Kamis, 28 Agustus 2014

“Kejamnya” Dahlan Iskan Terhadap BUMN Sekarat


By Lukman bin Saleh
Dua tahun yang lalu dengan tegas Dahlan Iskan menolak dana talangan untuk PT. Kertas Keraft Aceh (KKA). Padahal pemerintah dan DPR sudah menyepakati pengucuran dana sebesar 200 miliar berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada pabrik kertas yang sedang mati suri itu. Karena sejak tahun 2008 berhenti beroperasi.

Sebelumnya perusahaan ini pada tahun 90-an mengalami masa keemasan. Merupakan produsen kertas kraft terbesar di Indonesia. Kertas pembungkus semen, kemasan pakan ternak dan lain-lain yang diproduksinya melimpah ruah. Selain digunakan dalam negeri KKA juga mengekspor hasil produksinya ke beberapa negara Asia Tenggara, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Bangladesh hingga Timur Tengah.

Hingga akhirnya perusahaan ini bangkrut. Kesulitan mendapat bahan baku, kesulitan mendapatkan bahan bakar gas, hingga kesulitan keuangan. Perusahaan tidak bisa lagi membayar gaji karyawan.

Pada tahun 2004 nilai kerugian KKA mencapai Rp 125 miliar. Tahun 2005 Rp 122 miliar. Tahun 2006 Rp 78 miliar. Awal 2008 perusahaan berhenti beroperasi. Tapi kerugian tidak ikut berhenti. Tahun 2009 kerugian menjadi Rp 149 miliar. Kerugian terus membengkak. Pada bulan Agustus 2009, sebanyak 935 karyawan di PHK. Mereka dijanjikan akan kembali bekerja jika perusahaan kembali beroperasi kelak.

Setelah menjadi menteri BUMN. Pada tahun 2012 Dahlan Iskan meninjau pabrik yang sedang mati suri itu. Dia hanya melihat mesin-mesin dan gudang-gudang raksasa yang sunyi.

Disaat itulah Dahlan Iskan meminta pemerintah menunda pengucuran dana talangan. Dahlan Iskan ingin perusahaan itu hidup kembali, tapi tanpa bantuan dari pemerintah. Karena selama ini beratus-ratus miliyar dana dikucurkan setiap tahun, tapi perusahaan tetap sekarat. Uang negara seperti dihambur-hamburkan sia-sia.

Dahlan Iskan melihat KKA memiliki broiler yang luar biasa besar. Dahlan Iskan ingin perusahaan memanfaatkan ini untuk memproduksi listrik. Selanjutnya dijual ke PLN sebagai pendapatan perusahaan. Agar perusahaan bisa bangkit kembali dan menggaji karyawan.

Saat itu semua mengatakan mustahil. Karena mesin harus dirubah dulu ke General Elektrik (GE) Amerika. Tapi Dahlan Iskan meyakinkan jajaran direksi. Putra putri Indonesia bisa melakukannya. Dahlan Iskan sendiri yang mencari mereka.

KKA juga mendapat bantuan dari Prabowo Subianto. Prabowo melepaskan Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 60 hektar yang mayoritas dimiliknya kepada PT Inhutani. Hutan ini yang akan menjadi sumber bahan baku KKA. Jauh dari cukup memang. Tapi bisa membuat pabrik beroperasi sedikit.

Secara perlahan KKA bangkit lagi. Bukan sekedar bisa menggaji karyawan, tapi sudah bisa mencetak laba.

Kebangkitan KKA digerakkan oleh kerjasama operasi (KSO) dengan PT PJBS. Melalui sinergi ini, PLTU unit pertama sudah beroperasi sejak 11 Juni 2013 dan mengalirkan listrik sebesar 9 MW ke PT PLN. Dan akan terus ditingkatkan menjadi 12 MW.

Unit kedua PLTU juga tengah disiapkan. Rencananya, akhir September 2014 PLTU mulai beroperasi. Listrik yang dihasilkan diperkirakan sekitar 20 MW.

Sekarang KKA tidak sunyi lagi. Hari Selasa kemarin (26/082014), saat Dahlan Iskan kembali melihat pabrik ini, mesin-mesin sudah hidup kembali. Suasana sunyi telah hilang, berganti dengan suara bising.

