Pak Dwi Sutjipto itu, CEO Semen Indonesia, punya keunggulan utama di soft power. Pak Dwi punya kemampuan meyakinkan siapa saja dengan caranya yang sangat soft. Bukan dengan gebrak-gebrak. Konflik di Semen Padang yang begitu hebatnya berhasil dia redam dan bisa ‘luhur wekasane’. Bayangkan kalau waktu itu dia larut dalam arus yang keras, perpecahanlah yang terjadi.
Pak Dwi tergolong eksekutip puncak yang tidak pandai bersilat lidah. Tapi dia sangat unggul dalam bersilat otak. Dia memiliki kekayaan strategi yang kadang sulit dibaca lawan-lawannya. Mungkin hal itu terjadi karena Pak Dwi memang seorang pesilat tangguh, silat dalam arti sebenarnya, olahraga pencak silat.
Kecuali dalam hal kecakapan pidato, dia seorang CEO yang paripurna: ahli turn around, ahli konsolidasi, ahli efisiensi sekaligus ahli ekspansi. Di tangan Pak Dwi PT Semen Indonesia menjadi pabrik semen terbesar di Asia Tenggara. Di tangannya Semen Indonesia menjadi terstruktur dalam sebuah holding yang sangat bersejarah bagi BUMN. Dan di tangan dia Semen Indonesia menjadi perusahaan multinasional pertama di lingkungan BUMN!
Menjelang pembentukan holding Semen Indonesia saya lihat Pak Dwi ingin menempuh persilatan yang jurusnya agak memutar. Saya sarankan untuk langsung pakai tinju saja. Saya tahu Pak Dwi agak tertekan, tapi saya yakin dia mampu juga bertinju. Dia lakukan tindakan itu dengan waspada. Ternyata dia berhasil. Saya tidak ingin jelaskan hal ini kepada publik. Biarlah ini jadi kenangan manis kami berdua. Hehehe.
Hal lain adalah saat Pak Dwi mengusulkan akan membeli pabrik semen ThangLong di Vietnam. Setelah mendengar penjelasannya yang sangat baik, langsung saat itu juga saya katakan: lakukan! Segera saja! Saya sudah setuju! Pak Dwi kaget. Biasanya usulan sepenting itu harus dibahas panjang lebar dan melalui jalan berliku. Kok, ini langsung suruh menjalankan cepat. Ini saya putuskan cepat karena saya tahu Pak Dwi dan timnya sudah menghitungnya masak-masak.
Dalam bisnis, satu momentum datang sering hanya sekali. Kalau telat memutuskan bisa jadi momentumnya sudah lewat. Pak Dwi lantas menjalankannya dengan cepat. Akuisisi di Vietnam ini sukses besar. Saya minta, untuk melancarkan transaksi, Pak Dwi harus memiliki nama Vietnam. Mintalah pada calon partner untuk dicarikan nama Vietnam yang maknanya baik. Orang Vietnam sangat sulit mengeja nama Dwi Sutjipto. Ini berdasar pengalaman saya yang panjang di Tiongkok. Maka Pak Dwi kemudian diberi nama Vietnam yang bagus: Vu Van Gui.
Saat saya mendampingi Presiden Vietnam di Jakarta tahun lalu, Pak Dwi saya perkenalkan dengan nama Vietnamnya itu. Presiden Vietnam lantas mengeluarkan kartu nama. Dia coret-coret sebuah tulisan dengan pulpennya di kartu namanya itu. Ternyata dia menulis apa arti Vu Van Gui itu dalam bahasa inggris. Lantas bapak Presiden menyerahkannya pada Pak Dwi. Konon Pak Dwi menyimpannya di dompetnya sampai sekarang.
Saya sangat-sangat puas dengan kinerja Pak Dwi. Pertumbuhan harga sahamnya (PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.) di pasar modal fantastis. Labanya besar. Ekspansinya tiada henti. Kepuasan karyawannya tinggi (koperasi karyawannya terbesar dan terbaik se-Indonesia), penguasaan engineering-nya tinggi dan inovasinya luar biasa! Yang saya tidak puas: mengapa dia tidak berhasil menyetop pertambahan umurnya. Hahaha.
Julukan yang cocok, kalau binatang, dia itu ‘kijang emas’. Kalau permata dia itu jenis rubi. Harapan saya pada dia: berlatih keras berbicara di publik agar dia nanti bisa memberikan lecture yang hebat untuk hari pasca pensiunnya.