“Kalau hanya itu yang membuat Pak Haji tertarik, banyak pemimpin seperti Dahlan Iskan. Jokowi, walikota Banjar-Jawa Barat, Herman Sutrisno, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, Bupati Keerom, Papua, Yusuf Wally, dan mungkin masih ada ratusan pejabat seperti ini. Tapi tidak terpublish oleh media. Bahkan seandainya ARB atau Prabowo yang jadi presiden saya yakin mereka tidak akan mengambil gaji sebagai presiden. ”
*****
Motivator dan Dahlan Iskan
Bayangkan saja jika anda sedang kasmaran berat. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, mandi tidak bersih. Dan tiba-tiba anda mendengar seseorang menyebut nama sang kekasih. Bagaimana rasanya? Bagaimana reaksi anda?
Begitulah aku kira-kira malam itu. Seminggu yang lalu. Dalam pembukaan acara workshop guru SD se-provinsi NTB. Di hotel Lombok Garden Mataram. Aku terkejut saat salah seorang narasumber dalam acara itu menyebut nama Dahlan Iskan. Aku yang sebelumnya biasa-biasa saja tiba-tiba merasa rambutku berdiri, mataku melotot, telingaku melebar.
Rasa kantuk yang sebelumnya datang menggoda, terbang entah kemana. Aku memperbaiki posisi duduk kemudian mendengar dengan khusyu sambil manggut-manggut.
Ini surprise. Nama Dahlan Iskan disebut dan disanjung di depanku dalam forum yang lumayan besar. Dan dia bukan Dahlanis (Dahlan Iskan Fans Club). Namanya Dr. Arman Andi Amirullah dari Sulawesi. Dia seorang motivator dan pengarang buku: “Teknik Mengaktifkan Otak Kanan Manusia”.
Sebelumnya dia hanya pejabat biasa di Jakarta. Tapi setelah membaca novel “Laskar Pelangi” kehidupannya berubah drastis. Yang sebelumnya banyak bersandar pada logika. Berbalik arah lebih banyak bersandar pada hati. Menjadi motivator yang telah mentraining puluhan kelompok orang di seluruh Indonesia. Pelajar, mahasiswa, pegawai, karyawan, pengusaha, pejabat, ormas, dan lain sebagainya.
Kalimatnya itu kira-kira begini: “Kalau anda bertanya kepada orang-orang besar dan sukses, seperti Soekarno, Obama, Bill Gates, Jusuf Kalla atau Dahlan Iskan. Apa kunci sehingga mereka berhasil? Tentu jawaban mereka tidak jauh dari kerja keras, fokus, tekun, pantang menyerah, ikhlas, jujur, dan sejenisnya. Kita tidak akan menemukan jawaban, bahwa mereka sukses karena pernah menjadi juara umum dari SD sampai SMA, pernah menjuarai olimpiade Mipa tingkat nasional, selalu menang cerdas cermat, nilai raportnya 9 semua, nilai mata kuliahnya A semua, dan sejenisnya.”
Wao… ini kren. Di samping kalimatnya yang memang kren, tambah kren lagi karena yang dibuat contoh sebagai orang besar adalah Dahlan Iskan.
Terbersit di hati ini. Tunggulah takdirmu wahai Pak Dahlan. Sepertinya bapak tidak bisa lagi mengelak untuk menjadi presiden Indonesia selanjutnya. Tuh buktinya kebesaranmu sudah dikenal luas. Bukan hanya oleh Dahlanis.
Pak Haji dan Pak Dahlan
Dalam acara yang berlangsung 5 hari itu aku sekamar dengan Pak Haji dari Lombok Tengah. Kamar nomor 140 Hotel Lombok Garden.
Pada hari pertama aku langsung menodongnya: “Bapak kenal Dahlan Iskan?” Dia menggeleng ragu. “Masak sih gak kenal, yang ini?” kataku sambil memperlihatkan foto Dahlan Iskan di laptopku. “Oh… Pak Dahlan, ya aku tahu. Dia pernah datang ke desaku, ke pengerajin gerabah.” Jelasnya sambil manggut-manggut. Aku tersenyum sedikit lega. Ternyata Dahlan Iskan tidak asing-asing amat bagi orang desa.
“Aku itu pak Haji ya, sangat mengagumi beliau.” Kataku memulai ekspansi maut. Kemudian kuceritakan kenapa aku mengaguminya. Kuceritakan pemikiran dan prestasi-prestasi Dahlan Iskan sejak menjadi Dirut PLN sampai menteri BUMN. Panjang lebar kujelaskan. Lebih-lebih pak Haji nampak mendengar dengan serius sambil manggut-manggut. Aku tambah bersemangat bicara layaknya seorang Jurkam.
