Rabu, 23 Oktober 2013

Dahlan Iskan Membawa PT DI (Dirgantara Indonesia) Terbang Semakin Tinggi


Mayor Udara Nurtanio Pringgoadisuryo, lahir di Kal Sel tanggal 3 Desember 1923. Beliaulah perintis industri penerbangan Indonesia. Bersama dengan 15 staffnya di sebuah bengkel kecil di dekat Bandara Husein Sastra Negara Bandung di sanalah percobaan pembuatan, modifikasi dan perakitan berbagai jenis pesawat di lakukan. Nama beliau selanjutnya di abadikan untuk industry pesawat terbang milik Indonesia (IPTN – Industri Pesawat Terbang Nurtanio)

Hasil karya beliau antara lain :
Sikumbang pada tahun 1954, pesawat dengan bahan dasar logam ini di sebut dengan COIN (Counter Insurgency – Anti Gerilya ) . Belalang 85, Belalang 90, pesawat ini di buat pada tahun 1958 dan menjadi pesawat latih bagi taruna taruna calon penerbang Indonesia.

Kunang 25 – Pesawat yang hampir seratus persen merupakan produk yang “hand-made” ini dapat diselesaikannya pada tahun 1958. Seluruh bahan baku pembuatan pesawat terbang olah raga “Si Kunang” ini berasal dari dalam negeri. Sedangkan mesin pesawat terbang tersebut menggunakan mesin Volkswagen, VW – 25 HP/1190 cc. Bahan kayu jamuju diperoleh dari hutan, kain CP diperoleh dari membeli di toko di Bandung, dan mesin Volkswagen dari PT Piola , juga di Bandung.

Selain pesawat beliau juga membuat berbagai Prototype helicopter dengan nama Kepik, manyang dan kolentang.

Dalam upaya memenuhi cita citanya yaitu berkeliling Indonesia menggunakan pesawat buatan sendiri, beliau memodifikasi pesawat rongsokan super Aero buatan cekoslovakia, di karenakan dedikasinya yang tinggi beliau mencoba sendiri pesawat ini, dalam rangka uji coba inilah beliau gugur bersama dengan Kolonel Soepadio (sekarang di abadikan namanya menjadi Bandara di Pontianak). Gugurnya beliau adalah sejuta duka bagi bangsa Indonesia.
Saya teringat dengan peristiwa kecelakaan yang menimpa Dahlan Iskan dan hampir merenggut nyawanya saat mencoba sendiri mobil listrik “lumbalumba” sehingga menabrak tebing di magetan, kurang lebih hampir sama dengan yang di lakukan oleh Pahlawan Mayor Udara Nurtanio, semua berawal dari dedikasi yang tinggi akan perkembangan Teknologi di tanah air.

IPTN yang di rintis oleh Mayor Udara Nurtanio Pringgoadisuryo, di lanjutkan oleh penerusnya, Prof .DR. Ing. Bj Habibie, putra dirgantara terbaik Indonesia, anak bangsa yang bertubuh mungil ini luar biasa hebatnya, membuat pesawat baru dan bekerja sama dengan Negara Negara yang sudah lebih dulu maju dalam bidang ke dirgantaraan. Habibie membuat IPTN terbang tinggi.

IPTN pada saat itu mendapat order membuat pesawat N-250 dari luar negeri. Pesawat terbang ini berkapasitas 50 hingga 64 orang. Sebuah kapasitas ideal untuk penerbangan komersial domestik. Jumlah total pesanan 120 pesawat. Ongkos proyek yang disepakati USD 1,2 milliar. PT DI langsung tancap gas. Ribuan karyawan direkrut. Mesin-mesin pembuat komponen didatangkan. Anak anak bangsa berupaya keras menyelesaikan proyek itu sesuai target.

Krisis moneter pada tahun 1997 membuat semua porak poranda, hasil “ngemis” bangsa kita dengan IMF, menghasilkan “jerat”  yg berbunyi “Indonesia tidak boleh lagi berdagang pesawat” . IPTN yang pada saat itu sudah merekrut ribuan pegawai dan memesan peralatan, terpaksa harus tutup, gulung tikar dengan meninggalkan kerugian berupa piutang yang jumlahnya cukup besar.