Sudah banyak perusahaan BUMN seperti KKA yang dibangkitkan Dahlan Iskan tanpa meminta gerojokan uang negara. Membuat dia banyak dicinta sekaligus dibenci. IKI Makassar, PT Iglas, Balai Pustaka, PT Batan Tekno, PT Bona Bisma Indra, PT Asuransi Jiwasraya, PT Djakarta Lloyd, PT Istaka Karya, PT Bahtera Adiguna, PT Garam, PT Perikanan, Perum Perikanan Indonesia, Istaka, Waskita, puluhan pabrik gula, dan lain-lain. Dahlan Iskan hanya mencarikan Dirut yang benar-benar mau bekerja keras. Melakukan sinergi dengan BUMN lain dan memberi strategi baru.

Dan biasanya langkah Dahlan Iskan ini mendapat perlawanan luar biasa dari intern perusahaan. Mulai dari Direksi sampai karyawan. Tapi Dahlan Iskan tetap pada prinsipnya. Uang negara hanya boleh dikucurkan pada perusahaan sehat atau yang memiliki potensi untuk maju. Uang negara tidak boleh lenyap begitu saja tanpa bekas.

Ini yang sedang terjadi pada PT Merpati dan Kertas Leces. Dahlan Iskan di demo karena mereka belum menerima gaji. Tapi Dahlan Iskan kukuh tidak mau meminta PMN pada negara. Karena menurutnya percuma. Berapapun jumlahnya uang itu akan habis. Tahun berikutnya minta lagi, habis lagi. Begitu seterusnya.

Untuk Merpati Dahlan Iskan ingin lebih dahulu menyelesaikan hutang perusahaan yang kini sudah mencapai 7,9 triliun. Hutang kepada suasta direncanakan dengan jalan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Dan ini tidak terlalu sulit. PT Istaka Karya yang terbelit hutang 1,3 triliun sudah membuktikannya. Suasta pasti akan setuju. Daripada Merpati tidak akan membayar hutang untuk selama-lamanya. Yang menjadi persolan adalah hutang Merpati kepada pemerintah dan BUMN. 
Hutang ini direncanakan akan dirubah menjadi kepemilikan saham. Tapi butuh keputusan berbagai pihak secara bersamaan. Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, Mensesneg, Menko Perekonomian dan yang tidak kalah pentingnya adalan persetujuan DPR. Dan nampaknya pemerintah dan DPR periode sekarang belum mampu melakukan ini.

Begitu juga dengan Kertas Leces yang mengalami kerugian terus menerus sejak tahun 2005. Dan sekarang terbelit hutang ratusan miliar. Dirut baru sudah mempersiapkan jalan keluar dengan berencana memproduksi kertas uang. Asal karyawan sabar, dalam dua atau tiga tahun Kertas Leces diperkirakan akan sehat kembali. Tapi serikat pekerja yang ditunggangi pihak-pihak yang ingin merebut jabatan dengan cara menjatuhkan Dirut yang ada tidak mau tinggal diam. Membuat kericuhan sampai merusak mesin produksi dengan memasukkan batu-batu secara diam-diam. Mereka tidak perduli perusahaan akan sehat atau tetap sakit. Toh semakin sakit perusahaan, semakin ricuh buruh, maka semakin mudah meminta PMN ratusan miliar atau bahkan triliunan. Tinggal memakai jurus kongkalikong pada pemerintah dan DPR.

Padahal kalau Dahlan Iskan ingin aman dan membuat karyawan Merpati dan kertas Leces senang. Tinggal mengajukan PMN kepada pemerintah dan DPR. Terserah uang itu akan langsung lenyap. Minimal tunggakan gaji karyawan saat ini dapat dibayar. Toh masa jabatan Dahlan Iskan tinggal sebentar.

Tapi untuk selanjutnya Merpati dan Kertas Leces akan tetap “mengemis” kepada negara. Perusahaan tidak akan sehat. Karyawan tetap menerima gaji buta. Dan belum tentu juga permintaan PMN tiap tahun akan dikabulkan. Berhubung keterbatasan APBN yang selalu defisit.

Demikianlah Dahlan Iskan. Seperti pengakuan anaknya, Azrul Ananda. Dahlan Iskan tidak akan pernah membuat kita senang, tapi dia akan selalu membuat kita lebih baik. Demikian juga yang kita baca dari cerita saat dia memimpin Jawa Pos atau PLN. Tegas dan tegaan. Tidak pernah memanjakan bawahannya. *LBS*

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost