperti ini masih sangat mahal. Selain itu orang tidak mau menggunakan tabung seperti itu. Sebab ada ketakutan tabung akan meledak karena tekanan sebesar 200 bar.

Dahlan menambahkan adanya penemuan dari dosen UGM mengenai tabung tanpa mengurangi volumenya dianggap sangat strategis. Tabung bisa dikurangi tekanan itu tanpa mengurangi volumenya.

"Tabung yang sama diisi 400 meter kubik tekanan 200 bar tapi ditemukan tekanan 30 bar. Saya berharap tidak 30 bar tapi 60 bar itu masih luar biasa," katanya.
Selain itu dia berharap harga tabung bisa lebih murah. Karena tidak gunakan tabung istimewa. Orang tidak takut tabung meledak saat menggunakannya. karena tekanan tidak terlalu tinggi.
"Nanti saya akan diskusikan ini lagi dengan orang yang menemukannya," katanya.
Dia mengatakan seandainya hal tersebut terbukti akan ada revolusi energi. BUMN siap menjadi pelopor misalnya kapal-kapal BUMN akan menggunakan gas itu.
"Itu bisa kurangi subsidi yang sekarang mencapai BBM 300 Triliun. Ini langsung bisa berkurang puluhan triliun," katanya.
Dengan nada bercanda dia minta segera dilakukan tes, misalnya tabung gas ditabrakkan ke truk atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu. 
"Ayo, siapa yang mau jadi sopir atau relawan, (dapat) Rp 10 juta," canda dia.
Menurut dia, pada tahap berikutnya adalah tahap pengujian. Setelah pengujian lolos. Dia siap jadi pelopor untuk langsung melaksanakannya karena akan merubah wajah Indonesia
Dia kemudian bercerita pengalaman baru pulang dari Lhoksumawe Aceh, untuk melihat pabrik LNG Arun didirikan pada zaman Soeharto. LNG Arun pernah berjaya. Instalasi gas di Arun dicairkan kemudian dikapalkan ke Jepang.
"Itu terjadi pada tanggal 4 Oktober 1974 pengapalan pertama LNG Arun ke Jepang," paparnya.
Setelah lama berproduksi, gas Arun semakin lama habis. Namun instalasi gas sangat mewah dan mahal ini akan menganggur pada 16 Oktober 2014. Sebab pengapalan terakhir LNG dari Arun ke Jepang tanggal 15 Oktober 2014.
"Setelah itu tidak bisa kirim lagi dari Arun ke Jepang. Karena gas akan habis. Semua peralatan ini terancam nganggur. Saya putuskan alat ini diubah sedikit untuk jadi penerima LNG. Misalnya LNG dari Tangguh atau Bontang," katanya.
Dahlan mengatakan, semaksimal mungkin gas Indonesia tidak dikirim ke luar negeri tapi dikirimkan ke Arun. Dari Arun saat ini baru dibangun pipa dari Aceh sampai ke Belawan Medan. Pada tanggal 15 Oktober 2014 sudah jadi.
"Ini hampir mustahil, ada pipa dari Aceh ke Medan. Gas yang dikirim lewat pipa itu untuk industri dan listrik di Medan," katanya.
Menurutnya bila berjalan sukses akan terjadi penghematan besar-besaran. Saat ini pihaknya juga bertekad akan membangun pipa dari Medan hingga Duri Riau. Bila pipa ini dari Medan ke Duri Riau itu sudah tersedia, maka akan ada pipa dari Aceh sampai ke Gresik karena dari Riau ke Jawa sudah ada pipa.
Misal Aceh Timur perlu gas tinggal ambil dari pipa, Riau juga, Cirebon tinggal ambil dari pipa itu. Tegal mau ambil gas juga tinggal ambil dari pipa itu. Akan ada 
pembanmgunan pipa dari ujung Sumatera sampai Jawa.

"Itu tekad yang harus dimiliki, kalau mau perang all out melawan BBM ya dengan cara seperti itu. Persoalan infrastruktur harus diselesaikan. Kita berharap penemuan di UGM bisa lolos uji coba. Tapi secara ilmiah saya yakin tinggal uji coba saja. Sebab secara fisik bila secara ilmiah sudah dikaji di laboratorium itu, tinggal penyempuraan saja," pungkas Dahlan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost