Membaca tulisan Dahlan Iskan edisi manufacturing hope yang terbit setiap senin pagi membuat saya kecanduan, saya selalu menunggu edisi ini setiap senin, dan selalu tersenyum melihat komentar komentar yang masuk, ada yang pro dan ada juga yang kontra, saya menghargai semuanya.
Saya tidak ingin menilai apakah tulisan Dahlan Iskan hanya bersifat pencitaan seperti yang di tuduhkan oleh orang orang yang kontra, ataupun sebuah prestasi seperti komentarnya sebagian besar yang Pro. Saya hanya ingin memberikan komentar tulisan Dahlan Iskan menurut logika saya.
Betapa (menurut saya) ternyata cara berpikir Dahlan Iskan menarik untuk di renungkan, sederhana dan apa adanya, kadang membuat saya terpekur lebih dalam melihat kondisi bangsa ini, kadang membuat saya “jadi realistis” bahwa slogan slogan hebat perusahaan perusahaan BUMN “yang selalu ingin menjadi perusahaan kelas dunia”ternyata jauh dari jangkauan, kadang juga membuat tersenyum, he he he lucu juga ternyata bangsa saya.
Edisi terakhir MH bertutur mengenai “ Perusahaan Perikanan “ yang bangkrut dan tidak beroperasi, tidak bisa menggaji karyawannya, tentu saja ini membuat siapapun yang membaca tersenyum, “ bagaimana bisa “nelayan” bisa mati di kolam yang banyak ikannya..? “, permintaan ikan semakin hari bukanlah semakin sedikit, akan tetapi semakin banyak, seiring dengan bertambahnya penduduk dunia, sementara laut kita sangat luas, kaya akan sumber daya laut, lho kok perusahaan perikanan ini bisa bangkrut..? Dahlan Iskan dalam tulisannya juga menganggap ini tidak pada tempatnya.
Edisi yang lain mengisahkan mengenai sulitnya swa sembada beras, bagaimana bisa, di Negara agraris ini kita harus impor beras, justru dari Negara yg tanahnya saja sulit di Tanami karena radiasi bom atom saat perang dunia dulu. Tulisannya membuka kenyataan bahwa ada yg salah atur di Negara ini, sehingga di negeri nya petani ini, yang kata lagu tahun 70 an “tongkat kayu dan batupun jadi tanaman”, harus impor beras dari negeri yg tanahnya saja harus melalui beberapa kali pengolahan untuk bisa di tanami. Dahlan iskan berusaha mengembalikan hal ini pada tenpatnya, bangsa indonesialah yang harusnya menjual produk pertanian ke Negara Negara lain, lha wong kita yang negara agraris.
Kita kaya akan gas alam, tapi kita gak bisa menggunakannya..he he he he kalau ini rasanya seperti lelucon. Sehingga PLN dulu harus mencari gas alam ke Negara Negara lain, padahal di Negara sendiri sangat berlimpah, demikian juga dengan batu bara yang katanya, hasil batubara di pulau Kalimantan saja sangat mencukupi untuk sumber energy di Negara ini, tapi anehnya bangsa ini lebih senang mengunakan BBM yang mahal itupun masih harus import…. Kalau yg ini entah salah di mananya..
Kelucuan yg lain adalah ketika bangsa ini harus import garam, begitu sulitnya membuat garam di negeri kepulauan yg di kelilingi laut ini sehingga bangsa ini harus import garam, bagi penulis yang tinggal di pinggir pantai di wilayah Lombok, tentu saja hal ini membuat saya tersenyum senyum berhari hari, di Lombok angin yg semilir saja terasa asin, karena tingginya kadar garam di udara, besi besi juga keropos karena kena angin laut yg mengandung garam, garam yang berlimpah dengan proses pengolahan yang sangat gampang ini ternyata tidak bisa di manfaatkan sehingga harus beli dari negeri tetangga… untuk hal ini memang kita semua harus istigfar.
Dengan segala kelucuan kelucuan ini, kalau di pikir pikir dan terus di pikir, dan di pikir lagi, lama lama membuat saya malu juga, he he he ini lucu apa bodoh, apa sih sebenarnya yang mau di tunjukan oleh pemimpin bangsa ini, kebodohan yang lucu atau kelucuan yang bodoh..? apapun yang di pilih dari keduanya sama sama menjatuhkan harkat dan martabat bangsa ini. Kita sudah menjadi bangsa yg sepertinya patut di tertawakan. Akal sehat siapapun akan tertawa melihat kondisi seperti ini.
Dahlan iskan berusaha menampilkan ini semua apa adanya, apa yg beliau tulis adalah masalah masalah sederhana yang ada di sekitar kita.
Cobalah pembaca kompasiana membaca tulisan tulisan Dahlan Iskan, maka kita akan sependapat bahwa Dahlan Iskan tidak hebat, dia biasa biasa saja, berpikir sederhana dan apa adanya, menggunakan akal sehatnya yang kitapun juga punya.
Kalaupun selama ini dia bisa terlihat hebat dan bisa meraih jabatan menteri dengan latar belakang pendidikan yang hanya setingkat SLTA , itu karena secara kebetulan dia bisa melihat dengan wajar dan apa adanya kondisi bangsa ini. Dia bisa menggunakan akal sehatnya, sementara pemimpin yang lain sedang lucu lucunya.
Salam