Sebagai penutup, kuceritakan kepribadian Dahlan Iskan. Yang tidak mau mengambil gaji saat menjadi anggota MPR tahun 80-an, saat menjadi Dirut BUMD Jatim, saat menjadi Dirut PLN dan Menteri BUMN.
Pak Haji kelihatan sangat heran. Lebih-lebih saat kuceritakan pendapatan Dirut PLN itu ratusan juta perbulan, dan itu tidak mau diambil oleh Dahlan iskan. Disumbangkan untuk madrasah, pengembangan kendaraan listrik (prototipe sepeda motor listrik sudah dibuat Dahlan Iskan sejak menjadi Dirut PLN), dan pengembangan pembangkit listrik tenaga angin di NTT.
Besok-besoknya setiap melihat laptopku atau melihatku memakai kaos Dahlanis. Pak Haji selalu manggut-manggut dan bergumam: “Hebat Pak Dahlan, tidak mau ambil gaji.” Kalimat ini selalu di ulangnya hampir setiap hari. Dengan sikap yang sama juga, sambil manggut-manggut.
Oalah… Pak Haji. Aku dah panjang lebar menceritakan kehebatan pemikiran dan prestasi Dahlan iskan. Sampai berbusa. Tapi kok yang diinget hanya penutupnya? Tentang Dahlan iskan yang tidak ambil gaji?
Kalau hanya itu yang membuat Pak Haji tertarik, banyak pemimpin seperti Dahlan Iskan. Jokowi, walikota Banjar-Jawa Barat, Herman Sutrisno, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, Bupati Keerom, Papua, Yusuf Wally, dan mungkin masih ada ratusan pejabat seperti ini. Tapi tidak terpublish oleh media. Bahkan seandainya ARB atau Prabowo yang jadi presiden saya yakin mereka tidak akan mengambil gaji sebagai presiden. Untuk apa sih gaji presiden yang hanya 60 juta bagi mereka?
Duuh.. begitu sederhananya pemikiran bangsaku. Kapan bisa mendapat pemimpin yang berkualitas kalau kriteria pemimpin yang dipilih sesederhana ini. Gemar blusukan, tidak ambil gaji, merakyat, dan sejenisnya. Aku juga bisa jadi presiden kalau kriterianya hanya seperti itu. Hanya bermodal niat baik. Dan konsisten dengan itu. Cukup.
Bukan aku tidak menghargai sifat-sifat pemimpin seperti itu. Itu sifat pemimpin yang bagus atau malah wajib. Tapi untuk menjadikan Indonesia negara yang hebat tidak cukup hanya dipimpin oleh orang yang baik. Tapi lebih dari itu. Harus baik dan hebat. Harus cerdas dan visioner.
Aku kecewa padamu Pak Haji.. hiks…hiks
Rekomendasi:
Untuk Dahlanis yang ingin memprospek orang awam. Sudahlah. Jangan habis-habiskan energi. Menceritakan prestasi-prestasi Dahlan Iskan.
Berhasil membebaskan Indonesia dari krisis listrik, mengikis jutaan daftar tunggu PLN, menghidupkan perusahaan-perusahaan BUMN, ekspansi BUMN ke luar negeri, tentang Batan Tek yang melanglang Amerika, BUMN karya yang menaklukkan tanah Arab, Jalan Tol Bali, Bandara Kuala Namu, pelayanan kereta api, tentang perusahaan-perusahaan BUMN yang menjadi perusahaan terbaik dunia, masuk Fortune 500, dan ribuan prestasi Pak Dahlan lainnya.
Cukup ceritakan Pak Dahlan itu gemar blusukan, tidak ambil gaji, menggunakan uang pribadi untuk urusan negara, sederhana, merakyat, tegas, jujur, bersih, sering nginap di pondok pesantren dan rumah petani, menjadi donatur berbagai yayasan sosial, menolong anak-anak terlantar dan gelandangan, tidak segan naik ojek, naik kreta api, tidak mau dikawal, tidak pakai jas, hanya menggunakan sepatu kets, dan sejenisnya. Itu lebih bisa memukau mereka.
Dan kelompok ini jauh lebih banyak dari kelompok yang sekelas dengan motivator. Oh… Indonesiaku. Betapa sederhananya pemikiranmu. ***