Dari 16.000 karyawan berangsur angsur di kurangi hingga tinggal 3000 karyawan saja. Bangsa kaya raya akan tetapi memiliki pemimpin bermental pengemis dan ingin serba instant ini ternyata punya hutang yang bertumpuk. Berhutang memang enak sekali, tak perduli akhirnya tidak mampu membayar hutang, layaknya masuk ke sarang laba laba, semakin lama semakin terjerat, sehingga para Negara “rentenir “ itu dengan nikmatnya membuat aturan di Negara kita.

Seperti judul film “BADAI PASTI BERLALU”, kali ini IPTN yang telah berubah nama menjadi PT.DI (Dirgantara Indonesia) yang juga adalah perusahaan BUMN, memiliki pemimpin baru yang bernama : Dahlan Iskan. Inilah awal kebangkitan PT. Dirgantara Indonesia.
Peraturan Presiden yang mengharuskan pengadaan peralatan militer dibuat oleh industri dalam negri, betu betul berkah bagi PT.DI. Dahlan Iskan, Mentri BUMN, manusia dengan integritas dan rasa kebangsaan yang tinggi segera menyusun strategi, langkah pertama adalah dengan mengunjungi Bapak Dirgantara Bangsa : Prof DR Ing Bj Habibie, selanjutnya merombak management PT.DI dan melakukan Loby ke Negara Negara potensial yang sekiranya berminat membeli pesawat product PT.DI

Kondisi PT DI terus membaik. Dalam waktu dekat akan memproduksi pesawat tempur dengan dana urunan bersama pemerintah Korea Selatan (Korsel) sebesar USD 8 milliar. Indonesia menyumbang USD 2 milliar, pemerintah Korsel USD 6 milliar. Untuk Indonesia biaya sebesar itu akan di konversikan dalam bentuk tenaga, teknologi, dan pengembangan pesawat.
Kemampuannya tak jauh berbeda dengan F-16 Fightning Falcon, pesawat tempur kondang buatan Amerika Serikat yang digunakan 24 negara di dunia. Rinciannya, 200 unit untuk Korsel dan 50 untuk Indonesia.

Selain itu, order dari Timur Tengah terus berdatangan. Sejumlah negara memesan CN-235 untuk pesawat pengawas pantai, pengangkut personel militer, dan pemantau perbatasan. Dari dalam negeri, Kementerian Pertahanan (Kemhan) juga memesan enam unit helikopter dan Badan SAR Nasional (Basarnas) empat unit.

PT. DI mencatat rekor pesanan pesawat terbesar sepanjang sejarah. Kalau tahun 2011 hanya mendapat pesanan senilai 2 triliun, pada tahun 2012 melonjak menjadi Rp7,79 triliun dengan nilai penjualan Rp2,69 triliun.

Dahlan Iskan juga berhasil mengikat komitmen Islamic Development Bank untuk memberikan kredit ekspor untuk PT DI senilai senilai Rp 30 triliun atau setara US$ 3,3 miliar selama 3 tahun. Kredit ini akan mempermudah pembeli untuk merancang skema pembelian pesawat buatan PT DI. Dahlan Iskan bersama dengan segenap putra terbaik bangsa ini membuat PT.DI terbang semakin tinggi.

Bagaimanapun juga, Dahlan Iskan membuka mata Indonesia sekaligus mata Dunia, bahwa Bangsa Indonesia memiliki kemampuan yang sejajar dengan bangsa bangsa lain di Dunia, tentu saja dengan syarat pemimpin Bangsa Indonesia harus kuat dan tabah, jangan cengeng dan mudah putus asa, suatu sikap yang terlihat dari mudahnya kita berhutang, dan mengimpor kebutuhan pangan.

Mari rekan rekan Kompasiana : Tunjukan bahwa kita juga bisa, buang sikap pesimis, sebarkan rasa optimis, sikap pesimis hanya membuat mental kita lembek, sekarang harapan ada di depan mata, tinggal bagaimana kita meraihnya…ayo kita raih sekarang juga.. buktikan “kita bisa”

Sumber berita : Dahlaniskan.net, Dahlaniskan.wordpress.com

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost